Chapter 4 : Her Butler, Death?

116K 5.7K 222
                                    

DOR!!

"Mi ... MICHAEL?!"

Alice menatap tajam pria tambun yang kini terkekeh mengejeknya, ialah yang tadi menembak ketika Michael tampak lengah.

"Sayang sekali, tapi tampaknya pelayanmu yang hebat itu tidak bisa lagi menolongmu, No—AKHH!!!"

Kata-katanya terputus ketika tiba-tiba Alice menarik jempol dari tangannya yang menyekap gadis itu, memataknya ke belakang hingga ia merasakan jarinya hampir patah.

Tepat saat pegangannya melonggar, Alice mencengkram lengan itu dengan kuat dan memutarnya. Membuat pistol yang ia pegang jatuh begitu saja ke tanah, kemudian Alice menendang lelaki berbadan besar itu tepat di tengah (*Uuh yeah, if you know what I mean.= ̄ω ̄=)

Dan seketika itu pula pria tambun itu meringkuk di tanah dengan menahan sakit di selangkangannya.

Alice menyeringai, ia kemudian menatap sinis pada dua orang lain yang masih tampak terperangah menatapnya, lantas ia memungut pistol yang teronggok begitu saja di dekat kakinya. Pistol yang tadi dijatuhkan oleh pria berbadan tambun.

"A-apa itu!? Aku bahkan tidak melihatnya bergerak!"

"Kaget?" balas gadis itu dengan senyum meremehkan yang masih tersungging dengan manis di bibir. Ia tampak memainkan pistol di tangannya dengan santai.

"Kalian tahu? Harga yang harus kalian bayar untuk setiap tetes darah dari orangku sangatlah mahal."

"Cih! Bocah sialan!"

DORR!!

Untuk kesekian kalinya, suara ledakan pistol kembali terdengar. Tetapi kali ini berasal dari Alice yang melontarkan timah panas itu tepat ke tangan pria yang mengacungkan senjata ke arahnya. Pria tambun yang tadi ia jatuhkan.

Gadis itu berkelit menghindar ketika salah seorang dari penculik itu berlari menerjang, dengan cepat ditangkapnya lengan yang hampir menghantamnya itu sebelum ia kembali melakukan gerakan memutar dan mengunci.

Baginya, menghadapi orang yang sama sekali tidak bisa beladiri seperti mereka bukanlah hal yang sulit.

Namun gadis itu tiba-tiba tersentak ketika matanya menangkap sesuatu di tengkuk belakang lelaki berkepala botak itu. Sebuah tatto. Ia tak bisa melihatnya dengan jelas, tapi hal itu benar-benar membuatnya kehilangan fokus. Dan tepat di saat ia lengah itulah—

Bugh!!

Pria itu berbalik dan menendangnya dengan kuat. Membuat tubuh Alice yang memang mungil terlempar beberapa meter sebelum akhirnya terseret di tanah.

Alice hanya bisa meringis menahan sakit di perutnya. Ia menatap tajam si Plontos yang kini menyeringai sadis, mendekat sembari mengacungkan pistol ke arahnya.

"Kau benar-benar merepotkan, Bocah. Padahal tadinya kami tak ingin menyakitimu. Tapi setelah kupikir-pikir lagi, sepertinya akan lebih menyenangkan jika aku membunuhmu di sini. Kau bisa tetap sangat mahal meskipun tanpa organ, kau tahu? Jadi ... selamat tinggal."

Alice menutup rapat matanya ketika suara tembakan beberapa kali terdengar. Namun setelah beberapa saat, ia tetap tak merasakan apa pun. Penasaran, gadis itu kemudian membuka matanya perlahan. Dan ia benar-benar terkejut ketika mendapati apa yang ada di hadapannya.

Di sana, tepat di depannya, tampak sang pelayan yang berdiri tegap. Menangkap peluru yang ditembakkan ke arahnya dengan jari-jarinya.

"My, my, Nona. Tampaknya mereka tidak memperlakukan Anda dengan baik, hmm...?"

Michael melirik sang nona yang balik menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Michael?"

"Ba-bagaimana mungkin?! Kau sudah...."

The Lady and the DevilWhere stories live. Discover now