Bab 11

860 182 27
                                    

Bab 11


Hari demi hari berganti, hingga tidak terasa Jumat kembali datang yang artinya esok Sabtu Anggrek harus olahraga agar tubuh gadis itu lebih sehat, atas permintaan Pak Eka alias sang ayah.

Jumat malam, Daniel mengajak Anggrek dan Resti jalan-jalan ke mall, tetapi karena Resti tidak bisa, akhirnya hanya Anggrek yang ikut.

Daniel membebaskan Anggrek untuk membeli makanan apa pun yang ia inginkan. Namun, Anggrek malah merasa enggan.

“Om, aku kan pengin langsing, kenapa malah disuruh jajan, sih?” tanya Anggrek bingung.

Daniel mengangguk-angguk. “Iya juga ya. Kamu mau makan apa?”

“Kalau nonton aja gimana, Om? Sambil makan popcorn sama minum.”

“Ayo.”

Setelah membeli tiket, Anggrek dan Daniel langsung memasuki studio yang memang sudah dibuka. Mereka menempati kursi di bagian tengah karena hanya di sana yang tersisa. Anggrek agak kesulitan melewati kursi-kursi yang sudah ditempati karena tubuh gemuknya, membuatnya ingin keluar dari studio saja. Tetapi sudah terlanjur membeli tiket.

Anggrek menghela napas lega setelah bisa duduk.

“Kamu capek, Nggi?” tanya Daniel.

Anggrek mengangguk. “Sedikit, Om.”

Daniel sigap membuka tutup botol air mineral dan menyodorkannya pada Anggrek. “Minum ini dulu.”

Anggrek mengucapkan terima kasih dan meminumnya. Beberapa saat kemudian lampu-lampu dimatikan dan film dimulai.

Hanya selang beberapa menit, Anggrek mendengar dengkur halus di sebelah kanannya. Ternyata Daniel tertidur, padahal menurut Anggrek dan sebagian besar penonton, film remaja bergenre action yang tengah diputar itu sungguh menakjubkan. Melihat wajah lelap Daniel, Anggrek tidak tega untuk membangunkan. Heran, tidur saja masih tampan, pikirnya iri.

Anggrek mengambil popcorn milik Daniel pelan-pelan kemudian memasukkan segenggam camilan rasa caramel itu ke dalam mulutnya sambil kembali menikmati film. Ia juga menghabiskan minuman soda milik Daniel.

Daniel baru terbangun ketika lampu-lampu dinyalakan.

Daniel menggosok matanya sambil menguap. “Maaf, aku ketiduran, ya?”

Anggrek terkekeh. “Om kayaknya capek banget? Padahal kalau capek, Om istirahat aja di rumah.”

“Iya, hari ini sibuk di kampus. Tapi maunya jalan-jalan biar fresh lagi, eh malah ketiduran.”

“Ayo, Om.” Anggrek hendak bangkit.

“Nanti dulu, biar mereka pada keluar. Kita belakangan aja, Nggi. Masih lemes, nih,” kekeh Daniel.

Anggrek tersenyum dan kembali bersandar di kursi. Melihat para penonton di sebelahnya sudah meninggalkan bangku masing-masing membuat Anggrek lega, jadi ia tidak perlu kesusahan melewati mereka lagi.

“Ayo.” Daniel sudah berdiri dan mengulurkan tangan untuk membantu Anggrek bangkit. Bibirnya mengulas senyum lebar.

Anggrek mengangguk dan menyambut uluran tangan Daniel yang besar. Setelah keluar dari bioskop, tangan Daniel masih setia menggenggam tangannya dan Anggrek sungkan untuk melepasnya.

“Mau makan di mana?” tanya Daniel.

“Bakmi ayam dekat rumah aja, Om. Atau pecel ayam, ya? Kayaknya sate ayam enak juga, terus martabak, nasi bebek....”

Daniel yang mendengarkan langsung geleng-geleng kepala. “Katanya mau langsing?” godanya.

“Ya itu kan pilih salah satu makanya, Om, nggak semua,” elak Anggrek. Padahal ia sangat ingin memakan dua atau tiga menu, tetapi ia harus menahan diri.

My Innocent Fat Girl by EmeraldWhere stories live. Discover now