Bab 19 - The Blooming Woman

4.9K 859 91
                                    

Baiklah, aku mencoba memainkan diksi agar kalian lebih fokus pada feelnya. Aku nggak akan pernah nulis adegan seks yang eksplisit. Tapi tetap saja ini Area 18+ ya para pembaca! Sebaiknya Skip chapter ini kalau kamu berusia di bawah 18 tahun. Ini adegan yang hanya boleh dilakukan oleh orang yang sudah menikah dan dewasa secara fisik dan mental.

***

"Seharusnya kita bisa saja melakukannya di ruang kerjaku," Neville mengeluh sambil menutup dan mengunci kamar tidur Amanda. Amanda tertawa, bersandar pada meja riasnya mencoba untuk rileks. Amanda sudah bersiap untuk malam ini sejak mereka bertunangan dan bersumpah memastikan semua terjadi dengan sempurna.

"Aku seorang lady, setidaknya biarkan aku mengalami malam pertamaku di tempat yang layak,"

"Darlin', kau ingin menyiksaku?" Neville tertawa lalu berjalan ke arahnya. Amanda tidak gentar dan menatap langsung ke matanya.

"Kupikir, kau akan punya waktu untuk memikirkan ulang soal niatmu malam ini, my lord. Jarak antara ruang kerjaku dan kamarku lumayan jauh," Amanda menjelaskan.

"Banyak yang terjadi hari ini, bagaimana kalau dirimu lelah?" Lanjutnya.

"Bagaimana denganmu? Apakah kau sudah mengantuk?"

"Sejujurnya setelah ciuman tadi, aku mungkin akan terjaga memikirkannya sampai pagi," Amanda tertawa dan kini duduk di meja sambil menyilangkan kakinya anggun.

"Well," Neville meremas kedua tangan istrinya, menatap kedua bola mata hijau itu dengan yakin. Kini mereka berdua bisa mendengar nafas masing-masing. Ketika mereka saling bertatapan dan tidak bicara apapun, rasanya mungkin lebih intim ketimbang berciuman. Karena mata bisa bercerita banyak hal. Saat ini, hasrat yang membuncah, kerinduan serta penasaran yang memuncak memancar dari keduanya.

"Aku akan memastikan tidurmu nyenyak, darlin'," ketika Neville mengatakannya tangannya yang kokoh dan sedikit terasa kasar—karena berulang kali menyentuh obat-obatan serta Hydrangea—bergerak menyentuh kaki Amanda.

Amanda membuang wajahnya, merasa malu karena hanya dengan sentuhan seperti itu dia seketika merona. Nafasnya berubah sedikit berat untuk sensasi yang tidak lagi terlalu asing baginya.

"Aku selalu mengagumi kulitmu, Amanda. Rasanya dingin, membuatku nyaman. Lembut seperti potongan Turkish delight. Rasanya menyiksa setiap melihatmu memakai gaun berleher rendah, seolah balutan kain mewah itu bisa tergelincir dengan mudah dari kulitmu yang sempurna,"

Amanda tidak sanggup menahan rasa malu. Dia kini menutup kedua wajahnya gemetar. Kakinya lemah, dia mungkin tidak bisa berjalan dengan mudah ke ranjangnya sendiri. Segala sentuhan sang Viscount, tepat sasaran dan membuatnya melayang.

Neville seolah paham akan kondisi Amanda yang tengah gemetar karena gairah. Dia memeluknya, membawanya ke ranjang dengan mudah.

"My lord," Amanda meremas tangan suaminya tanpa sadar.

"Well, untungnya saraf motorikmu sudah mulai normal. Aku cemas kau akan mematahkan tanganku," Neville bergurau, seraya mengecup dahinya dan wajahnya. Sang Viscount menghujaninya dengan puluhan sentuhan manis, yang menghipnotisnya. Membuat Amanda kehilangan akal.

Amanda merasa berada di pertengahan antara alam mimpi fantasi serta kenyataan. Dia melihat pelangi, unicorn yang terbang membawa manisan serta Kerlip bintang di antara awan. Di kala lain dia juga melihat plafon kamarnya yang tinggi dengan lukisan indah yang tidak pernah dia sadari sebelumnya.

"Kau cantik dimana-mana, segalanya, sempurna," Suara Neville terdengar bergetar. Amanda merasakan lehernya menegang, dia hanya bisa memandang langit-langit sambil berusaha memahami situasinya. Rambut suaminya yang pirang, terasa sedikit tajam dan menyapu seluruh tubuhnya. Membuatnya tidak berdaya, merampas akalnya, memaksanya berserah.

The Viscount Vampire Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang