Bab 3

1.1K 171 24
                                    

Bab 3


Saat Anggrek sedang makan mi ayam di kantin sekolah, tiba-tiba Alaz duduk di seberang meja seraya membawa semangkuk bakso.

"Boleh duduk di sini?"

Jantung Anggrek seketika berdegup sangat kencang. Ia menoleh ke kanan dan kirinya yang tengah sibuk makan dan mengobrol dengan temannya masing-masing. Anggrek mendongak pada Alaz yang sudah duduk dengan seulas senyum manis.

"Lo Anggi anak XI-6, kan?"

Padahal Alaz sudah mengatai dirinya mirip babi di belakangnya, tapi kenapa jantungnya masih berdebar-debar kencang, sih?

"Halo?" Alaz mengibas-kibaskan tangannya di hadapan Anggrek.

Anggrek buru-buru mengunyah mi ayam dan menelannya. "Ya, boleh, Kak. Iya, gue Anggi anak XI-6." Kak Alaz kan sudah tahu namaku, bahkan dia menghinaku di belakangku. Mau apa dia?

"Pipi lo chubby, ya, lucu," ucap Alaz tiba-tiba seraya mencubit pipi Anggrek membuat mata gadis itu membelalak terkejut. Spontan ia mundur ke tembok di belakangnya. Dan, gara-gara itu, para siswa-siswi di sekitar menoleh ke arah keduanya dengan penasaran.

Apa aku lagi mimpi, ya? batin Anggrek syok.

"Sorry, tadi refleks." Alaz tersenyum, lalu memakan baksonya. Sementara Anggrek masih bersandar ke tembok dengan bingung. Matanya terus menatap kakak kelasnya yang sedang asyik makan bakso tanpa memedulikan sekitarnya yang mulai heboh.

Saat Anggrek hendak beranjak meninggalkan meja, ia mengurungkan niat demi melihat mangkuk mi ayamnya yang masih terisi separuhnya. Mubazir kalau tidak dihabiskan. Akhirnya Anggrek menyuap mi ayamnya lagi.

"Lo... udah lama nggak nonton basket di lapangan pas jam istirahat. Tiap Sabtu pulang sekolah juga nggak pernah nonton lagi."

Kedua mata Anggrek berkedip. Untung ia sudah selesai makan, kalau tidak, ia bisa tersedak. Ia mencubit pahanya sendiri di bawah meja membuatnya mengaduh pelan. Ini beneran bukan mimpi?! Demi apa... Kak Alaz tahu aku selalu menonton basket?!

"Gue...."

Alaz tersenyum menatapnya. "Sibuk, ya?"

Anggrek menarik napas panjang sebelum menjawab, "Iya, eh, gue sibuk belajar. Ka-kadang-kadang gue ke perpustakaan pas jam istirahat," jawab Anggrek tersendat. Ayo, Nggi, jangan gugup!

Bu Dewi si penjual minuman, tiba-tiba meletakkan dua gelas es teh manis di hadapan Alaz dan Anggrek lantas Alaz mengucapkan terima kasih.

"Buat lo, gue traktir," ucap Alaz sebelum kembali memakan baksonya. Dan, untuk kesekian kalinya hari ini, Anggrek tercengang.

Usai kejadian di kantin, Anggrek diberondong pertanyaan oleh teman-teman sekelasnya. Beruntung Anggrek selamat karena bel tanda masuk kelas sudah berbunyi.

"Tapi firasat gue kok jelek soal Kak Alaz, Nggi. Dia kan udah ngata-ngatain lo waktu itu sama temen-temennya," bisik Dini yang saat jam istirahat tadi sibuk mengerjakan peer bahasa Inggris sehingga hanya bisa makan siang roti dan susu di kelas.

Anggrek mengembuskan napas dan mulai mengeluarkan buku matematika. "Em, nggak tahu, deh, Din, kok gue jadi galau gini. Gue masih sakit hati, sih, tapi... tadi tuh tatapan sama sikapnya kayak tulus."

"Selama ini kan Kak Alaz kelihatannya baik dan tulus, tapi kenyataannya lo tahu sendiri, kan, aww!" Gadis berjilbab putih itu mengusap kepalanya yang terkena pukulan penggaris Pak Nandar, guru matematika.

"Kebiasaan ya kamu, Din, ngegosipnya udahan dulu kalau nggak mau Bapak keluarin dari kelas."

Gelak tawa teman-teman menggema di dalam kelas bercat putih ini sementara Dini cemberut. "Dasar guru sadis!"

My Innocent Fat Girl by EmeraldOù les histoires vivent. Découvrez maintenant