Bab 24

735 168 21
                                    

Bab 24

Melihat Anggrek lagi-lagi terlihat ceria bersama Gathan, Daniel kembali didera rasa bersalah. Mereka serasi dan kompak, pikir Daniel, dan selama beberapa saat, ia hanya berdiri memperhatikan interaksi sang istri dengan guru les private-nya sebelum mendorong pagar hingga membuka.

“Om, udah pulang?” Anggrek menyadari kedatangan Daniel dan berniat menghampiri, tetapi Gathan lebih cepat, lelaki itu berlari untuk membantu Daniel membukakan pagar.

Thanks,” ujar Daniel kaku.

Gathan hanya mengangguk. Setelah mobil Daniel masuk ke halaman, Gathan berinisiatif menutup pagar kemudian kembali ke teras.

Daniel tidak langsung turun usai memarkir mobil. Ia malah memperhatikan Anggrek dan Gathan yang sudah kembali berdiskusi soal pelajaran di teras.

“Mas Daniel.”

Daniel terlonjak ketika jendela mobilnya diketuk. Buru-buru ia membukanya. “Loh, Resti di sini?”

“Iya, dari tadi kan Resti di sini.” Resti mengangkat kedua alisnya. “Iya sih badan Resti kecil, tapi masa Mas Daniel nggak ngeliat, sih?”

Daniel tertawa. Fokusnya hanya kepada Anggrek sampai-sampai ia tidak melihat Resti.

“Resti pulang, ya. Tadi ke sini cuma buat temenin Mbak Anggi disuruh Papi biar Mbak Anggi nggak berduaan doang sama Bang Gathan. O iya,” tiba-tiba gadis itu merendahkan suaranya, “Mas Daniel kayaknya harus hati-hati sama Bang Gathan, deh, soalnya Resti curiga kalau Bang Gathan ada rasa sama Mbak Anggi.”

Daniel tertegun mendengar peringatan Resti. Ternyata bukan hanya dirinya yang berpikir seperti itu tentang Gathan dan Anggrek. Ia mengangguk dan tersenyum kepada sang adik ipar. “Makasih udah temenin Mbak-mu, hati-hati pulangnya.”

Resti terkekeh. “Sebelah doang, Mas, kayak mau ke luar kota aja.” Setelahnya, Resti berlalu meninggalkan Daniel yang termenung.

“Om, gue pulang dulu,” pamit Gathan saat akhirnya Daniel turun dari mobil. Namun, pemuda itu masih berdiri membuat kening Daniel berkerut.

Sejujurnya, Daniel merasa kesal karena Gathan ikut-ikutan memanggilnya om, tetapi ia malas untuk protes. “Ada yang mau diomongin?”

Gathan berdeham. “Gue nggak tau ada masalah apa di antara Om sama Anggi, tapi gue harap Om lebih merhatiin Anggi.”

Saat Daniel akan membuka mulut, Gathan mengangkat tangannya. “Sorry kalau gue lancang, Om. Tapi Akhir-akhir ini Anggi suka murung, lebih tepatnya setelah menikah sama Om.” Gathan kemudian mengangguk singkat sebelum berlalu menuju motornya yang diparkir di luar pagar.

Daniel mengembuskan napas. Ia ingin sekali menertawakan dirinya. Ia pernah berjanji untuk membahagiakan Anggrek, tetapi faktanya, ia malah menyakiti hati gadis itu, persis seperti yang dilakukan Alaz ataupun lelaki lain yang pernah membuat Anggrek bersedih.

“Om, udah makan?” tanya Anggrek ketika Daniel naik ke teras.

Daniel sudah makan, tetapi ia memilih menggeleng. “Anggi mau masakin aku makan malam?”

Mulut gadis itu membuka. “Om belum makan? Iya, aku mau masakin! Om mandi aja dulu, sekarang aku langsung masak, ya!” Anggrek kemudian berlari masuk ke dalam rumah meninggalkan Daniel.

Setidaknya sebelum mereka bercerai, Daniel akan berusaha untuk tidak menyakiti Anggrek lagi dengan mendiamkan atau menghindari gadis itu. Ia akan lebih memperhatikan Anggrek dan menyenangkan gadis itu meskipun harus menyembunyikan dan mengabaikan lukanya sendiri.

***

Anggrek berjalan dengan riang melewati pintu rumah yang terkuak. Hari ini ia pulang sekolah lebih cepat karena hanya mengambil rapot, dan ternyata kebetulan Daniel juga pulang cepat, terlihat dari mobilnya yang terparkir di halaman.

My Innocent Fat Girl by EmeraldWhere stories live. Discover now