Bab 6

904 174 49
                                    

Bab 6


Anggrek terkejut saat Daniel muncul di teras rumah untuk mengantar dirinya dan Resti ke sekolah.

"Mulai hari ini aku yang antar kalian ke sekolah. Baru nanti pulangnya dijemput Pak Luki," ujar Daniel dengan senyum. Pagi ini ia mengenakan kemeja merah marun, vest hitam, dan celana bahan hitam. Di bawahnya, sepatu hitam mengilat membuat penampilan lelaki itu semakin menawan.

"Om jadi sopir... kami?" tanya Anggrek bingung.

Daniel tertawa, ia menyugar rambutnya yang lebat tetapi tampak halus membuat Anggrek membayangkan untuk merapikan rambut yang sedikit berantakan itu.

"Bisa dibilang begitu. Tapi cuma pagi, sekalian aku berangkat ke kampus," jawabnya. "Ayo, nanti kalian terlambat."

Anggrek mengedik kemudian mengikuti Resti yang sudah duluan mengekor Daniel.

Sebetulnya hari ini Anggrek enggan masuk sekolah. Bagaimana ia harus memasang ekspresi jika bertemu Alaz atau Rangga di sekolah nanti?

Setibanya di depan sekolah, ketika Anggrek dan Resti turun dari mobil, ternyata Daniel juga turun.

"Om, ngapain?" tanya Anggrek mengerutkan kening.

Daniel tersenyum kemudian mengulurkan tangannya kepada Anggrek. "Salim. Aku kan sudah mengantar kalian."

Anggrek mengangkat kedua alisnya sementara Resti sudah salim dan berpamitan duluan masuk ke sekolah karena ada piket pagi.

"Ayo."

"Tapi...."

Daniel menarik tangan Anggrek lantas menempelkan punggung tangannya ke hidung gadis itu. Ia juga mengusap-usap kepala Anggrek yang masih bengong, lalu membungkuk hingga wajahnya sejajar dengan Anggrek.

"Mulai hari ini, Anggi harus ceria. Kalau ada laki-laki yang membuat Anggi kesal, bilang saja padaku. Mengerti?"

Bukan mendengarkan ucapan Daniel, Anggrek malah berkunang-kunang melihat wajah tampan Daniel yang terlalu dekat, ditambah embusan napasnya yang harum mint.

Daniel menegakkan tubuhnya lagi hingga terlihat jelas perbedaan tinggi tubuh keduanya. Ia merogoh saku celana, menarik tangan Anggrek, kemudian meletakkan tiga bungkus permen rasa lemon dan mint ke telapaknya yang membuka. "Belajar yang giat, ya."

Anggrek mengangguk-angguk, dan ia masih terbengong setelah mobil putih Daniel berlalu dari gerbang sekolah.

"Ciee, pagi-pagi udah diantar cowok aja, Nggi! Siapa, tuh? Pacar? Lah, si Kak Alaz mau lo ke manain?"

Mood Anggrek langsung anjlok mendengar nama seniornya itu, ia menurunkan lengan Nurul yang bertengger seenaknya dari bahunya. "Gue nggak ada hubungan apa-apa sama Kak Alaz," ujar Anggrek lantas meninggalkan teman sekelasnya.

Kini bukan hanya Nurul yang mengekor, tetapi juga Dini yang baru saja memarkirkan motornya. Tadi Dini melihat adegan Anggrek dan seorang laki-laki tampan di depan gerbang sekolah dan ia penasaran!

"Nggi, tadi pangeran tamvan dari mana?"

"Apaan, sih? Laki-laki tadi tuh Om Daniel yang suka gue ceritain ke lo, Din," jawab Anggrek.

"Om Daniel? Lo pacaran sama om-om girang, Nggi? Wah, parah!" sambar Nurul yang langsung dibekap mulutnya oleh Anggrek dan Dini.

"Sembarangan kalau ngomong! Om Daniel itu tetangga gue, teman akrabnya papi gue," jelas Anggrek.

Nurul bisa bernapas lega setelah Anggrek dan Dini melepaskan bekapan mereka. "Ya sorry, gue kan nggak tau. Ganteng banget, tinggi lagi, kayak model aja!" Tubuh Nurul bergetar-getar mengingat lelaki yang mengantar Anggrek tadi.

My Innocent Fat Girl by EmeraldWhere stories live. Discover now