Bab 15 - The Theatre Plays

5.1K 924 57
                                    

Lampu gantung dengan ribuan kristal berkilau menjadi hal pertama yang Amanda lihat ketika dia memasuki teater. Langit-langit plafon yang tinggi, memberikan nuansa lega sehingga ribuan lilin lebah yang terbakar perlahan tidak menimbulkan panas. Karena memasuki musim gugur, setiap penonton terlihat memakai mantel serta gaun yang memiliki lebih banyak lapisan kain.

Amanda berjalan bersama suaminya yang hadir dengan kemeja putih gading berbalut rompi abu-abu tua. Dia menyampirkan jasnya di bahu dan melangkah dengan percaya diri. Dirinya tidak seperti bangsawan pada umumnya yang menyebarkan aura elegan bahkan sampai membuat rakyat biasa gugup. Dia terbiasa dengan hidup sebagai prajurit dan berteman dengan mereka yang bukan bangsawan. Neville bahkan membantu memberi jalan seorang wanita paruh baya ketika dia kesulitan duduk di kursinya. Kehadirannya membuat para wanita di sana tanpa sadar menahan nafas.

Neville begitu mudah berbagi senyum dan dia sepertinya mengenal banyak orang di sana, termasuk beberapa polisi yang berjaga bahkan aktor dan aktris yang memakai kostum. Padahal dia baru saja menetap di London kurang dari enam bulan setelah selama empat tahun mengabdi sebagai prajurit.

Amanda yang merasa tersisih meraih lengan suaminya, memberi tatapan untuk mengingatkan Neville kalau dia seharusnya menjadi fokus utama sang suami. Neville pun memberinya senyuman yang serupa. Amanda seketika membenci dirinya sendiri karena dia berharap Neville mengumbar senyum itu hanya untuknya.

"Sayangku, kita duduk di sebelah sana," Neville memberi tahu. Menunjuk kepada sebuah balkon tinggi yang kursinya hampir penuh diduduki para bangsawan yang sebagian besar mengangkat hidung mereka dan mengernyit seolah ada kotoran menggantung di atas bibir mereka.

Para bangsawan duduk di sana, mereka tidak bercampur dengan rakyat jelata. Teater hari ini sangat populer, semua aktor dan aktris mereka adalah rakyat jelata. Bahkan sutradara dan penulis skenarionya juga rakyat jelata. Para bangsawan hadir hanya untuk menonton. Mereka tidak bisa bergabung apalagi terlibat selain membayar banyak uang untuk pengelola teater.

Terlibat dengan seni adalah hal yang kurang terhormat bagi bangsawan. Konon bangsawan yang menyukai sastra hanya bisa mempublikasikan karya mereka dengan anonim.

"Drama ini ditampilkan berdasarkan novel yang populer, kau tahu?" Amanda memberi informasi. Dia tidak ingin selamanya dianggap sebagai istri lugu yang tidak tahu apa-apa.

"Apakah ini seperti novel dewasa yang suka kau baca, Amanda?"

Wajah sang Viscountess segera merona karena malu bercampur kesal.

"Bagaimana kau bisa tahu? Astaga, tapi bukan novel itu yang kumaksud," sergahnya berusaha menahan suara.

"Sayangku, para pelayan di rumahku bekerja untukku. Mereka akan selalu melapor padaku walaupun aku sama sekali tidak ingin tahu. Seharusnya kau menyimpannya di tempat yang lebih rahasia," dia tertawa, yang membuat kekesalan Amanda segera menguap.

"Aku tidak bermaksud menyembunyikannya, aku sudah dewasa, kenapa aku harus malu karena sesekali membacanya?"

"Kau benar, aku tidak ingin menghakimi,"

"Lagipula, bukan hanya itu yang kubaca. Seperti drama hari ini, itu dari novel yang sangat populer,"

"Ceritakan padaku, darlin' " tanggap Neville sambil seolah mengaguminya. Amanda adalah bintang di pertunjukan hari ini, minus cahaya yang berkelap-kelip. Tapi matanya, berbinar, cantik dan bersemangat. Bibirnya disapu warna peach yang lembut, membuat Neville kembali teringat dengan pagi mereka yang liar di kebun Hydrangea.

"Kau tidak tahu, my lord? Apa kau membeli tiket pertunjukan ini tanpa tahu sinopsisnya? Ini cerita tentang seorang pelayan di rumah seorang Baron. Dia dituduh menggoda sang Baron dan berusaha membuktikan dia tidak bersalah. Aku kasihan membayangkan betapa sulitnya seorang pelayan membuktikan kesuciannya di tengah lingkungan ningrat," Amanda bercerita.

The Viscount Vampire Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang