2. jealous?

9.2K 687 53
                                    

Kini Renjun sedang uring-uringan karena harus membereskan lemari Jaehyun yang bentuknya tidak karu-karuan. Sedangkan sang pemilik lemari saat ini entah kemana.

Ceklekk....

"Mom?" 
Renjun menengok mendapati Mark yang sedang celingukan tak menyadari jika Renjun berada di bawah.

"Kenapa Mark?" Renjun bangkit dan mendekat ke arah anak sambungnya itu. Meskipun usia mereka hanya terpaut sekitar 1 tahun, tapi terlihat sekali jika Mark menghormati Renjun berbeda dengan daddynya.

(Anyway disini aku buat Mark lebih muda dari Renjun ya)

"Hehe mom, ini Mark mau nitipin Louis, tadi aunty Ten nitipin Louis ke Mark sama Haechan tapi kita mau keluar bentar, tenang mom makanan dia ada di sini kok, kalo gitu Mark pamit ya mom, adek bayi jangan nakal ya, dadaaa~" Mark meletakkan kandang kucing itu di ambang pintu kamarnya. Ia sedikit membungkuk untuk mengambil kandang itu dan membawanya masuk ke dalam kamar.

"Jadilah teman yang baik okay? Jangan menyusahkan ku"

Renjun kembali melanjutkan kegiatannya 'mari menata ulang lemari Jaehyun' dengan sesekali memperhatikan Louis yang terlihat tenang di dalam kandangnya.

Cukup lama Renjun mengabaikan makhluk imut itu sendirian. Setelah akhirnya ia menyelesaikan pekerjaannya itu dan berniat membawa Louis ke teras belakang. Sepertinya sangat sejuk mengingat cuaca hari ini tidak panas tapi tidak hujan juga. Dengan hati-hati ia menuruni tangga membawa Louis yang menatapnya bingung. Sesampainya di teras belakang ia duduk dan mengeluarkan Louis dari dalam kandangnya. Terlihat kucing itu nyaman berada di pangkuan Renjun. Justru kucing itu kini mendusal ke perutnya yang sedikit menonjol itu.

"Kau senang huh?" tanya Renjun sembari mengelus punggung kucing itu.

"Aku juga senang" ucapnya lagi. Ia cukup terhibur dengan kehadiran kucing itu. Meskipun ia masih merasa sepi karena biasanya di rumahnya yang dulu Winwin suka mengajaknya bercerita macam-macam. Ahh... Ia jadi merindukan Winwin saat ini.

"Louis, apa ayahmu menganggap mu?" tanya Renjun yang tentu saja tidak dibalas oleh Louis.

"Aku ingin sekali meneriaki Jaehyun hyung dan bilang bahwa anak ini adalah anaknya, tapi dia pasti akan marah..." Renjun menunduk dan menghela nafasnya.

"Bagaimana jika aku bilang begitu? Bagaimana reaksinya? Dia akan marah atau bagaimana? Aku takut, takut jika dia justru menjauhiku" Renjun bimbang. Haruskah ia memberi tahu kebenaran ini? Ataukah ia harus menyembunyikannya minimal sampai Jaehyun terbiasa dan menerima keberadaannya? Mungkin(?)

"Apa aku boleh mengatainya?"

"Jujur saja dia itu menyebalkan, tidak peka, dia juga suka berkata kasar, aku membencinya" adu Renjun. Sepertinya ia nyaman menjadikan Louis teman curhat. Setidaknya untuk hari ini.

"Siapa yang kau benci?" Renjun mendongak mendapati Jaehyun yang berdiri tanpa menatapnya.

"Membencimu"

"What? Aku? Because?"

"Aku membenci mu karena...."

"LEMARI MU BERANTAKAN AKU PUSING MELIHATNYA" Renjun menaikkan nada bicaranya. Jaehyun menggosok-gosok telinganya. Sepertinya besok ia harus ke dokter THT dan memeriksakan telinganya, apakah gendang telinganya baik-baik saja atau tidak. Sungguh teriakan Renjun bisa meruntuhkan rumah ini.

"Jika begitu jangan dilihat"

"Lalu aku harus meletakkan bajuku dimana hyung?!" geram Renjun. Jaehyun mengedikkan bahunya acuh. Jika yang melakukan itu Jaemin maka Renjun tidak akan segan memukul kepala Jaemin saat itu juga. Ahh... Dia jadi rindu Jaemin juga. Apakah Jaemin sudah bertemu dengan Jeno di sana? Apakah mereka bahagia?

My Angel [JAEREN]Where stories live. Discover now