Bagian 7

1.7K 328 31
                                    

"Rosela." Verrel tersenyum kecil saat melihat presensi Rosela yang sedang berbincang kecil dengan Miqdar.

Bagus, terpantau Jeka tidak ada disana. Dengan langkah tegas, Verrel berjalan menuju mereka.

"Makasih banget loh Miq, udah mau kasih tahu tempat gitar yang bagus."

Miqdar terkekeh, "Mau gue anterin ke sananya gak?."

"Ih, mau banget, mumpung si Jeka ada kelas sampe sore."

"Ayo, kalo ke sore an nanti keburu huj—,"

"By." Ucapan Miqdar terpotong karena Verrel langsung memeluk Rosela di depan Miqdar, pria itu mencium bibir Rosela.

Rosela membelalakkan matanya, Ia mendorong tubuh Verrel menjauh, lalu, mengusap bibirnya yang basah karena kuluman Verrel tadi.

Miqdar hanya bisa terdiam. Dia bingung sekali, posisinya disini hanya sebagai teman Rosela, bukan siapa-siapa.

"Ngapain sih lo?!." Rosela menyentak Verrel dengan teriakannya yang cempreng. Ia menajamkan matanya.

"Aku cuman mau cium kamu doang, by. Kangen."

Rosela mengerjap sinis, "Stop panggil gue dengan panggilan menjijikkan itu. Baby?, sorry, kita udah putus ya."

Verrel menyilangkan tangannya, dia menggigit bibir bawahnya, kelewat kesal karena respon Rosela yang terlalu kasar.

"Aku gak setuju. Kita belum putus Rose."

Miqdar mengernyitkan keningnya, dia benar-benar bingung dengan pola pikir Verrel. Hei, Miqdar ingat betul betapa angkuhnya Verrel waktu itu saat menyebut Rosela sebagai hadiah Jeka.

"Brengsek!. Gue udah bilang putus ya putus." Ucap Rosela menggamit lengan Miqdar untuk pergi dari sana.

"KITA BELUM PUTUS ROSELA!." Verrel, mencengkeram pundak Rosela.

Gadis itu terkejut karena bentakan Verrel barusan, Ia meringis kesakitan saat Verrel mencengkeram pundak nya dengan kuat.

"ANJING." Balas Miqdar, pria berkulit Tan itu langsung mendorong tubuh Verrel menjauh.

"JAUH-JAUH LO DARI ROSELA." Sergah Miqdar, kini Miqdar menarik Rosela dalam genggamannya.

Dengan langkah sedikit kencang, mereka berdua pergi meninggalkan Verrel disana.

"Gila. Nyali Verrel gede banget. Kalo Jeka tahu lo di bentak begitu, bisa abis dia." Gerutu Miqdar sambil memasang kan seltbelt untuk Rosela. Dia dengan jelas melihat pundak Rosela yang memerah karena Verrel. Yah, gadis itu memang memakai baju yang sedikit terbuka di bagian atasnya.

Rosela terdiam, sampai sekarang, bahkan Rosela masih shock karena perlakuan Verrel padanya tadi.

Tak pernah sekalipun Verrel berbuat kasar seperti tadi. Se marah-marah nya Verrel, pria itu tak akan meninggikan suaranya pada Rosela. Perubahan Verrel, membuat Rosela menjadi sensitif. Dia tidak ingin Verrel jadi pria tempramental begini.

"Rose."

"Rosela?."

"Hei." Miqdar menyentuh lengan atas gadis itu, Rosela sedari tadi masih terdiam, maka dari itu Miqdar ambil langkah ini.

"E-eh, iya Miq, kenapa?."

"Ehm itu, kita jalan sekarang ya?."

Rosela terkekeh, dia mengangguk. "Boleh."

Sepanjang perjalanan, mereka berdua hanya saling diam. Suasana nya menjadi canggung karena kejadian di parkiran siang ini. Padahal, sebelum kedatangan Verrel, Rosela dan Miqdar mengobrol cukup baik dan lumayan nyambung.

I'M THE WINNER Where stories live. Discover now