Bagian 22

805 163 14
                                    

Miqdar duduk di sofa ruang tengah vila milik Jeka. Sambil menunggu Rosela di sana. Miqdar memejamkan matanya.

Siapa kira, Rosela mampu berlama-lama di kamar Jeka. Dengan telaten, Rosela menyuapi Jeka. Gadis itu memasakkan sup hangat dan juga teh manis panas.

Setelah dokter memeriksa tadi, ternyata Jeka drop karena daya tahan tubuhnya melemah, di tambah pria itu belakangan ini kurang nutrisi. Namun, faktor utamanya karena dia terlalu stres, hal itu memberikan dampak yang cukup hebat bagi tubuh Jeka.

"Miqdar. Lo pulang duluan aja. Biar gue yang jagain Jeka disini."

Miqdar sekilas menoleh, "Gila ya?. Bisa di bunuh gue sama bang Jimmy kalo lo gak ikut gue pulang"

"Tapi, Jeka gimana?. Dia masih sakit, kasian kalo gue ninggalin dia."

Benar kata Rosela, Jeka tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Pria itu harus di perhatikan dengan intens, mengingat anjuran dokter tadi.

"Gini aja, gue anterin lo pulang sekarang. Nanti, gue langsung balik lagi kesini buat jagain Jeka."

Rosela menggeleng, gadis itu bersikeras untuk merawat Jeka disini. Dia hanya terlalu merasa senang bisa melihat Jeka lagi.

"Nggak. Gue gak mau pulang." Sergah Rosela.

Sedang Miqdar hanya bisa memijat kepalanya. Dia cukup pusing menghadapi sikap Rosela yang seperti ini.

"Kalo lo gak pulang, gue yang kena amuk Rose. Bisa tolong ngertiin gue gak?. Semua orang disana pasti bakal nyalahin gue."

Rosela terdiam, dia tidak pernah memikirkan kejadian terburuk nya. Benar kata Miqdar, jika dia tidak pulang, pasti Jimmy akan menginterogasi Miqdar habis-habisan.

"Tapi gue masih mau jagain Jeka." Lirih gadis itu. Dia memilin ujung bajunya, benar-benar terlihat seperti orang merengek.

"Gini aja, besok pagi sampe sore, gue bakal ajak lo kesini. Malem ini, lo harus beresin barang-barang lo buat pulang besok malem. Gimana, mau gak?."

Ah, Rosela baru ingat jika besok malam mereka harus kembali. Ini benar-benar malam terakhirnya di Bali.

Rosela mengangguk, dia bisa melihat raut wajah Miqdar yang mengeras. Maka dari itu, daripada membuat pria itu makin marah, lebih baik dia mengiyakan semua sarannya. Toh, apa yang dikatakan Miqdar adalah solusi terbaiknya.

"Gue kasih lo waktu setengah jam disini. Sana, masuk lagi, puas-puasin liat muka Jeka."

Rosela yang tadinya menunduk langsung mendongak. Wajahnya cerah sekali di banding kan tadi. Dia benar-benar sangat senang.

Dengan cepat, Rosela langsung masuk ke kamar Jeka. Lalu tersenyum kecil melihat Jeka yang mulai terlelap dalam tidurnya.

Gadis itu menyentuh wajah Jeka. Rasanya sudah lama sekali dia tidak melihat wajah ini. Jeka membuat nya galau belakangan ini.

Melihat Jeka yang lemah seperti ini, membuat Rosela terenyuh. Apa yang sebenarnya terjadi?. Pria itu benar-benar membuatnya bingung.

Jeka yang mendorong nya. Jeka sendiri yang membuat Rosela tersisihkan. Tapi, setiap kali Rosela berusaha pergi, pasti Jeka selalu bisa menariknya lagi.

Rosela bahkan tidak sedang main tarik ulur perasaan. Rosela memberanikan diri untuk mengutarakan perasaannya, tapi, Jeka menolak. Lantas, setelah semua kejadian itu, pada akhirnya, Rosela selalu bisa kembali pada Jeka.

Rosela menggenggam tangan pria itu, "Jeka, aku pulang dulu ya. Cepet sembuh, biar kita besok bisa ngobrol. Ayo, kita selesaiin semua kesalah pahaman ini."

Setelah mengatakannya, Rosela mencium pipi Jeka. Tanpa sadar, air matanya mengalir, bulirannya jatuh ke pipi Jeka.



"Ya, ayo kita selesaikan semuanya, Anna."






***





"Please. Aku janji bakal jaga diri aku baik-baik disini."

Jimmy mengetatkan rahangnya saat Rosela bersikukuh untuk tinggal tiga hari lagi disini. Padahal, Jimmy dan yang lainnya sudah merencanakan untuk pulang malam ini.

"Dek, kakak udah pesen tiket buat kalian loh. Kenapa tiba-tiba kamu kepikiran buat gak ikut?"

"Aku pengen me time. Kak, please." Rosela sudah buntu memikirkan alasan yang tepat untuk menunda kepulangan nya. Kini, dia hanya bisa pasrah sambil memohon pada Jimmy.

Jimmy sejenak terdiam. Rosela memang sangat jarang bisa liburan sendiri. Kemarin-kemarin, Rosela selalu terlihat murung. Dia bahkan tidak cerita apapun padanya.

"Please. Sekali ini aja. Ya, ya, ya?." Pinta Rosela sekali lagi.

Sekon itu, Jimmy mau tak mau pada akhirnya luluh. Jimmy mengangguk kecil, sorot matanya mulai teduh. Wajahnya melembut, dia ingat pasti, Rosela seharusnya diberikan waktu tenang untuk dirinya sendiri.

"Oke. Tapi, kamu harus janji sama kakak, jaga diri baik-baik selama disini."

Mata Rosela membulat, tidak Ia sangka Jimmy memberikan izin semudah ini. Dengan perasaan membuncah, Rosela jatuh pada pelukan Jimmy, dan tentunya hal itu di balas lembut oleh sang kakak.

Setelah sesi lovey dovey itu berakhir, Rosela kembali ke kamar nya. Dia berniat untuk tampil rapih dan memasakkan sesuatu untuk Jeka nanti. Semangatnya kembali datang ketika mengingat nama Jeka.

Rasanya sudah lama dia tidak punya perasaan seperti ini. Mengingat kemarin dia selalu lesu akan semua yang terjadi di sekitar nya. Rosela tersenyum di depan cermin. Pantulan tubuhnya terlihat sangat cantik. Air mukanya ceria, senyumnya merekah sempurna.

Namun, seketika itu semua menghilang saat perawakan Erick tiba-tiba ada disana. Yah, Erick mendatanginya. Bukannya Rosela tidak senang, akan tetapi dia sudah terlanjur malu saat ketahuan dirinya senyum-senyum sendiri di depan cermin bak orang gila.

"Aku gak salah denger kan Rose?"

"Maksudnya?."

Erick mengepalkan kedua tangannya. Apa-apaan ini, bagaimana gadis itu bisa bersikap biasa saja setelah semua omong kosong nya pada Jimmy. Sejak semalam, Rosela mulai mengabaikannya. Erick selalu berusaha agar Rosela bisa melihat ke arahnya. Namun, tetap saja, Rosela masih menganggap nya sebagai teman biasa.

"Kenapa tiba-tiba kamu gak mau pulang?. Apa kamu bisa bertahan disini sendirian?." Tanya pria itu. Erick menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Sedang Rosela hanya terkekeh kecil, "Erick, aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa jaga diri aku sendiri"

"Tapi kenapa kamu baru ngomong sekarang?. Kenapa gak ngomong dari kemarin-kemarin?." Erick semakin mendesaknya. Hal itu membuat Rosela menjadi sedikit tidak nyaman.

"Aku cuman pengen me time. Apa yang salah sama permintaan aku?"

"Me time?. Itu cuman alasan kamu doang kan?. Selama di Bali, kamu bahkan selalu me time. Berapa kali kamu tolak ajakan aku buat jalan-jalan keluar Vila?. Kamu udah terlalu sering melakukan me time Rosela. Aku yakin, pasti ada hal yang lagi kamu sembunyikan?."

Nada suara Erick terdengar marah, Rosela jadi bingung sekarang. Dari awal, Rosela hanya menganggap Erick hanyalah teman baginya. Ya, teman yang menyenangkan. Lalu, mengapa tiba-tiba Erick bisa se menyebalkan ini?.

"Erick, aku cuman mau nyelesaiin masalah aku. Dan nunda kepulangan hanya satu-satunya cara"

"Okey kalau itu mau kamu. Aku gak bakal biarin kamu tinggal lagi lebih lama disini. Kalau seandainya kamu masih mau disini, aku harus tetap sama kamu, Rosela."



***




Please enjoy and happy reading.













I'M THE WINNER Where stories live. Discover now