43. Mine

16.8K 3K 3.5K
                                    

"Sialan lo, Ga! Berengsek!" Wisnu mencaci maki Salga-yang baru datang-sambil mencengkeram jeruji besi. Matanya memerah, memandang Salga dengan rahang mengeras.

Semalam dia tengah melakukan pesta di vilanya bersama kurang lebih dua puluh orang. Suasana hatinya sedang bagus. Namun, saat jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam, segerombolan polisi tiba-tiba menggerebek dan melakukan penggeledahan secara menyeluruh.

Sialnya, beberapa di antara mereka membawa obat-obat terlarang sehingga semua orang diamankan untuk melakukan tes apakah tubuh mereka positif atau negatif mengonsumsi narkoba. Delapan dari dua puluh orang dalam kelompok tersebut dinyatakan positif, dan salah satu di antaranya adalah Wisnu.

"Gue tahu, lo yang laporin pesta semalam, kan?!" Wisnu mengguncang jeruji besi, menatap Salga ganas. "Lo balas dendam karena gue buat cewek lo jadi gila lagi? Hahahahaha, lucu."

"Dua tahun kayaknya cukup buat lo introspeksi diri di sini." Salga masih memandang Wisnu dingin.

Tidak ada gejolak dalam benaknya melihat penampilan kacau cowok itu. Memutuskan kontak matanya dari Wisnu, Salga berancang-ancang untuk pergi. Namun, kata-kata Wisnu berhasil menghentikannya.

"Lo gak bakal bisa manipulasi masa lalu."

Bukannya nyali menciut, Wisnu justru makin energik.

Tangan Salga terkepal. Tanpa melirik Wisnu yang terus menyalahkannya atas kematian Indira, Salga keluar dari kantor polisi.

Meski dia tidak ingin memercayai Wisnu, kata-katanya makin lama makin mengguncang Salga. Duduk di dalam mobil, Salga mengeluarkan ponsel dan menghubungi asistennya.

"Kasih tahu Papa, batalin semua kerja sama dengan perusahaan keluarga Wisnu." Mendengar tanggapan sigap dari seberang, tatapan rumit Salga terarah ke luar jendela. "Juga, dapatkan rekaman CCTV malam tanggal sebelas April lima tahun yang lalu."

Setelah panggilan tersebut berakhir, Salga bersandar pada bangku pengemudi. Pikirannya kalut dengan debaran kuat di dadanya. Rasa tidak nyaman menjalar ke seluruh benaknya. Dia berharap, kata-kata Wisnu benar-benar bualan semata.

***

Plak!

Deshira menatap pria paruh baya di depannya, dengan tatapan tak percaya. Rasa sakit menjalar di pipi kirinya, menyadarkannya bahwa ini bukanlah mimpi.

"Dasar anak gak tahu diuntung! Mau taruh di mana muka saya jika semua orang tahu putri yang saya besarkan dengan baik terlibat pesta narkoba?!"

Dibesarkan dengan baik? Deshira mencemooh kalimat tersebut dalam hati.

Dari bagian mananya dia dibesarkan dengan baik? Harta yang berlimpah dengan dinginnya rumah yang tidak layak disebut rumah?

Ya, Deshira salah satu orang dari kelompok Wisnu yang ditangkap untuk penyelidikan. Untungnya, Deshira dinyatakan negatif dalam tes urin sehingga dia hanya menerima kurungan sehari sebelum dikeluarkan.

Mengetahui hal tersebut, tanpa basa-basi Andro mendatanginya dengan amarah, menamparnya, lalu memarahinya sedemikian rupa yang mampu menggores harga diri Deshira. Namun, tidak ada yang bisa Deshira lakukan selain berdiri diam dan menerima semua kata-kata buruk pria di hadapannya.

Wanita cantik yang sejak tadi diam, perlahan melangkah mendekat, mengelus pundak Andro. "Sayang, lebih baik kamu menenangkan diri dulu, biar aku yang mengajari Shira."

"Urus baik-baik anakmu itu!" Andro melirik Deshira marah, lalu beranjak pergi ke lantai bawah untuk mengambil air.

Mendengar itu, tubuh Deshira membeku. Dia tidak berani mendongak, bahkan setelah matanya hanya menangkap sepasang high heels merah yang berjalan mendekatinya.

UNRIVALED ✓Where stories live. Discover now