Bab 12

865 183 82
                                    

Bab 12


Sesampainya di halaman rumah Daniel, Anggrek baru memberanikan diri bertanya,

“Om, tadi maksudnya apa ya tunangan? Waktu di sekolah tadi itu loh...” Anggrek merasa salah tingkah menatap Daniel yang baru saja membuka sabuk pengaman.

“Oh, itu, aku bilang begitu supaya laki-laki tadi nggak maksa kamu lagi.”

Anggrek mengangguk-angguk. “Ooh, gitu.”

Daniel tersenyum. “Mau mampir dulu?”

Anggrek menggeleng. “Aku mau langsung pulang aja. Om nggak ada jadwal ngajar lagi?”

“Kebetulan sore ini aku free. Kenapa? Mau jalan-jalan?”

Anggrek menggeleng lagi. “Aku ada peer bahasa Inggris sama matematika, Om bisa bantuin, kan?”

“Bisa. Mau di rumahku atau di rumah Anggi?”

“Di rumah Om aja. Nanti malam aku ke rumah Om, ya.”

Daniel mengacungkan ibu jari sambil mengedipkan mata, dan entah kenapa membuat Anggrek gemas melihatnya.

Setelahnya, Anggrek berpamitan dan turun dari mobil.

***

Usai mandi, Anggrek membuat martabak manis untuk teman mengerjakan tugas nanti malam di rumah Daniel. Keju dan cokelat. Ia sangat antusias membuatnya dibantu oleh Resti dan ibunya.

“Bikin tiga loyang martabak nggak kebanyakan, Mbak?” tanya Resti.

“Nggak, dong. Kan satu loyang buat di rumah, dua buat Mbak sama Om Daniel.”

“Mas Daniel paling makan berapa potong doang, sisanya pasti Mbak Anggi yang bakal habisin.”

Anggrek hanya nyengir mendengar ucapan adiknya.

“Katanya mau langsing,” omel Resti sambil menabur keju di atas martabak yang sudah matang.

“Ya sudah biarin aja Mbak Anggi makan banyak, Res, kan kalau belajar memang butuh makan biar bisa mikir.” Bu Murni membela putri sulungnya.

“Dasar anak Mami,” dumel Resti yang langsung dijitak ibunya.

Sepuluh menit kemudian, dengan riang Anggrek membawa kotak martabak serta totte bag berisi buku pelajarannya menuju rumah Daniel.

Pintu rumah lelaki itu terbuka dan Daniel sudah menunggunya di ruang tamu.

“Kita makan martabak dulu ya, Om,” ujar Anggrek seraya duduk di lantai berkarpet lalu membuka kotak martabak di atas meja ruang tamu.

“Kapan Anggi beli martabak?” tanya Daniel tersenyum, ia menghirup harum yang terkuar saat kotak dibuka.

“Anggi bikin dibantu Mami sama Resti. Cobain, Om!”

Daniel mengangkat kedua alisnya lalu mengambil sepotong martabak keju dan menggigit pinggirannya yang renyah. Pupilnya melebar. “Enak. Kamu pinter bikin martabak, Nggi.”

Pipi Anggrek merona. “Makasih, Om.”

“Dari kapan suka bikin martabak?”

“Hem, baru-baru ini aja, Om. Iseng aja, eh ternyata kata Mami, Papi, sama Resti enak. Jadi aku ketagihan bikin,” jawab Anggrek dengan senyum. Lalu ia mengambil sepotong kecil martabak cokelat dan menyodorkannya kepada Daniel. “Cobain yang ini, Om.”

Daniel membungkuk lalu menggigit martabak di tangan Anggrek. Tanpa sengaja gigi Daniel menggigit tangan Anggrek membuat gadis itu terasa disengat listrik hingga menjerit.

My Innocent Fat Girl by EmeraldWhere stories live. Discover now