Chapter 33 : Her Butler, Fooled

49.9K 2.8K 164
                                    

Tubuh Alice limbung begitu kilasan-kilasan memori itu berakhir. Michael yang memang sejak awal berposisi di hadapannya dengan sigap menangkap tubuh gadis itu.

"Ice!"

Anne tak dapat menyembunyikan kecemasannya ketika melihat Alice yang tampak lemah.

"Nona, Anda baik-baik saja?" tegur Michael sembari mengusap darah bercampur air mata yang tadi mengalir dari balik kelopak mata yang kini tertutup rapat.

Alice hanya diam, tampak tak banyak merespon suara-suara di sekitarnya. Kedua matanya masih tertutup rapat, napasnya terengah-engah cepat dan keringat dingin nyaris membasahi seluruh tubuhnya.

Waktu terasa berjalan lambat ketika gadis itu akhirnya membuka matanya, menampakkan sepasang cerulean miliknya yang kini tampak kosong.

"Nona?" Michael mencoba menyentuh tangan nonanya, namun一

PLAKK!!

一belum sempat ia benar-benar menyentuhnya, gadis itu lebih dulu menepisnya dengan keras.

"Ja-jangan menyentuhku! JANGAN MENYENTUHKU!! PERGI!! PERGI!!"

Semua tampak membeku ketika tiba-tiba saja gadis itu berteriak histeris. Alice mengacak kasar rambut kelabunya, tatapan matanya masih kosong sementara wajahnya tampak menggambarkan ketakutan yang amat sangat.

"Gelap ... aku di mana?" Alice memeluk dirinya sendiri. "Aku takut ...."

"Tapi, Nona ... di sini sama sekali tidak gelap," sahut Michael bingung.

"Ice? Kau kenapa?" Kali ini, Anne yang mencoba menyentuhnya, namun pergerakannya terhenti ketika Alice semakin menarik diri.

"Si-siapa di sana?! Aku tak bisa melihat apa pun ...." Lagi, gadis itu mengeluh dengan suaranya yang bergetar.

Jessica menatap Alice dengan serius. "Jangan-jangan ... terjadi sesuatu pada matanya?" gumamnya menyatakan apa yang terpikir olehnya.

"Ice ... tolong jangan seperti ini. Kau membuatku takut." Anne mulai terisak kini.

Menyakitkan baginya ketika melihat raut ketakutan itu di wajah Alice. Ekspresi yang tak pernah lagi dilihatnya selama bertahun-tahun, dan kini melihatnya lagi membuatnya mengingat kembali dosa masa lalunya.

"Nona?"

"Mi-Michael ... Michael?! Kau di mana?! Aku takut ... hiks. Aku takut ...." Alice meraba-raba sekitarnya dengan kalut.

"Saya di sini. Tak ada yang perlu Anda takutkan." Michael menyejajarkan posisinya tepat di hadapan sang nona tanpa menyentuhnya, khawatir jika ia sampai salah bertindak lagi, gadis itu akan semakin histeris.

"Jess, apa yang terjadi?!" tanya Anne sedikit panik, ia masih saja terisak.

"Aku tidak tahu, seharusnya tidak separah ini. Mungkin ini terjadi karena ia benar-benar tidak siap dengan apa yang dilihatnya."

Sementara itu, Michael hanya diam. Mengawasi sang nona yang kini kembali terdiam, tanpa isakan ataupun pekikan. Hanya matanya yang menatap kosong ke arah lantai dengan raut wajahnya yang kembali tanpa ekspresi.

Ada sesuatu yang aneh dengan gadis ini ....

"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Ini salahku ... salahku!" Anne sedikit meracau, ia benar-benar kalut saat ini.

"Kenapa kalian semua begitu serius?"

Tiba-tiba, suara celetukan bernada dingin itu membuat mereka semua terdiam, sontak mereka menoleh ke asal suara. Lebih tepatnya, ke arah seorang gadis yang masih menunduk menatap lantai, tepat di hadapan Michael.

The Lady and the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang