11. Misi balas dendam

30.7K 5K 3.1K
                                    

Haiii!!! Apa kabar? Kangen Salga dan Gwen, gak?

Baru gak update 10 hari aja rasanya dah berbulan-bulan gak update. Xixixixi. Tapi serius, dalam 10 hari ini aku emang lagi sibuk-sibuknya dan gak sempet nulis sekata pun di aplikasi oranye ini.

Oh iya, jangan lupa follow ig @shinyalph dan @salgaaaaa yak. (Maksa)

Happy reading!

***

Siapa yang tidak menyukai hewan berbulu seperti kucing yang menggemaskan bahkan di saat tertidur? Yang jelas, Gwen salah satu orang yang masuk dalam jajaran pecinta hewan yang satu itu.

Tumbuh dalam keluarga yang retak hubungannya membuat Gwen merasa inferior berada di tengah keluarga besar papanya. Dibanding bermain dengan sepupu seusianya, dia memilih ke belakang rumah untuk bermain dengan kucing liar yang sering singgah karena terbiasa diberi makan oleh Gwen. Seperti saat ini, gadis kecil berusia 9 tahun itu berjongkok di halaman belakang rumah sambil menatap kucing berbulu putih yang sedang menunduk memakan sisa ikan dari dapur. Ada seringai gembira di bibir Gwen, senang melihat lahapnya kucing itu memakan pemberiannya.

Sayangnya, Gwen tidak menyadari presensi beberapa sosok yang melalui pintu dapur dan melangkah menuju arahnya. Sosok-sosok berupa dua laki-laki dan satu gadis berusia 12 tahun beserta satu gadis berusia 8 itu berpakaian rapi, berbeda dari Gwen yang hanya mengenakan celana pendek sepaha dengan kaos merah muda.

“Ugh, pantas aja aku mencium bau busuk. Ternyata dari sana.” Suara dengan nada jijik itu memasuki indra pendengeran Gwen.

Gadis kecil itu sontak menoleh, menatap ketiga sepupu dari pihak papanya beserta satu gadis berusia 8 tahun yang merupakan anak dari teman papanya. Itu yang diketahui Gwen ketika makan siang bersama. Entah kenapa, sejak dulu Gwen tidak bisa akrab dengan sepupu-sepupunya. Mereka selalu mengolok-ngoloknya dan berkata hal-hal buruk tentang ibunya. Lambat laun Gwen jadi menghindari mereka dan tidak ingin lagi mendekati mereka seperti sebelumnya.

“Kak Fel, jangan bilang gitu. Kata Mama, gak baik bicara buruk ke orang lain.” Gadis berusia 8 tahun itu mencuatkan bibirnya sambil memegang lengan laki-laki berkemeja biru di sampingnya. Dress merah muda yang membalut tubuh mungil gadis itu membuatnya seperti putri dari animasi Disney.

Yang dipanggil kak Fel itu mendengus kasar melihat tatapan Gwen tertuju padanya. Namun begitu dia menoleh pada gadis kecil itu, wajahnya berubah 180 derajat. “Iya, Iya. Deshira emang anak baik. Gak kayak di sana.”

Ada tawa renyah dari cewek seusia Fel yang berdiri di samping Deshira. “Ya gimana mau baik, Fel, mamanya aja gak bener.”

Kening Gwen mengerut marah. Sepertinya mereka membicarakannya lagi. Tapi kata ibunya, jangan membuat masalah pada hari ini. Jadi dia memilih berpura-pura tidak mendengarkannya dan berbalik melihat kucing yang sedang menggerogoti tulang ikan. Dia tidak mengerti, kenapa mereka tidak menyukainya sedangkan anak dari teman papanya malah disukai. Gwen rasa dia sama cantiknya dengan gadis bernama Deshira itu.

Apa karena dia tidak berdandan cantik sepertinya?

Melihat Gwen mengabaikan mereka, wajah ketiga anak berusia belasan tahun itu berubah buruk. Tiba-tiba gadis di samping Deshira berbisik pada dua laki-laki itu dengan sorot mata penuh arti, yang dibalas kedua laki-laki itu dengan mata penuh terkejut sebelum mengangguk setuju.

“Gwen, sini.” Gadis itu memanggil Gwen dengan keras. Deshira menatapnya dan Gwen bergantian. “Tadi ibumu cariin. Kayaknya penting banget.”

Gwen yang tidak mengetahui apa-apa terkejut dan segera berjalan bersama mereka memasuki rumah. Dia memandang sepupunya ini diam-diam. Dulu, dia sangat ingin akrab dengannya, tapi balasannya adalah tatapan merendahkan dan memperlakukannya seperti pembantu rumah. Gwen tidak menyukai perasaan superior itu.

UNRIVALED ✓Where stories live. Discover now