Bagian 17

1.1K 221 13
                                    

Rosela sedikit menarik nafas guna menetralkan rasa gugupnya.

Ia menekan password basecamp tempat Jeka biasanya berkumpul bersama teman-teman nya.

Jangan salah, Rosela memang diperbolehkan dengan bebas untuk keluar masuk ruangan itu. Jadi, baik Jeka dan teman-teman nya sama sekali tidak keberatan jika seandainya Rosela tiba-tiba masuk.

Saat Rosela masuk, kepulan asap vape dan rokok bertebaran. Bau alkohol menyengat terlalu kuat, dan keadaan basecamp itu berantakan sekali. Rosela menahan nafas saat pemandangan itu tampil dihadapan nya.

"Rosela?." Pekik Jeffry saat siluet tubuh Rosela berada disana, mata pria itu terasa buram karena asap rokok.

Mendengar nama Rosela disebut, sontak Jeka mematikan rokok batangan nya. Lalu berdiri menghampiri Rosela yang terdiam di ambang pintu.

"Anna, kok kamu gak bilang kalo mau dateng kesini?."

Rosela menatap datar. Tatapan matanya dingin sekali, tidak-tidak, yang ini lebih menyeramkan. Jeka berani sumpah dia tidak pernah melihat tatapan sedingin ini dari Rosela.

"Lo ngerokok?." Tanya Rosela, dia mengendus bau alkohol dan rokok saat Jeka menghampiri nya.

"Eh, itu. Aku gak—"

"Gak usah bohong. Jawab, lo ngerokok lagi?."

Jeka meringis, lalu pria itu menganggukkan kepalanya.

Rosela berdecak sinis, Ia memindai ruangan ini dengan seksama. Ternyata hanya ada Jeffry, Erick dan Jeka saja. Ah, Miqdar akhir-akhir ini memang jarang kelihatan di basecamp. Rosela lebih sering melihatnya bersama Lisha.

"Selesai kuliah jam berapa?." Tanya Rosela, Ia menyenderkan punggungnya ke pintu. Lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Jam dua siang"

"Oke, gue bakal ke apartemen lo nanti jam dua"

"Kamu gak mau bareng sama aku?."

Rosela menggeleng, lalu dengan segera dia pergi meninggalkan ruangan itu. Berjalan santai menuju kantin yang posisi nya cukup jauh dari ruangan tadi.

Tapi, belum sempat sampai di ujung koridor, tangannya di tarik oleh seseorang. Rosela pikir, tangan itu milik Jeka. Rosela sudah menyiapkan sumpah serapah untuk memarahi nya. Namun, saat berbalik. Ia dikejutkan dengan presensi Erick di hadapan nya.

"Loh, Erick. Kenapa?." Rosela tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya. Ia menatap genggaman tangan Erick padanya.

Erick yang merasa canggung pun, akhirnya melepaskan pegangannya. Pria itu tersenyum hingga matanya menyipit.

Demi Tuhan. Rosela tidak salah lihat kan?. Erick tersenyum—padanya.

"Kamu mau kemana Rose?."

Rosela tertegun, ini benar-benar hal baru baginya. Rosela selalu menekankan bahwa Erick adalah salah satu teman Jeka yang paling irit bicara dan dingin kepadanya.

Tapi, karena tak ingin terlalu larut dengan pikiran nya, Rosela menjawab, "Aku mau ke kantin Rick. Kenapa?"

"Boleh bareng?"

"Hah?." Rosela seketika nge blank.

Sedang Erick terkekeh sambil mengusap surai pirang itu. Lalu merangkul pundak Rosela untuk kembali melanjutkan perjalanan nya tadi yang sempat tertunda.

Rosela tersenyum kecil. Ternyata Erick tidak se dingin yang Ia kira. Mereka berdua akhirnya melangkah menuju kantin dengan candaan yang terselip di dalam nya. Bahkan Rosela kini sudah tidak canggung lagi.






I'M THE WINNER Where stories live. Discover now