29. memory

3K 300 34
                                    

Bagi siapapun yang nemuin typo or salah kata langsung komen aja ya soalnya aku males buat ngoreksi ulang and suka typo juga🙏🏻

Happy reading guys~

••••••

Yeonjun menatap datar ke arah depan. Ke arah peti papanya. Hukuman mati sang papa sudah dilaksanakan kemarin, dan hari ini adalah hari pemakaman papanya. Tapi entah kenapa hati Yeonjun seolah membatu. Ia tidak bisa berekspresi apapun. Ia tidak bisa menangis ataupun berekspresi sedih.

"Yuk pulang" ajak Yeonjun. Mark memiringkan kepalanya.

"Kasih bunganya dulu Jun, masa sekertaris papa lu aja sampe nangis lu yang anaknya mau langsung pulang nggak kasih bunga atau apapun gitu" tanya Mark speechless. Jaehyun dan Renjun juga masih disini. Mereka berdua masih berada di sekitar peti.

"Lu aja gue males" jawab Yeonjun datar. Pemuda itu kembali mengenakan kacamata hitamnya dan hendak melangkah pergi tapi Mark menahannya.

Mark tau jika Yeonjun itu sudah membenci pria yang merupakan papa kandung dari Yeonjun itu. Tapi setidaknya terakhir kali berilah penghormatan yang baik kepada mendiang.

"Gue tau lu benci, tapi setidaknya lu harus kasih ucapan selamat tinggal buat papa lu, gimana pun tanpa dia lu nggak bakal ada di sini" Yeonjun menghela nafasnya. Ia lalu berbalik dan mengambil buket bunga yang dibeli oleh dirinya dan Mark tadi sebelum ke sini. Mereka mendekati peti membuat yang lain menyingkir memberikan jalan untuk Yeonjun.

Pemuda itu menatap datar mayat sang papa lalu meletakkan buket bunga itu di sisi kanan sang papa.

"Maafkan aku tidak bisa menjadi anak yang baik" bisik Yeonjun. Ia pun kembali menegakkan tubuhnya dan menatap Mark, Renjun, dan Jaehyun yang berada di belakangnya.

"Udah?" Yeonjun mengangguk.

"Mau langsung pulang? Kamu nggak nunggu papa kamu dimakamin?" tanya Renjun. Ia tau betul bagaimana Yeonjun. Ia hanya butuh waktu. Ia masih ingat di hari-hari terakhir sebelum hukuman mati itu dilakukan Yeonjun sering berkunjung ke penjara. Meskipun dia bilang hanya sedikit membicarakan tentang perusahaan tapi itu sudah menunjukkan ada sedikit rasa peduli di hati Yeonjun.

"Untuk terakhir kalinya jun, sebelum kamu nyesel selamanya" imbuh Jaehyun. Yeonjun mengalah. Ia juga berat meninggalkan tempat ini. Walaupun penuh dengan ingatan buruk tapi tetap saja tempat ini memiliki banyak kenangan.

Kenangan keluarga bahagia diingatannya berputar. Dimana semua badai itu belum hadir. Terhitung 10 tahun sudah ia hidup dalam keputusasaan dan tanpa arah. Menjadi robot bernyawa yang dikendalikan sang papa tanpa bisa berbuat apa-apa. Semua sudah dikendalikan oleh sang papa dengan sangat epik. Hingga tiba waktu dimana ia pergi meninggalkan semuanya dan bertemu dengan keluarga Jung yang dengan tangan terbuka menerima kehadirannya. Yeonjun jadi ingin menangis sekarang.

"Butuh tisu?" Mark menyodorkan selembar tisu entah bekas apa. Dengan santainya Yeonjun mengambilnya dan mengusap ujung matanya yang berair.

"Kok berlendir?" bisik Yeonjun. Meskipun dengan keadaan dilema seperti ini ia masih bisa merasakan apa yang menyentuh kulitnya.

"Bekas ingus gue" jawab Mark dengan tampang watadosnya. Yeonjun menghela nafasnya kesal. Tapi tidak mungkin bukan ia marah? Ini acara berkabung dan ia adalah salah satu orang yang paling sedih disini. Nampak dari luar, entah dari dalam silahkan tanya kepada hati Yeonjun karena jujur pemuda itu juga bingung bagaimana suasana hatinya sekarang.

My Angel [JAEREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang