Bab 2

1.2K 207 20
                                    

Bab 2


Anggrek melangkah dengan cemberut menuju rumah tetangganya sementara tangannya menenteng sekotak kue yang dibeli ayahnya. Lelaki itu memaksa Anggrek memberikan kue itu untuk Daniel. Karena Resti sedang pergi entah ke mana---mungkin kencan dengan pacarnya---maka Anggrek yang menjadi sasaran sang ayah.

Melangkah melewati pintu gerbang yang terbuka, Anggrek melihat sepasang sepatu perempuan di bawah undakan teras. Sedang ada tamu rupanya, pikir Anggrek. Di ambang pintu yang terbuka, Anggrek tersenyum kepada seorang perempuan cantik dan langsing yang duduk di sofa.

“Ya? Cari Pak Daniel, ya? Pak Daniel lagi ke kamar mandi.” Perempuan bergaun pastel dengan motif bunga-bunga kecil itu bangkit berdiri dan menghampiri Anggrek.

“Oh, eh, iya. Ini ada titipan kue. Tolong kasih Om Daniel.”

“Dari siapa?” tanyanya ramah.

“Aku....”

“Anggi?” Daniel sudah muncul di ruang tamu. “Ayo masuk.”

“Nggak usah, Om. Aku cuma mau anter kue titipan dari Papi.” Anggrek menyodorkan kantung plastik berisi box kue kepada Daniel, tetapi lelaki itu malah menarik tangannya masuk ke ruang tamu.

“Ayo duduk dulu, kita makan sama-sama kuenya.”

“Eh, tapi aku nggak mau ganggu kalian,” tolak Anggrek seraya melihat ke arah si perempuan cantik. Anggrek ingin sekali memakan kue di dalam box, tetapi ia merasa sungkan karena ada tamu Daniel.

“Kami sudah selesai, kok. O iya, ini mahasiswi di kelasku, Windy. Win, ini tetangga Bapak, Anggi.”

Anggrek dan Windy saling melempar senyum.

Setelah memakan sepotong kecil red velvet, Windy pamit untuk pulang.

“Sudah malam, biar Bapak antar.” Daniel lalu menoleh kepada Anggrek. “Anggi, kamu ikut, ya. Sekalian nanti pulangnya aku mau beli martabak telur buat papi kamu.”

Martabak? Asyik!

Anggrek mengangguk dengan girang. Ah, jika menyangkut makanan, Anggrek seringkali bersikap tidak tahu malu. Padahal seharusnya ia menekan nafsu makannya jika tidak ingin menjadi semakin gemuk.

Teringat kata-kata hinaan yang dilontarkan Alaz di belakangnya, Anggrek nyaris membatalkan niat untuk ikut bersama Daniel. Namun, lelaki itu keburu memanggilnya untuk masuk ke mobil.

Anggrek merasa seperti nyamuk selama perjalanan karena hanya mampu mendengarkan obrolan Daniel dan Windy tentang materi perkuliahan. Lama-kelamaan ia menguap dan matanya terpejam.

“Gi... Anggi.”

Anggrek bergumam pelan sementara matanya masih terpejam menikmati mimpi.

“Gi, bangun, martabaknya udah jadi.”

Mata Anggrek langsung terbuka dan benar saja, dua kotak martabak sudah tersaji di hadapannya. “Loh... Mbak Windy mana?” Anggrek menoleh ke sana kemari saat mendapati kursi di samping Daniel telah kosong.

“Udah sampai ke rumahnya dengan selamat,” jawab Daniel terkekeh. “Nih, minum.” Lelaki itu mengangsurkan segelas minuman dingin berwarna ungu yang langsung disesap oleh Anggrek.

“Makasih, ya, Om.”

“Sama-sama. Besok jangan lupa lari pagi bareng Resti juga.”

Anggrek mengerjap menatap wajah tampan Daniel yang tersenyum dari kursi depan. “Emang jadi, ya, Om?”

Daniel terkekeh. “Ya jadi, dong. Kan biar sehat.”

“Kalau aku bisa bangun pagi, ya, Om,” ucap Anggrek seraya membuka kotak martabak telur dan melahap potongan yang paling garing. “Om mau?”

Daniel menggeleng. “Udah kenyang. Besok aku bangunin kamu.”

Anggrek membelalak. “Om mau masuk ke kamarku? Nggak boleh! Aku kan kalau tidur cuma pakai kaus tipis sama celana pendek. Terus nggak pakai bra juga.”

Daniel hanya mampu tertegun demi mendengar ucapan Anggrek yang sedang fokus mengunyah makanan.

***

Esok Minggu, Resti dan sang ayah membangunkan Anggrek dengan paksa membuat gadis bertubuh gemuk itu mau tidak mau mengikuti ajakan Daniel untuk lari pagi. Sepanjang jalan, Anggrek terus saja menguap karena masih mengantuk.

Lalu tanpa diduga, sebuah sepeda yang dikendarai seorang lelaki kehilangan kendali hingga menabrak Anggrek. Gara-gara itu, Anggrek juga si pengendara sepeda sama-sama terjatuh dengan mengenaskan.

“Dasar cewek gendut, kalau lari pagi jangan di tengah jalan kayak gini, bikin jalanan jadi makin sempit aja!” maki si lelaki yang pelipisnya berdarah itu sambil memelotot kepada Anggrek.

“Anggi, kamu nggak apa-apa?” Daniel berjongkok dan memeriksa luka di tubuh Anggrek.

“Mbak Anggi luka, nggak?”

Anggrek memegangi dada dan perutnya yang tadi tertabrak sepeda, terasa berdenyut nyeri. “Sedikit....”

“Mas, ini jalanan luas, loh. Mas-nya aja yang naik sepeda nggak becus!” omel Resti kepada si pengendara yang kini bangkit dan mendirikan sepedanya.

“Salah si cewek gendut itu lah, badan gede kayak kudanil dipelihara! Mau lari pagi kayak gimana juga nggak bakal bisa kurus!”

Daniel tiba-tiba berdiri kemudian menghampiri si lelaki yang tengah bersiap menaiki sepedanya kembali. Dari tempatnya duduk, Anggrek tidak bisa mendengar percakapan mereka. Tidak berapa lama kemudian, si pengendara sepeda berjalan ke arah Anggrek dan Resti.

Sorry udah nabrak lo, tadi rem sepeda gue blong.” Si lelaki yang ternyata tampan itu mengulurkan tangan membuat Anggrek mengerutkan kening. “Ck, kelamaan.” Ia nenarik tangan Anggrek, menjabatnya, kemudian bergegas berlalu dengan sepedanya.

Anggrek tidak menyadari perubahan sikap lelaki tadi karena ia terlalu sibuk mengingat makiannya. Kata Alaz dirinya seperti babi dan kata si pengendara sepeda, Anggrek mirip kudanil.

Ah, iya. Besok dirinya mirip apa lagi?

“Mbak, ayo pulang! Kita obati luka Mbak.” Resti membantu sang kakak berdiri.

Sementara Resti dan Daniel memapah di kanan-kiri Anggrek dengan cemas, gadis itu terus mengingat ucapan lelaki tadi.

"Mbak Anggi nggak usah dengerin kata-kata orang gila tadi! Mulutnya nggak pernah sekolah kayaknya!" sungut Resti kesal.

Anggrek diam saja.

"Eh, itu ada es krim. Anggi sama Resti mau es krim, kan?" ujar Daniel tiba-tiba kemudian memanggil si tukang es krim. "Anggi mau rasa apa?"

Anggrek seketika tidak ingin makan es krim. Nanti kalau tambah gemuk, gimana? Nanti aku jadi makin mirip babi, kudanil, kaleng drum, dan sebangsanya, batinnya.

"Cuma sedikit nggak bakalan bikin gemuk," ucap Daniel seolah bisa membaca pikiran Anggrek. "Mau rasa apa?" ulangnya.

Anggrek menggigit bibir. "Cokelat, stroberi, vanila."

***

Emerald, Senin, 1 Agustus 2022, 23.40 wib.

Hai, hai, semoga suka sama Anggrek. Kalau lupa jalan ceritanya, silakan baca ulang bab sebelumnya, ha ha ha.







My Innocent Fat Girl by EmeraldOnde histórias criam vida. Descubra agora