Prolog

86.3K 6.7K 3.5K
                                    

HAYYY!!! Aku ShinyAlph, author pecinta cowok bucin!

Btw kamu pendatang baru atau lama?

Ini seri ketiga dari Rahardian Family universe. Buat pembaca baru, alangkah baiknya membaca dulu cerita sebelumnya.
1. Skaya & The Big Boss
2. Azalea & Alter Ego Boy

Tapi kalau gak dibaca pun gak papa. Soalnya beda cerita dan gak saling menyambung. Tiap cerita beda protagonis.

Siap kawal cerita ini hingga tamat??!

Siap baca dan menunggu update?!

Jangan lupa ramaikan tiap paragraf, oke?!

Happy reading!

***

“Kakak gak seneng Shira dateng ke sini?” Gadis mungil berambut hitam yang menggunakan blazer lilac berujar sedih. Dia bergegas mengambil kucing dari teman di sebelahnya dan merentangkannya ke arah depan, seolah tengah memamerkannya dengan niat baik. “Aku tahu Kak Gwen suka sama hewan. Jadi kali ini aku bawa kucing. Lihat, imut banget, kan?”

Kening gadis bernama Gwen itu mengerut. Dia mengibaskan rambut ash brown sepinggangnya ke belakang punggung sambil menatap datar Deshira, adiknya. “Udah berapa kali gue bilang, jangan muncul di depan gue. Gue jijik lihat lo.”

“K-kak....” Deshira menunduk sedih.

“Deshira dateng ke fakultas kedokteran buat nyenengin lo, tapi perlakuan lo kek gini?!” ujar gadis berambut pendek sebahu di sebelah Deshira, marah.

“Jadi?” Gwen ingin memutar bola matanya, jengah dengan keadaan ini. Apa lagi orang-orang yang lewat terkadang akan melirik arah mereka sembari berbisik-bisik. Gwen tahu gosip apa yang beredar di sekitarnya, namun dengan klarifikasi pun tidak akan ada yang akan mempercayai sudut pandangnya. Jadi dibanding merepotkan diri sendiri, lebih baik Gwen mengikuti alur 'gadis bak malaikat' di hadapannya.

“Gak beruntung banget Deshira punya kakak kayak elo!” rutuk gadis berambut sebahu itu lagi sambil menunjuk-nunjuk Gwen.

Gwen mengabaikan teman Deshira yang terus berkoar-koar, maju beberapa langkah hingga berdiri semeter didepan sang adek dengan wajah cemberut. “Kalau lo pegang kucingnya kayak gitu terus, dia bakal mati kecekik.”

“Ah,” gumam Deshira kaget, sontak melepaskan tangannya yang memegang leher kucing berbulu putih itu dan kehilangan kekuatan untuk menstabilkannya. Untungnya kucing selalu memiliki insting kuat sehingga kucing tersebut segera melompat ke tanah dan mengeong pelan.

Hati Gwen melembut mendengar itu. Dia hendak berjongkok mengangkatnya, tetapi mengurungkan niatnya ketika melihat gadis lain di sebelah Deshira—yang sejak tadi diam—mulai terengah-engah sembari memegang dadanya.

“Ninda, lo kenapa?!” Deshira dan gadis berambut sebahu yang menyadari kelainan temannya sontak panik. Mereka segera menopang gadis itu yang hendak terjatuh.

“Bawa temen kalian duduk di sana.” Gwen menunjuk area tempat duduk outdoor yang biasa digunakan mahasiswa fakultas kedokteran untuk mengerjakan tugas.

“Terus gimana Kak?! Jangan diem gini aja, temen aku sesek napas!” pekik Deshira kalang kabut sambil memegang lengan temannya erat.

Gwen mengernyit, memikirkan harus melakukan apa. Begitu dia hendak maju, sosok berjas putih yang membawa aroma musk samar melewatinya dan berdiri di hadapan teman Deshira tersebut.

“Minggir.” Suara berat itu jelas ditujukan pada Deshira dan gadis berambut sebahu.

Mungkin karena jas putih yang melekat ditubuhnya, Deshira dan gadis berambut sebahu itu langsung menjauh sambil menatap teman mereka yang sedang diperiksa oleh cowok tersebut.

UNRIVALED ✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz