sembilan belas

7.8K 571 1
                                    

Typo 🙏

happy reading 🐣

°°°°°°°°°

    kringg....
alarm berbunyi nyaring didalam kamar bryce tepat pukul 6 pagi.bryce membuka matanya lesu karena sampai sekarang asta belum juga memberi kabar entah mengapa asta seakan hilang ditelan bumi membuat bryce khawatir hingha sulit tertidur.bryce berdiri dari tempat tidur bermaksud ingin membersihkan diri namun lagi-lagi paginya diawalai dengan rasa pusing dan lemas.bryce kembali duduk diatas kasur sebentar hingga neresa sudah cukup kuat dia berjalan dengan tangan berpegangan pada tembok kamar

"kayaknya darah gue rendah"
bryce memasuki kamar mandi tanpa menutup pintunya karena jika memang ada apa-apa dengannya,semua orang tidak kesusahan mendobrak pintu pikirnya kejauhan.

bryce berjaln menuju meja makan yang telah diisi lengkap oleh anggota keluarganya.key yang sedang meminum susu serta papanya dengan secangkir kopi kesukaannya sedangkan mamanya sibuk mengaduk masakan agar tidak gosong.
"pa,bryce pusinggg"
bryce berjalan kearah papanya lalu memeluk tubuh besar itu manja.richard mengangkat tubuh putra sulungnya keatas pangkuannya dan mengelus punggung sempit bryce.
"kamu sakit hmm? coba kasih tau papa mana yang sakit"
Richard memperhatikan wajah anaknya memang nampak pucat serta bibir pecah dan kering.

"gak ada yang sakit,cuma bryce itu belakangan ini sering lemes aja"
bryce bangkit dari pelukan papanya dan duduk disamping pria itu lalu memperhatikan key yang acuh dengan sekitar.
"mau papa anterin ke rumah sakit?"
asta menggeleng ribut mendengar kata rumah sakit yang diucapkan Richard karena dia cukup membenci jarum suntik.

bryce melirik hp nya sekilas namun tidak ada tanda-tanda asta menghubunginya.dia memikirkan apa yang salh dengan dirinya hingga asta tiba-tiba menjauh begini.
"ini pasti gara-gara gue deket sama alan"
bryce memukul kepalanya menyadari sikap bodohnya telah berdekatan dengan orang lain yang pastinya ini penyebab asta mendiamkannya.
"tapi kan gue cuma temenan sama alan"
bryce melakukan pembelaan diri namun tetap saja memang dia yang salah disini hingga asta jadi salah paham.

bryce mencoba menghubungi nomor asta namun sama seperti sebelumnya, nomor asta tidak dapat dihubungi membuat bryce menjadi ingin menangis saja.

"habisin ya sarapannya"
tari meletakkan sepiring nasi goreng berbagai topping didepan bryce yang hanya mendapat tatapan saja oleh pria itu.
"bry gak makan?atau mau makan yang lain?"
tari memandang heran pada bryce yang belum menyentuh makanannya sedikitpun sedangkan suaminya saja sudah menghabiskan setengah porsi.

"bryce mau roti sama selai coklat aja kayaknya ma"
bryce menunjuk pada roti tawar didepannya membuat tari cekatan mengoleskan selai cokelat pada dua lembar roti.
bryce memakan roti itu tidak berselera lalu meminum susu hangat dengan cepat.

"pa,ma bryce pergi dulu ya"
bryce menyalami kedua orangtuanya yang memandang heran kenapa bryce tampak tidak bersemangat.
"mungkin karena bryce masih pusing ma"
Richard menarik piring nasi yang belum disentuh oleh bryce lalu menyendokkan kemulutnya membuat tari menggeleng pelan.

"key mau tambah lagi?"
tari memperhatikan key yang makan dengan tenang,memang terkadang putranya yang satu ini akan bertingkah seperti orang dewasa saja.
"gak ma key udah kenyang"
key kembali menghabiskan makanannya tanpa bersisa karena kata bryce nanti jika dia menyisakan makanan,mereka akan menangis didalam mimpinya.

°°°°°°°°°°°

    bryce berjalan menuju markas tempat geng asta biasa berkumpul.dia membuka pintu perlahan membuat semua mata yang berada didalam memandang berbinar kearahnya.
"lo udah sehat bry?"
alif berlari kedepan pintu lalu bergelayut dilengan kanan bryce seperti anak monyet.bryce tersenyum kecil lalu duduk didekat fira yang sibuk dengan ponselnya.

"asta mana?"
pertanyaan bryce membuat semua terdiam kaku tidak tau harus menjawab bagaimana.bryce menatap bingung mengapa semua orang tidak ada yang menjawabnya?
"jawab gue,asta mana?"
bryce kembali mengulangi pertanyaan sebelumnya namun lagi-lagi mereka tidak mau menatap mata bryce seolah menyembunyikan sesuatu.
"asta..asta lagi ada urusan kerja bry, mungkin nanti telat datang"
rehan mencoba meyakinkan Bryce dengan jawaban paling masuk akal yang bisa diterima oleh bryce.

"oh gitu,yaudah gue mau masuk kelas dulu"
bryce berjalan keluar dari gudang dengan santai sambari bersiul kecil.matanya menatap kearah parkiran namun tidak melihat adanya mobil atau motor asta disana.

"lo masuk bryce?yakin gak sakit lagi?"
alan mendekati tubuh bryce lalu berjalan beriringan menuju kursi pria itu.bryce menatap alan penuh selidik membuat yang ditatap terkekeh geli.
"gue ganteng banget ya bry?lo mau berpaling sama gue hmm?"
alan menaik turunkan alisnya menggoda Bryce membuat bryce tersedak ludahnya sendiri.
"emang gila lo"
bryce memukul pelan kepala alan berucap percaya diri hingga membuatnya jengkel.bryce mengalihkan pandangannya dari wajah alan namun tanpa sadar tangannya mengusap perut datarnya hingga terasa menenangkan.

"bryce gue mau cerita"
alan memasang raut wajah serius membuat bryce memicing tajam namun tetap mendengar alan yang bercerita exited.
"gue kemarin ketemu sama cowok manis banget bry,tapi lebih manis lo sih, gue rasa gue jatuh cinta sama dia bryce,lo rasain deh sendiri jantung gue"
alan menarik paksa tangan bryce lalu menempelkan dipermukaan dadanya yang sama kerasnya dengan milik asta.

bryce segera melepaskan tangannya dan melotot marah dengan aksi gila alan.
"lo kalo suka kejar jangan cuma cerita sana-sini aja bangsat"
bryce mendorong tubuh besar alan lalu matanya kembali melirik kursi atas yang kosong tanpa pemilik.

"kalo dia serius sama lo pasti bakal balik lagi"
alan mengetahui bryce selalu mencuri pandang pada bangku tidak berpenghuni asta namun dirinya juga tidak tau asta berada dimana karena setelah mengantar Bryce menaiki taksi kemarin, Alan tidak lagi melihat sosok asta didalam kelas.
"gue kangen dia lan"
wajah bryce memerah dengan air mata yang mengalir deras membuat bryce tampak menyedihkan.bryce sudah terbiasa diikuti oleh asta kemanapun berada sehingga saat dirinya sendiri tanpa adanya asta, bryce merasa ada yang kurang dihatinya membuatnya sangat tidak nyaman.

"eh lo pucet lagi sialan!,udah jangan pikirin asta dulu"
alan berteriak panik melihat bryce yang menangis tersedu-sedu dengan wajah memucat.

hoekkk....
rasa panik alan bertambah saat Bryce tiba-tiba muntah dengan tangan memegang perutnya.alan segera memeluk tubuh bergetar bryce membuat anak kelas memandang takjub karena keberanian alan yang menyentuh hak milik asta seperti itu.anak kelas yang melihat kondisi mengenaskan bryce segera berlarian mencari tisu dan minyak angin atau apapun yang bisa digunakan untuk meredakan mual pria blasteran itu.
bryce menidurkan kepalanya diatas meja setelah rasa mualnya mereda.terima kasih pada alan dan teman sekelasnya yang sudah mempedulikannya.

°°°°°°°°°



best boyfriend •(End)Where stories live. Discover now