lima

12.5K 872 4
                                    

happy reading 🐣

°°°°°°°°°°°

      bryce memandang ragu pada rumah besar didepannya namun tetap turun dari motor asta dengan berpegangan pada bahu lebar pemuda itu.
bryce yang mengira bahwa asta hanya bercanda dengan ajakan untuk keluar malam ini tidak menyangka akan sampai juga disini.dia heran mengapa asta dan teman-temannya itu mau menerima kehadirannya karena awal mula pertemuan mereka saja sudah tidak baik.

"rumah siapa?"
bryce memegang jaket asta yang berjalan mendahuluinya lalu menarik asta agar berbalik menghadapnya.bryce dapat membayangkan kecanggungan yang akan terjadi nanti jika dia nekat masuk kedalam walaupun disink dia datang bersama asta.
"rumah gue,udah yok masuk"
asta menggandeng tangan bryce untuk memasuki rumahnya,dia heran mengapa kali ini bryce tidak melakukan perlawanan seperti sebelumnya.

"hai manis,sini duduk sama om"
pasha menarik tangan bryce menuju sofa yang ditempati oleh teman-temannya membuat bryce yanh kebingungan hanya menuruti saja selama mereka tidak membahayakannya disini.
"om boleh puas-puasin dulu bicaranya Sekarang sebelum mulut om gak berfungsi lagi"
asta berucap rendah dengan senyuman kecil tersemat dibibirnya membuat pasha buru-buru melepaskan Bryce katena sadar bahwa asta memakai kata-kata sarkaa padanya.
"sekali lagi lo pegang dia,gue tebs barang lo sha"
pasha bergidik ngeri mendengar ancaman asta yang tak main-main sadisnya.

"makan tuh om"
bryce melayangkan pukulan kecil pada pasha dan tertawa sambil memegangi perutnya hingga seluruh pasang mata terpana melibat kearah bryce yang baru kali ini tertawa lepas.pasha mengelus kepala belakangnya namun matanya tak kunjung lepas pada bryce,sungguh asta sangat beruntung bisa mendekati bryce lebih dulu.

"lo cantik Bryce"
kalimat yang keluar dari mulut asta sontak membuat tawa bryce terhenti dan membuat bryce menggaruk tengkuknya canggung karena diperhatikan seperti ini.

"ah lo sih ta,kan gue masih mau liat si bryce ketawa"
fira kesal karena asta menghentikan keindahan yang jarang dilihatnya selama bersekolah sehingga sekali mendapat pemandangan indah seperti rasanya fira ingin menculik bryce dan mengurung dikamarnya.
"ini mata dua masih guna kan?gue ganteng ya"
bryce menunjuk pada kedua mata asta yang masih menatapnya lama.sial jika asta begini terus bryce tidak bisa tidak memerah dibuatnya.

"udah ah goblok lo semua,pacarnya asta sini minum sama kita"
rendy yang tak tahan lagi dengan kelebaian teman-temannya mencoba menghidupkan suasana kembali.
asta mendengus lalu berjalan menuju perangkat game dan menghidupkan ps yang diikuti oleh rehan dan alif yang duduk disebelahnya.
fira menyodorkan sebotol minuman dingin pada bryce yang diterimanya tanpa pikir.fira sudah menyukai tingkah bryce sejak pertama kali pemuda itu memasuki markas mereka disekolah.selama ini para gadis yang mendekati asta selalu bertingkah berlebihan dan manja membuatnya bergidik ngeri saja lain halnya dengan bryce yang malah menantang asta.

bryce merasa nyaman dengan teman-teman asta karena mereka semua menyenangkan untuk diajak bicara dan jangan lupakan poin utamanya yaitu berisik dan sangat heboh membuat bryce cepat mengakrabkan dirinya sementara asta disibukkan dengan permainan.

°°°°°°°°°°°

   "lo juga ngerokok bryce?wah gue gak nyangka modelan manis kayak lo juga hobi ngisap"
rendy menganga melihat bagaimana bryce menghembuskan asap rokoknya memenuhi udara disekitar mereka.
"gue cowok gak heran kalo ngerokok"
bryce menaikan alisnya lalu mengalihkan perhatiannya pada sosok asta yang berstandar pada sofa setelah layar permainan menunjukkan kata end.asta bangkit lalu berjalan kearah bryce dengan membawa beberapa bungkus makanan ringan.
"bagi gue"
asta merebut gulungan nikotin dari jari bryce dan memasukkan kebibirnya membuat bryce menatap tajam namun sekali lagi asta tidak takut dengan tatapan kucing kecil itu.

"nih gue ganti bryce,lo gak perlu nangis gitu"
asta menyodorkan makanan ringan yang dibawanya pada bryce lalu ikut duduk disampingnya membuat rendy yang paham situasi memilih berkumpul dengan anak-anak lain yang sedang bermain kartu.fira sudah pamit pulang duluan karena mamanya yang meminta diantarkan membeli bahan makanan.

"gue gak nangis anjing"
walaupun mulutnya mengumpati asta namun tangannya tetap meraih pemberian asta,sayang jika menolak barang gratis pikirnya.

"orang tua lo mana?dari tadi gue liatin kok gak ada?"
bryce bertanya dengan raut wajah penasaran karena memang sedari dia datang kesini,bryce tidak melihat keluarga asta yang lain.
"papa gue lagi ada urusan perusahaan,mama gue ngikut dia
gue dirumah cuma sama abang gue"
jawaban asta membuat bryce mengangguk saja,bryce menyuapi asta sepotong kue karena asta yang terus menatap bibirnya yang sedang mengunyah.

"ta kita balik dulu ya,hari udah mulai larut juga"
asta mengalihkan pandangannya pada teman-temannya yang sudah berkemas ingin meninggalkan rumahnya.dia mengernyit heran kenapa mereka pulang awal seperti ini karena biasanya jika mereka sudah ngumpul,semua akan lupa waktu namun malam ini berbeda.
alif mengedipkan matanya lalu memandang pada bryce yang asik sendiri dengan dunianya.asta mengerti mengapa mereka pulang cepat karena ingin memberikan ruang bagi dirinya dan bryce.inilah yang membuat asta betah berteman dengan mereka karena solidaritas temannya itu sangat tinggi.

"bryce kita balik dulu,lo tendang aja asta kalau kasar"
bryce memerah malu mendengar kalimat terakhir rehan karena siapa yang tidak paham dengan kalimat mesum pemuda itu.lagian siapa juga yang akan macam-macam dengan asta jelek itu pikirnya.

"bryce lo laper gak?yok turun gue masakin lo makanan"
asta meraih tangan bryce dan menariknya menuruni kamar menuju dapur.bryce yang merasa sedikit lapar hanya menuruti saja dengan langkah terseret-seret oleh kaki panjang asta.
"lo pelan aja jalannya asta,gue bisa jatoh nanti"
bryce melepaskan tangan asta lalu berjalan mendahului pria itu lalu berbelok kearah kanan.asta menggeleng pelan dan menarik karet celana bryce menuju arah yang berlawanan karena arah yang dituju oleh bryce itu adalah ruang musik yang sengaja dibuat olehnya dan zidan kakaknya.
wajah bryce memerah malu karena sudah berjalan kearah yang salah namun dia masih mempertahankan egonya yang tinggi.

"lo udah balik bang?"
asta terkejut mendapati zidan sudah berdiri dibelakang minibar dapur dengan tubuh berbalut celemek.wajah zidan tergolong manis untuk ukuran laki-laki tidak seperti asta yang maskulin dengan tinggi semampai bak model.
"gue baru aja pulang,ini teman lo yang mana lagi?kok lo bisa dapet teman cantik gini?"
zidan yang menyadari kehadiran teman asta yang baru pertama dilihatnya dibuat kagum bagaimana wajah yang diyakininya blasteran itu berdiri tegak disamping adiknya.

"dia pacar gue bang"
bryce melotot kaget saat asta berucap terus terang pada saudaranya. dia tidak menyangka jika asta akan seberani ini mengakui hubungan tabu yang terjalin atas paksaan pemuda itu.
"gak kok bang,gue gak...."
bryce menggoyangkan tangannya didepan wajah zidan dengan panik takut zidan akan memandang aneh padanya bahkan memarahi mereka berdua.

"gue udah nebak kalo selera lo batangan ta"
zidan tersenyum cerah pada bryce yang terdiam kaku.dia mengelus rambut coklat bryce lalu melompat kecil dan kembali mengaduk masakannya membuat bryce tercengang dengan reaksi yang sangat diluar ekspektasinya.

"jangan pikir aneh-aneh lagi,lo cuma harus belajar nerima gue bryce,ayo makan dulu nanti gue anterin pulang"
asta mendudukan tubuh bryce pada kursi dan berbincang dengan zidan sambil menunggu makanan matang.

"takdir gue jelek banget sialan"
bryce menggerutu kecil lalu merebahkan kepalanya diatas meja makan mengabaikan kedua saudara itu,kepalanya sangat sakit sekarang memikirkan bagaimana cara lepas dari asta agar kehidupan normalnya bisa kembali lagi.

Tbc....




best boyfriend •(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang