Bab 2

8.6K 1.2K 41
                                    

Amanda mulai menyesali keputusannya menolak tawaran Violet. Roda kereta kudanya ternyata butuh waktu lebih lama untuk diperbaiki. Langit di atas kepalanya kini mulai berwarna oranye gelap. Kawanan burung terlihat mengepak pergi dari pepohonan sambil bersahut riuh untuk kembali ke sarang mereka. Berkendara ketika gelap bukan hal yang jarang dilakukan, namun dia hanya putri seorang count. Dia tidak membawa banyak pengawal selain seorang kusir dan pemandu serta bibinya yang juga ningrat sebagai pendampingnya. Isu soal keamanan yang dilontarkan Violet kini menggema di kepalanya.

Selain itu, datang terlambat di pesta dansa Marchioness Finley akan membuatnya jadi pusat perhatian. Amanda memang berusaha tampil mengesankan di pesta karena dia sedang mencari suami. Tapi dia tidak mau terkenal karena datang terlambat. Lady Aria terlihat lebih gelisah dari Amanda. Dia meremas kipas berhias bulu merak di tangannya sambil terus melihat ke luar jendela.

Tapi apapun yang mereka lakukan tidak akan membuat kereta berjalan lebih cepat. Ada aturan di kalangan kusir kalau mereka harus memacu kuda mereka dengan elegan dan stabil. Kuda penarik kereta bukan kuda pacu. Hidup mereka hanya di kandang dan sudah puas minum air bersih dan makan batang gandum kering setiap hari. Mereka tidak seperti kuda pacu yang biasa berlarian di Padang rumput dengan penunggangnya atau dilatih berkompetisi.

"Rambutmu nak, rambutmu," Lady Aria memberitahu.

Amanda dengan bingung menyentuh sedikit kepalanya.

"Ada yang menjuntai, selipkan kembali ke belakang telingamu," perintahnya datar.

Amanda menurut, dia tidak bisa berkaca dan membenahi riasan ketika berada dalam kereta kuda. Rambut hitamnya indah dan tebal tapi terlalu halus. Teksturnya sedikit Ikal tapi butuh usaha ekstra untuk membentuknya menjadi sanggul. Namun para pelayan bilang beberapa helai rambut yang susah diatur tidak akan menjadi perhatian. Itu karena hari ini Amanda diizinkan mengenakan gaun yang bahunya sedikit terbuka. Bajunya tidak terlalu mengekspos dada apalagi dia juga melilitkan syal putih di sekitarnya. Tapi lehernya yang jenjang dan putih terlihat jelas. Itu menegaskan postur tubuh Amanda yang ramping dan sedikit jangkung.

Gadis terhormat yang belum menikah tidak diizinkan menggunakan banyak parfum karena itu akan memberi kesan tengah menggoda. Namun leher yang terekspos sudah cukup untuk membuat laki-laki manapun penasaran.

Lady Aria selalu berpendapat kalau Amanda adalah gadis terbaik Bennet saat ini. Banyak pertanyaan kenapa dia tidak kunjung memilih suami. Padahal, dia menerima cukup banyak lamaran. Beberapa ada yang dari bangsawan bergelar tinggi bahkan juga ada putra kedua seorang Duke. Keluarganya sudah menyerah memaksanya dan berharap kalau kali ini Amanda akan menemukan pria yang dia suka. Kalau tidak, ayahnya akan memilih menantunya sendiri.

"Ini season ketigamu, jadi katakan pada bibi apa sebenarnya kriteria suami yang kau cari?"

Amanda sedikit terkejut mendengarnya.

"Bibi bertanya padaku?" Amanda menengok ke sekitarnya. Tapi jelas hanya dia perawan yang siap menikah di kereta kuda itu.

"Kau tahu, perempuan tidak boleh pilih-pilih. Tapi bibi dan ayah ibumu khawatir kalau kau sekali lagi akan bersikap keras kepala. Jadi, nanti kita tidak perlu buang waktu. Kau mau berdansa dengan pria yang seperti apa?"

"Eh, kalau ditanya seperti itu, aku—"

"Seorang cendikiawan? Pria pemuram yang tidak suka ke pesta? Atau duda flamboyan yang sudah bosan dengan hidup bebas dan memilih hidup tentram di mansionnya?" Bibi Aria menyebutkan satu persatu.

"Bagaimana kalau aku bilang ingin menghabiskan hidupku dengan pria yang membuatku berpikir 'ya, dia orangnya'?" Lady Aria segera memberikan tatapan aneh seolah Amanda baru saja terantuk langit-langit kereta kuda.

The Viscount Vampire Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang