Bagian 18

1K 212 10
                                    

Rosela termenung. Sedari tadi, gadis bersurai blonde itu lebih banyak diam daripada ikut mengobrol dengan teman-teman nya yang lain.

"Rose. Gimana?. Mau gak liburan ke Bali nya?." Jena menoel lengan atas Rosela. Hal itu tentunya membuat Rosela terpekur. Ia tersenyum menanggapi pertanyaan Jena.

"Gimana?. Mau gak Rose?. Kebetulan Jimmy juga bisa cuti."

Rosela kini hanya bisa mengangguk. Rasa sesal dari hatinya masih saja belum bisa hilang. Kejadian sebulan lalu masih membekas. Hari dimana, Jeka dan Rosela memutuskan untuk tak saling mengenal dan juga berhubungan.

Jeka semakin dingin, tak tersentuh. Bahkan, Rosela tidak pernah lagi melihat seujung kuku pun kehadiran Jeka.

Apalagi, mulutnya ini pernah mengeluarkan perkataan yang menyakiti hati Jeka.

Rosela kelabakan, makan tak tenang, tidur juga resah. Perubahan sifat Jeka membuatnya merasa bersalah. Di tambah, kini Rose dan Erick sering bertemu.

"Rose. Lo kenapa?. Daritadi kok diem aja?. Biasanya, lo yang paling antusias kalo berhubungan sama wisata begini." Perkataan Jena membuat Rosela terdiam. Ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

Sedang Lisha hanya bisa menatap prihatin sahabat nya yang satu itu. Perubahan Rosela membuat Lisha gelisah.

"Eh, nggak apa-apa kok kak. Aku cuma mikirin Ip semester ini"

"Wah iya, kakak baru inget. Semoga nilai kamu makin bagus ya"

"Iya kak, doain aku dong makanya." Gurau Rosela.

"Ish, itu mah pasti lah. Kan kamu calon adik ipar kesayangan aku."

Syukurlah Jena tidak curiga. Rosela mencuri-curi pandang pada Lisha yang ada di sebelahnya. Gadis berponi itu sama sekali belum buka suara sedari tadi.

"Lo juga Lis. Kalian berdua itu daritadi diem mulu. Gak biasanya. Jangan mikirin nilai dulu deh. Nanti liburan nya malah gak tenang. Percaya sama kakak, pasti nilai kalian memuaskan."

Jena melanjutkan pembicaraannya yang hangat, Ia tak ingin suasana nya mati karena kesunyian itu.

Rosela memandang rintik hujan di jendela caffe. Pikiran nya melalang buana pada Jeka yang bersimpuh di kakinya hari itu. Dengan wajah piasnya, Jeka melepaskan Rosela. Melupakan semua perjanjian yang pernah mereka buat bersama.

Tapi, Lisha selalu melarang nya untuk memikirkan itu semua. Mungkin, Lisha memang terlampau sebal pada sosok Jeka.

Lisha berusaha menghibur nya dengan menjodoh-jodohkan Rosela dengan Bagas. Astaga, padahal, Rosela selalu bilang bahwa dia tidak ingin menjalin hubungan dulu sekarang.

Tak ayal, saat Erick mendengar bahwa Jeka melepaskannya, pria itu makin gencar mendekati nya. Bahkan, Verrel, si brengsek yang satu itu mulai menghubunginya lagi.

Jemari Rosela bergerak resah. Ia lagi-lagi hanya tersenyum tipis saat Jena kembali menanyakan pendapat nya.

"Rosela. Gimana?. Setuju gak?."

Mendengar namanya disebut, Rosela mengerjapkan matanya bingung. Ia melirik Lisha, sedangkan yang dilirik hanya mengangkat bahunya seolah-olah dia tidak mengerti.

"Gimana apanya kak?"

"Nah kan, bengong lagi. Rosela, lo harus percaya sama gue. Nilai lo pasti bagus kok. Sekarang, mending kita refreshing aja. Oke?."

Gadis itu mengangguk saja. Percuma berdebat dengan Jena. Pasti Rose selalu kalah.

Tapi, perkataan Jena tadi ada benarnya. Rosela mesti refreshing, otaknya bisa pecah kalau Ia memikirkan Jeka terus menerus. Kalau kata Lisha sih, Life goes on.

I'M THE WINNER Where stories live. Discover now