The Viscount Vampire Wife (TAMAT)

Bab 11 - The Husband and Wife

"Aku ingin tahu apakah kau pernah berciuman?" Lord Annesley bertanya seolah itu kalimat yang setara dengan 'hari ini cerah ya?' atau 'apakah tehnya terlalu manis?' karena gentleman itu bahkan tidak berkedip ketika mengatakannya. Amanda melihat sepasang mata biru yang menakjubkan itu selama berjam-jam tapi dia yakin kalau dia tidak akan pernah muak. Gadis itu merasa berada dalam situasi aneh. Instingnya mengatakan kalau mata itu menyimpan bahaya, namun hatinya berpikir kalau tatapannya bagaikan mantra yang menyihir jiwanya dengan cara yang menyenangkan.

Amanda tidak tahu kalau dia bisa merasa gelisah dan nyaman di saat yang bersamaan.

Sang Viscount tidak main-main dengan pernyataannya. Dia bilang ingin menikahi Amanda di musim gugur. Itu artinya hanya sekitar dua bulan setelah pertunangan mereka. Mereka beberapa kali makan siang dan makan malam bersama. Menghadiri acara publik dan sosialisasi sebagai pasangan serta memilih pernak pernik pernikahan - yang sebagian besar diserahkan keputusannya kepada Amanda.

Segala kesibukan itu membuat waktu berjalan begitu cepat. Hari demi hari seolah berlalu begitu saja. Rasa lelah dan gelisah karena cemas kalau akan ada bencana memalukan di hari pernikahan— membuat Amanda lupa dengan tujuan utama pernikahan ini terjadi. Yaitu membuat keturunan.

Dalam dua bulan ini, Amanda menjadi tidak terlalu lugu. Kini dia tahu kalau untuk menciptakan bayi tidak cukup hanya dengan berciuman. Kedua kakak perempuannya yang masih berdiam di rumah Bennett diam-diam memberinya buku novel dewasa serta mengajaknya bicara tentang apa saja yang dilakukan oleh suami istri ketika mereka berduaan di dalam kamar.

Di malam sebelum pernikahan, countess Priscilla juga memberitahunya secara tidak eksplisit tentang apa yang akan terjadi ketika seorang suami menyentuh istrinya. Amanda ingin tertawa menyadari ibunya yang canggung sekaligus malu ketika menjelaskan semua itu.

Mereka berdua kini berada dalam kereta kuda yang melaju damai menuju kediaman sang Viscount di pinggiran London. Mereka telah melakukan pemberkatan di gereja dalam upacara yang dihadiri tidak terlalu banyak manusia. Hanya para bangsawan, serta beberapa rekan sesama prajurit lord Annesley. Sebagian besar dari tamu sudah saling mengenal, karena jumlah kaum bangsawan di London tidak terlalu banyak.

"Pernah, denganmu," kata Amanda sambil menatapnya tanpa ragu. Dia berusaha keras untuk tidak selalu tersipu setiap kali diajak bicara oleh Neville. Dia mungkin sudah terlalu menyukai Lord Annesley, tapi Amanda tidak ingin itu terlalu kentara. Mereka berdua saling membutuhkan. Amanda didesak oleh waktu sebelum dia menerima sebutan sebagai perawan tua. Dia sebagai Viscount yang baru juga harus memiliki pewaris agar keluarga Annesley tenang membiarkan sang Viscount sibuk dengan urusan militernya.

"Kau terlihat tenang, terlalu tenang," Neville seolah mempertimbangkan sesuatu, tapi Amanda yakin apapun yang dia pikirkan tidak sepenuhnya tentang Amanda.

"Haruskah aku panik atau gugup ketika melakukannya? Maksudku, aku sudah bersiap untuk ini mungkin sejak tiga tahun lalu. Aku memastikan kalau ciuman pertamaku di depan altar sempurna. Aku sudah menghadiri lusinan pernikahan jadi aku tahu, seperti apa cara berciuman yang bagus. Kukira aku sudah melakukan pekerjaan yang baik," kata Amanda lagi percaya diri.

Neville tertawa kecil, sembari menggaruk sedikit dagunya dan memandang istri barunya lekat. Neville kini sibuk mengagumi, dia mungkin terlalu fokus dengan Amanda sebagai obyek eksperimennya. Dia lupa, kalau Amanda itu seorang perempuan. Wanita dewasa yang ranum dengan kecantikan di atas rata-rata. Neville tidak berpikir kalau pernikahannya bisa membereskan masalahnya sekaligus. Dia membutuhkan seorang istri, kini keluarga Annesley sudah lega dan berharap mendapat berita kehamilan Amanda segera. Neville juga berpikir kalau pertemuannya dengan Amanda mungkin bisa membantunya mewujudkan impian jangka panjangnya.