7. one lie

6.1K 516 18
                                    

Saat ini Renjun tengah menata meja makan. Tetapi hatinya tidak tenang, sesekali ia melirik jam dinding. Ini sudah pukul 8 tapi Mark dan Yeonjun belum kembali.

"Mereka belum pulang?" tanya Jaehyun yang baru sampai di ruang makan. Pria itu duduk di kursinya.

"Belum hyung"

"Sudahlah kita tunggu sambil makan malam, tidak baik menunda makan malam" ucap Jaehyun. Renjun menarik kursinya. Ia pun duduk dan mulai mengambil piring milik Jaehyun. Pemuda itu menyiapkan makanan Jaehyun tapi matanya tidak lepas dari pintu rumah.

"Stop, kau bisa tidak makan jika memberikan ku nasi sebanyak itu" Renjun tersentak. Ia baru menyadari jika ia menaruh banyak nasi ke piring Jaehyun.

"M-maafkan aku hyung, aku masih khawatir kenapa anak-anak belum kembali" ucap Renjun. Jaehyun paham, pasti Renjun mengkhawatirkan Mark dan Yeonjun. Berbeda dengan Jaehyun yang bahkan tidak peduli. Mark itu sering pulang terlambat, bahkan pulang pagi sekalipun, benar-benar seperti masa mudanya dulu. Tapi kenakalan Mark masih bisa ditoleransi tidak seperti kenakalannya ketika masih muda dulu.

"Mark sudah sering pulang terlambat" tambah Jaehyun. Renjun menghela nafasnya. Ia sudah merasa cukup lega. Meskipun Mark belum kembali, tapi pemuda itu sudah sering keluar malam. Berbeda dengan dirinya yang bahkan keluar ke rumah temannya saja harus izin dengan Yuta.

Renjun dan Jaehyun mulai menikmati makan malam mereka. Selesai makan malam Jaehyun membantu Renjun membereskan bekas makan mereka. Hari ini pembantu rumah Jaehyun sedang izin karena ada urusan keluarga. Jadi sedari pagi Renjun yang menyiapkan semuanya. Jika kalian bertanya apakah melelahkan? Jawabannya tentu iya, tapi Renjun senang karena memang inilah kewajiban seorang istri dan juga seorang ibu bukan? Ia tidak merasa terbebani sama sekali.

Ceklekk.....

Pintu rumah terbuka menampakkan dua pemuda yang kini baru masuk dari luar.

"Malam mom" Mark dan Yeonjun langsung menghampiri mereka. Bahkan Mark sudah akan menyapa adiknya. Tapi semua dihentikan oleh teguran dari Jaehyun.

"Sudah izin?"

"Hehe maafkan aku dad, tadi aku pergi ke makam bundanya Yeonjun, aku juga pergi ke makam Jeno tadi" jelas Mark takut-takut. Yeonjun juga ikut takut. Ia yang mengajak Mark berziarah hingga pulang malam seperti ini.

"Kalian berziarah?" Mark mengangguk mendengar ucapan Renjun.

"Kenapa Mark nggak ziarah ke makam bundamu? Kenapa hanya ke makam Jeno?" tanya Renjun lagi. Mark mengernyit. Sejak kapan bundanya yang sudah menghilang 18 tahun itu meninggal. Dan jika memang sudah meninggal kenapa Jaehyun tidak memberi tahu dirinya?

"Maaf mom, tapi sepertinya bunda bel-"

"Sudah membahasnya, lebih baik kalian mandi lalu makan" sela Jaehyun. Renjun menatap Jaehyun curiga.

"Ya udah nanti Mark mandi deh mau nyapa adek bayi dulu" jawab Mark. Jaehyun menatap tajam putra sulungnya itu dan mengisyaratkan agar mereka mandi. Kedua pemuda itu menurut. Daripada besok mereka tidak mendapat uang saku dari Jaehyun, akan lebih baik mereka menuruti pria itu bukan?

"Hyung kau berbohong?"

"Tidak ada yang berbohong, berhentilah memikirkan hal-hal aneh, ingat kata dokter kau tidak boleh banyak pikiran" Renjun ingin membalas ucapan Jaehyun tapi pria itu menghentikannya.

"Aku malas membahas masa lalu, sekarang kita hanya perlu memikirkan masa depan" ucap Jaehyun lagi. Sebenarnya Renjun juga tidak ingin membahas ini, tapi ia adalah tipekal orang yang tidak suka dibohongi. Apalagi dibohongi soal seperti ini.

"Udah nggak usah dipikirin, mending kita tidur" Jaehyun mengajak Renjun untuk ke kamar.

.

.

.

.

.

••••••

Kini Yeonjun dan Mark sedang rebahan di kasur dengan menatap langit-langit kamar.

"Kok mommy bisa bilang gitu ya?" tanya Mark.

"Mungkin daddy Jae yang bilang" jawab Yeonjun sekenanya. Mark juga sempat berfikir seperti itu. Tapi untuk apa daddynya itu menyembunyikan kebenarannya? Toh jika Renjun mengetahui yang sebenarnya, ia yakin jika Renjun masih bertahan dengan Jaehyun. Lagipula kemungkinan sang daddy kembali dengan bundanya itu hanya 0,5% selain karena daddy yang sudah terlanjur kecewa, ia dan keluarga Jaehyun juga membenci wanita itu.

"Buat apa daddy boong?" tanya Mark lagi.

"Ya mana saya tau, kok tanya saya" Yeonjun membalikkan badannya membelakangi Mark yang seperti masih berfikir.

"Bantuin jawab kek"

"Yaelah, kenapa sih? Nggak ada kemungkinan juga kan daddy lu balik sama bunda lu?" sewot Yeonjun. Otaknya sudah malas berpikir. Ia ingin mengistirahatkan otak dan tubuhnya. Tapi rupanya Mark masih mengajaknya berfikir.

"Ya tapi kan gue takut mommy nethink, lagi hamil begitu kan? Bisa aja dia nethink, terus berakibat buruk buat adek gue, gue kan nggak mau hal itu kejadian"

"Ya kalo gitu mending lu jelasin aja ke mommy Renjun, supaya dia nggak nethink and ovt lu itu nggak jadi kenyataan" balas Yeonjun lagi. Sebenarnya Mark setuju. Tapi ia merasa belum puas.

"Tapikan Jun, gue tuh harus memastikan"

"Serah lu dah Jung batu Mark, gue males mikir" Yeonjun mengakhiri pembicaraan malam diantara mereka dengan menyisakan kekesalan di hati Mark karena merasa diabaikan oleh sang sahabat. Apa Yeonjun bisa disebut sahabat(?) Entahlah sepertinya bisa, Yeonjun adalah orang pertama yang mengajaknya berkenalan saat ospek dulu. Jadi bisa dibilang mereka bersahabat walaupun sering bertengkar satu sama lain.

.

.

.

.

.

.

.

•••••••••

Kalian punya temen yang hubungannya kayak Mark sama Yeonjun nggak?? Sumpah sahabat yang kayak gitu tuh seru banget and sefrekuensi, sangking serunya sampe ribut itu udah biasa. Yaaa....walaupun sering ribut terus tapi yang kayak gini nih sering dengerin curhatan kita. Jadi inget sahabat ku dulu tapi sayang dah pindah:( padahal dulu lengket banget tapi ya gitu jarang akur kayak Tom and Jerry.

Btw jangan lupa votement 🤗

My Angel [JAEREN]Where stories live. Discover now