9. Kalah Saing

32.5K 5.1K 3.1K
                                    

AKU INGIN KAU MENERIMA SELURUH HATIKU. AKU INGIN KAU MENGERTI DI JIWAKU HANYA KAMU....

Nyanyian penuh penghayatan dari mobil yang melaju paling depan terdengar kencang dari panggilan telepon yang tersambung. Genta yang berada dalam mobil kedua bersama Salga dan Abe segera berteriak ke ponselnya, “LO SEMUA PLAYBOY, WOI. JANGAN SOK JADI SADBOY.”

Suara nyanyian terhenti sejenak sebelum rutukan keluar dari ponsel Genta. “BERISIK ANYING!

Salga yang fokus mengemudi melirik Genta di sebelahnya. Sudut bibirnya berkedut sebelum memarkirkan mobil di luar gerbang sebuah bangunan kecil berwarna biru dengan halaman luas di dalamnya. “Keluar, sana. Gebukin mereka biar diem.”

Abe yang duduk di kursi belakang diam-diam keluar untuk mengeluarkan barang-barang dari bagasi, tidak berniat ikut campur dengan masalah yang dicari Genta.

Mata terbelalak Genta tertuju pada Salga yang mengeluarkan permen bertangkai dan memasukkannya ke dalam mulut. “Bos dikubu gue ya kalau gue digebukin balik sama mereka?”

Salga hanya menanggapi dengan senyum samar. Bukannya senang karena merasa Salga akan membantunya, Genta malah bergidik. Setiap sahabatnya itu tersenyum seperti itu, pasti ada hal buruk dalam pikirannya. “G-gue bantu Abe dulu aja,” katanya gugup sembari membuka pintu dan lari terbirit-birit.

Suara retak terdengar ketika Salga menggigit permennya menjadi hancur berkeping-keping dalam mulutnya. Matanya sedikit menyipit ketika rasa asam sekaligus manis menyebar di penjuru mulutnya. Beberapa saat kemudian dia keluar dari mobil, menatap teman-temannya yang sudah menyapa pemilik bangunan dengan berbagai kardus di tangan. Ia mengambil dua kardus berukuran sedang dari bagasi mobilnya lalu melangkah masuk menyusul teman-temannya.

Hari ini adalah hari Minggu, di mana terdapat kegiatan wajib yang harus mereka bertujuh lakukan yakni mengunjungi satu panti asuhan yang berbeda di setiap minggu, lalu membagi hal-hal yang dibutuhkan anak-anak dalam panti seperti pakaian, obat-obatan, makanan ringan, mainan, dan perlengkapan sehari-hari. Sumbangan berupa uang yang diamplopkan akan diberikan terakhir untuk membantu perekonomian panti memenuhi makanan pokok mereka. Uang yang mereka gunakan bisa berasal dari berbagai hal misalnya denda, kalah dalam permainan game, dan sebagainya yang disimpan menjadi uang kas perbulannya. Bendahara mereka adalah Nakla, yang mana diputuskan mereka secara acak hanya karena mengetahui Nakla adalah jurusan akuntansi.

Semalam balapan dan mabuk-mabukan, pagi keesokan harinya berangkat berbuat kebaikan. Itulah mereka. Kata mereka, sih, kejahatan harus seimbang dengan kebaikan. Jadi mereka memutuskan melakukan kegiatan ini sejak tiga tahun lalu ketika mereka masih berada di semester satu bangku perkuliahan.

Kalau kata Nakla, “Jangan cuma neraca aja yang aktiva dan pasivanya balance. Manusia juga dosa dan amal ibadahnya harus balance!

Salga meletakkan kardus-kardus di tangannya di teras bangunan, menatap seorang wanita yang mana adalah pengurus panti asuhan membawa anak-anak keluar memenuhi halaman. Meski anak-anak itu berpakaian ala kadarnya, mereka terlihat bersih dan rapi.

“Maaf ya, Mas-mas. Ibu gak tahu kalian akan berkunjung hari ini jadi gak ada persiapan yang baik untuk nyambut kalian.” Ibu pengurus panti mulai meminta maaf dengan ekspresi sungkan di wajahnya sambil menatap mereka semua.

Kuzey sontak menggoyangkan tangannya untuk menunjukkan bahwa dia tidak keberatan. “Gak papa, Bu. Kebiasaan kami emang gini, kok. Suka dateng tiba-tiba kayak setan.”

“Elo aja kali setannya.”

“Lo tuh, Zey. Gue mah aslinya enggak.”

Kuzey memelototi Enver dan Genta yang langsung membantah ucapannya sambil mengumpat mereka tanpa suara. “Bangsat!”

UNRIVALED ✓Where stories live. Discover now