Bagian 2

1.6K 301 29
                                    

"Verrel. Lo yakin mau nyerahin cewek lo kalo seandainya lo kalah dari Jeka?."

Johan menyesap rokoknya dengan perlahan, lalu abunya di sentil pada asbak di sana.

"Kenapa sih emangnya?. Lagian gue seberani ini karena gue yakin kalo dia bakalan kalah." Jawab Verrel dengan penuh rasa percaya diri.

Johan hanya menggeleng, lalu, disampingnya Tonny mentertawakan kebodohan Verrel.

"Lo cowok paling bego tau gak?. Tapi kalau seandainya gue yang menang tanding lawan lo, bisa dong, Rosela jadi cewek gue?." Ucap Tonny dengan nada riang, niatnya sih mau menggoda, tapi dalam hati, Tonny sangat ingin melakukannya. Memangnya siapa yang tidak suka dengan Rosela?, gadis itu begitu menarik baginya. Verrel saja yang bodoh setengah mampus, bisa-bisanya menyia-nyiakan Rosela, sedemikian brengsek nya pria itu. Kalau bukan karena teman, bisa saja Tonny maju melawan Verrel.

"Gak usah bercanda sama gue." Balas Verrel dengan angkuh. Tentu saja perkataan itu dianggap angin lalu oleh Tonny.

Pandangan Verrel beralih pada Yuda. "Yud, gimana kabar terbarunya?. Si Jeka mau gak tanding sama gue?."

Yuda menggeleng kecil, "Katanya dia gak mau. Miqdar yang bakal naik gantiin."

Verrel berdesis, baru akan mengucap kata, tiba-tiba handphonenya bergetar dan nama Rosela memenuhi layarnya. Dengan perasaan gundah, Verrel mengangkat nya.

"Hallo by."

"Ya by, kenapa nelpon aku?."

Di sebrang sana, terdengar Rosela menghela nafas panjang. "Huft, aku gak bisa tidur."

Verrel tak mampu menyembunyikan senyum kotaknya. Pria itu merasa jauh lebih lega ketika mendengar kalimat tadi.

Verrel pikir, Rose tahu bahwa dia berbohong. Ya, berbohong seluruh tetek bengek perihal Verrel yang ingin bertemu papa nya. Nyatanya, itu adalah sebuah konspirasi bodoh yang digelar oleh dirinya sendiri.

Pada keadaan yang sebenarnya. Verrel hanya ingin bersenang-senang dengan temannya malam ini.

"Mau aku nyanyiin?." Jawab Verrel.

"Hahaha. Nggak ah, takut kangen." Suara tawa Rosela terdengar renyah disana.

"Serius by."

"Aku mau kamu kesini, bisa gak?."

Verrel terdiam. Mana bisa dia datang. Dia kan ingin tanding.

"Aku masih ngobrol sama papa by. Maaf gak bisa kesana."

Rosela hanya bisa mengiyakan, walau dalam benaknya dia bertanya-tanya. Sudah larut begini dan Verrel masih belum tidur. Terdengar berisik sekali sepertinya disana. Tapi sungguh, Rose tak ingin berburuk sangka.

"Yaudah by. Aku tutup ya. Good night."

"Good night too."

Setelah Rosela mematikan sambungan telpon nya. Verrel kembali tenang, dia menatap Yuda. Meminta informasi terbarunya.

"Tapi katanya si Jeka bakal hadir. Kalau lo beneran mau nantangin dia, coba lo yang negosiasi."

Verrel mengangguk, pria itu tersenyum miring.

"Tapi, satu hal yang gue mau Ver. Tolong lo jangan pertaruhkan Rosela lagi. Lo gak selamanya bakal menang kayak kemarin-kemarin." Timpal Yuda menasehati. Diantara teman-teman nya, Yuda memang tergolong perhatian dan peka pada lingkungan sekitar. Dia juga sering memberi saran pada teman-teman nya.

Rasanya sedih melihat Rosela yang selalu di khianati oleh Verrel. Menjadi pria setia memang sulit, tapi Yuda tidak pernah ingin mendukung Verrel dalam hal yang tidak baik.

I'M THE WINNER Where stories live. Discover now