Bagian 19

1.3K 214 10
                                    

Deburan ombak yang kencang, matahari yang mulai menampakkan diri dan juga wangi embun basah menyeruak masuk menemani pagi Rosela.

Ia bersemayam di balkon kamar yang di sewanya, lantas gadis itu menoleh ke belakang. Rosela tersenyum melihat Jena dan Lisha yang masih terlelap dalam tidurnya.

Rosela menyentuh besi penyangga balkon itu, lalu mengeratkan jemarinya disana. Dia dilema berat, semakin Ia melupakan Jeka, semakin Ia kembali mengingat nya.

Jeka punya ruang tersendiri di hatinya. Bahkan, saat Verrel masih menjadi pacar nya, pria itu tidak mampu menembus hati Rosela sedalam ini. Hanya Jeka, hanya pria itu.

Tadi malam, mereka ber-enam telah sampai di Vila ini. Vila yang kemarin telah di booking mereka. Namun ada sedikit kendala, karena Seva dan Jessie ternyata tidak jadi ikut. Keduanya memilih untuk pergi bekerja, katanya tanggung kalau cuti sekarang.

Jadilah, mereka ber-enam yang berangkat kesini.

Rosela memilih untuk sekamar bertiga dengan Jena dan Lisha. Kendati sebenarnya di Vila ini memiliki banyak kamar kosong, Rosela enggan untuk menempati nya.

Rosela jenuh terlalu lama menunggu mereka bangun. Akhirnya, gadis itu beranjak dari tempatnya, lantas keluar kamar dan melangkah perlahan menuju dapur.

Dia membuka pintu kulkas disana. Namun nihil, isi nya kosong seperti hatinya. Jadi, Rosela dengan keras menutup pintu kulkas itu.

Ketika Rosela sedang mencuci tangan. Derap langkah yang terpacu itu begitu mengusik nya. Dia menoleh sebentar, lalu kembali melanjutkan kegiatannya saat perawakan Miqdar mulai mendekati nya.

"Rose. Lisha udah bangun?"

"Belum Miq." Balas Rosela yang masih sibuk menuangkan sabun ke telapak tangan. Lalu menggosok nya lembut.

Di belakang sana, Miqdar menganggukkan kepala, lalu dia membenarkan letak kacamata minusnya.

"Rose. Lo... gak mau tau kabarnya Jeka?."

Mendengar nama itu, jantung Rosela berdebar. Ia membalikkan tubuhnya menghadap Miqdar. Demi Tuhan, Rosela benar-benar penasaran akan kabar pria itu. Apakah Jeka masih rajin meminum vitaminnya?, Apakah Jeka rutin kontrol ke psikiater nya?. Dan berbagai pertanyaan yang mencokol di pikiran gadis itu.

"Miq. Gue udah gak ada hubungan apa-apa sama dia." Kilah nya.

Rosela selalu mengucapkan itu setiap pertanyaan yang sama selalu dilayangkan padanya. Itu adalah salah satu bentuk perlindungan diri yang di terapkan oleh Rosela. Dia tidak ingin orang-orang selalu beranggapan bahwa Rosela masih menyimpan rasa pada Jeka.

"Kalo seandainya Jeka perjuangin lo lagi, apa lo bakal terima dia?"

"Miq, lo gak usah ngelantur. Mana mau dia perjuangin gue. Dia tuh gak suka sama gue, apalagi setelah gue—"

Rosela menghentikan ucapan nya sejenak, Ia masih ingat betul perkataan kasar nya pada Jeka waktu itu, tapi dengan cepat Ia menggeleng, dan kembali melanjutkan ucapannya yang terpotong. "—apalagi setelah dia nolak gue mentah-mentah. Lo pikir, dia punya perasaan yang sama kayak gue?."

Miqdar menipiskan bibirnya, Ia mengerti, Rosela masih memiliki rasa untuk Jeka. Mata Rosela terpancar senang saat dia membawa Jeka dalam pembicaraan ini. Yah, meski Rosela menyangkalnya setengah mampus. Tetap saja Rosela tidak bisa membohongi hatinya sendiri. Gadis itu masih mengharapkan Jeka kembali.

"Maafin gue Rose. Gue gak bermaksud buat bahas-bahas masa lalu. Gue terlalu sensitif, belakangan ini, Jeka sering ngelamun, gue kira dia selalu mikirin lo."

Miqdar tidak bohong, memang benar Jeka terlihat murung semenjak pertengkaran nya waktu itu.

Sedang ekspresi wajah Rosela mulai khawatir. Ia ingin menanyakan keadaan Jeka, tapi, rasa-rasanya itu tidak mungkin, mengingat dia sudah tidak memiliki ikatan apapun dengan Jeka.

I'M THE WINNER Where stories live. Discover now