Prolog

372K 11K 1.4K
                                    

Disclaimer: Kuroshitsuji dan seluruh karakternya adalah milik Yana Toboso. Saya tidak mengambil keuntungan apa pun dari FF ini selain untuk kesenangan pribadi. Akan ada (cukup banyak) kemiripan yg mungkin kalian temukan di FF ini dengan cerita aslinya, jadi jangan terpelatuq yah. Kalo ga suka, langsung tekan tombol back aja, sebab saya sudah peringatkan dan saya benci keributan. ( ̄▽ ̄)

#

Aku tidak pernah mengerti, bagaimana orang-orang dapat berbahagia hanya dengan hal kecil yang sederhana.

Sementara aku yang hampir memiliki segalanya, mengapa aku selalu merasa kosong?

Aku bahkan tidak tahu apa yang hilang, namun aku juga tak begitu ingin untuk mengetahuinya.

Yang bisa kulihat sejauh apa pun aku memandang hanyalah gelap yang semakin menarikku masuk ke dalamnya.

Dan yang bisa kurasakan hanyalah sakit yang tak pernah hilang.

Aku lelah dengan kekosongan ini.

Aku lelah dengan keadaan di mana aku berteriak di tengah ribuan orang namun tak satu pun dari mereka menoleh.

Aku muak dikelilingi oleh para penjilat yang selalu dan selalu memanfaatkanku dengan segala yang kupunya.

Aku lelah dengan hatiku yang dipenuhi rasa iri dan kebencian.

Aku lelah dengan dendam yang membunuhku perlahan.

Mungkin kematian akan terasa lebih menyenangkan untukku?

Namun aku tak ingin mati ... masih belum....

Semua orang bilang, waktu akan menyembuhkanku.

Namun aku tidak ingin disembuhkan oleh waktu!

Aku akan menggunakan waktu yang kumiliki untuk mencari mereka, orang-orang yang telah menyebabkan semua penderitaan ini.

Aku tak peduli berapa banyak dosa yang harus kulakukan untuk itu.

Akan kuseret mereka semua ke dalam neraka bersamaku.

Untuk itu ... aku butuh kekuatan.

Kekuatan yang melebihi siapa pun.

Melebihi apa pun!

Dan aku siap menukarkan apa pun untuk itu....

"Begitukah?"

Tap ... tap ... tap....

Langkah yang terdengar sayup dan suara tanpa wujud itu membuat seorang gadis yang sedari tadi terhanyut dalam lamunannya tersadar.

Ia menoleh, dari sudut kamarnya yang gelap dan hanya diterangi remang malam yang memaksa masuk lewat celah jendela kaca, ia dapat melihat sosok samar yang tampak mendekat ke arahnya.

"Siapa kau?" tanya gadis itu, nyaris tanpa emosi.

"Aku bertanya padamu. Benarkah hal yang kaupikirkan tentang itu? Apa kau sungguh siap menukarkan apa pun?"

"Apa maksudmu?"

"Kau yakin ... ingin mati? Hidupmu seharusnya masih panjang. Tapi kau justru menantang kematian sementara banyak orang mencoba untuk menghindarinya."

"Lantas apa pedulimu?" Gadis itu tersenyum sinis. "Kau bahkan belum menjawab pertanyaanku."

"Jika sungguh kau ingin mati, aku bisa membantumu." Sosok itu kini berdiri di hadapannya, meskipun belum jelas menunjukkan rupanya. Yang bisa dilihat gadis itu hanyalah siluet yang samar oleh gelapnya malam.

The Lady and the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang