OF SHIT! : Masih sakit

610 82 10
                                    






"Baiklah kuserahkan tanggung jawab bazar kepadamu ya..Rinso"

Setelah mendapatkan anggukan kepala pelan dari Rinso_anak seni lukis. Renjun melanjutkan langkahnya. Memantau persiapan stand-stand dari anak seni lukis semester 2 dan 3 yang ikut berpartisipasi dalam bazar amal -festival tahunan ini.

Sudah 50% tenda berdiri, semua orang terlihat sibuk berlalu lalang mengerjakan tugas masing-masing.












Renjun mengamati, sesekali berhenti untuk memberikan pendapat dan juga masukannya, apa bila ada yang terasa kurang.

"Huang..Renjun?" Menoleh ketika merasa namanya di panggil seseorang.

Jaemin disana. Berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang, bersama dengan seorang gadis cantik berambut pendek.





Renjun merasakan sarafnya menegang, darahnya berdesir dan jantungnya berdetak tak menyenangkan-sakit.

Renjun tau gadis itu.

Lim Hera, bulannya fakultas Teknik.

Gadis yang bertanggung jawab atas kisah asmara pertama Renjun yang kandas dengan begitu menyedihkannya.

"Ahh.. Ternyata memang kamu"

"Kalian kembalilah bekerja, aku tinggal sebentar"Senyum tipis di berikan Renjun kepada beberapa pemuda yang tadi menghentikan langkahnya untuk meminta bantuan -memilih beberapa tema menarik untuk Stand .

Setelah mendapatkan anggukan kepala dari para pemuda itu.
Renjun melangkah mendekat dengan aura dingin ke'pasangan Kekasih' baru itu.

Ck! Mengesalkan !

"Ya? Ada yang bisa ku bantu?"Datar sekali.

Lim Hera tersenyum miring, sedang Jaemin sendiri terdiam dengan mata fokus menatap Renjun intens.

"Kau sendiri? . Di mana temanmu yang cerewet itu? Eum... siapa namanya? "Lim Hera terlihat seperti sedang berpikir keras. Dan itu nampak sangat memuakan di mata Renjun. Jujur saja.

"Ah!! Lee Haechan ..Zhong Chenle?"

Wanita itu tersenyum culas.

"Hari ini aku datang sendiri, kebetulan mereka sedang sibuk"

Renjun memaksakan senyum tipisnya. Seraya Melirik kearah bawah- tepatnya ke arah tautan tangan yang saling mengait posesif satu sama lain.

Dan Lim Hera menyadarinya, kaitan tangannya di lengan Jaemin dengan sengaja dia eratkan.

Mengundang umpatan Renjun didalam hati.

_kenapa rasanya masih sakit? demi tuhan! Ini sudah sebulan lebih, apa aku masih belum bisa melepaskannya?_

Renjun berkeluh dalam hati. Tanpa di sadarinya tatapannya menyendu menatapi kaitan tangan Lim Hera di lengan kekar Jaemin.

Tangan itu dulu pernah memeluknya ketika dirinya merasa resah, lelah dan tertekan akan tuntutan tugasnya sebagai mahasiswa semester ketiga.

Tangan itu juga dulu pernah menghapus air matanya yang mengalir akibat rindu yang melanda Ketika dia merasa begitu rindu pada kedua orangtuanya yang dia tinggalkan di China.

Dan sekarang tangan, tubuh,  beserta hati milik dari pemuda yang sangat di cintainya itu kini telah menjadi milik orang lain.

Oh! Atau mungkin sendari awal semua itu memang bukanlah miliknya?.

Semuanya sudah di rancang dengan begitu manis, sendari awal. Hingga membuat dirinya terperosot jatuh begitu dalam.

Tetapi walaupun seperti itu.

Rasanya masih tidak rela, ketika melihat tangan itu kini melingkar posesif di pinggang orang lain.

Renjun tau kalau dirinya sudah tak memiliki hak.
Namun tetap saja, perasaan cemburu dan tidak rela itu masih tetap ada tanpa bisa dia cegah ataupun di hilangkan.

Setidaknya untuk saat ini, tidak tau dimasa depan nanti.

Semoga saja.

Dan lagi, Lim Hera menyadarinya. Senyum kemenangan tercetak begitu jelas. Menghias wajahnya yang rupawan.

"Jaemin sayang....kau tidak ingin menyapa 'mantan' kekasih mu ini. hmm?!"

Sengaja sekali Lim Hera menekan kata Mantan ketika bertanya pada Jaemin yang hanya terdiam dengan wajah datar.

"Tidak perlu! untuk apa? Lagi pula sudah tidak ada lagi yang harus kami bicarakan... Kita sudah berakhir"

Rasanya begitu menyakitkan, Renjun kecewa.

Bagaimana bisa Jaemin...Pemuda yang pernah mengisi penuh hatinya- mungkin masih hingga saat ini-  berbicara dengan begitu mudahnya,  mengatakan sesuatu yang amat sangat menyakitkan untuk di dengar telinganya?

Rasanya masih Sakit.

Renjun merasa jantung dan hatinya seakan di remat kuat oleh tangan kasat mata.

_sebegitu tak berharganya kah hubungan kita selama ini Na?_

_apakah hari-hari yang selama ini kita lalui tak pernah membuatmu bahagia sebegitu mendalam?
Seperti yang ku rasakan?_

Rasanya menyakitkan.

"Hahaha....benar! Lim Hera-si, hubungan kami sudah berakhir, kami bukanlah siapa-siapa lagi Sekarang. Jadi untuk apa kami harus saling bertegur sapa?"

Butuh kekuatan lebih untuk mengatakannya, sekuat tenaganya Renjun menjaga agar suaranya tak terdengar bergetar.

"Aku memiliki banyak sekali pekerjaan disini, jadi jika sudah tidak ada lagi yang perlu di tanyakan...

Bisakah aku pergi?"

Dengan senyum ramah palsunya Lim Hera mengangguk.

"Pergilah, lagipula aku tak memiliki hal yang perlu ku tanyakan kepada mu"

"Tentu saja tidak, kau hanya datang menemuiku untuk memamerkan kemenangan mu bukan? Dan yeah.. kau menang. Kau telah berhasil membuat hatiku terluka Lim Hera-si"

Balas Renjun sarkas. Tentunya hanya dari dalam hati.

"Ayo sayang kita pergi, kau ada kelas kan sebentar lagi? Biar aku antar kekelasmu"





Sepeninggalan Jaemin dan Hera.

Air mata Renjun tumpah.

Tubuhnya bergetar kecil, Isak tangisnya Renjun bungkam dengan punggung tangan yang kini sudah menutup mulutnya sendiri.

Ada begitu banyak orang, dan Renjun tidak mau ada seorangpun melihat dirinya tengah menangis seperti ini.

Hati dan kontrol tubuhnya masilah bereaksi dengan begitu berlebihan - menyangkut semua hal tentang Na Jaemin. Mantan kekasihnya.

Cinta pertamanya.

Sekali lagi, tanpa bisa dia cegah.

Jujur sebenarnya Renjun juga ingin melupakan kenangan dan rasa cintanya pada Jaemin-

Namun semuanya sia-sia.

Sekuat dan seberusaha keras apapun Renjun mencoba, nyatanya perasaan cinta itu masih tetap ada dan tak pernah berkurang sedikitpun. Malahan rasanya semakin bertambah besar.

Kenapa?

Kenapa perasaan marah, kecewa dan bencinya tidak bisa mengalahkan rasa cintanya?

"Aku membenci......






Membenci diriku sendiri yang lemah-

Karna tak bisa membencimu Na..!!"










"Aku masih mencintaimu"

BEAUTIFUL TIME{JaemRen} ☑️Where stories live. Discover now