Bagian 4

1.6K 325 18
                                    

Rosela rasanya ingin menangis saja. Bagaimana tidak?. Jeka menarik pergelangan tangannya dengan kasar dan hal itu sangat menyakitkan.

Tubuh Rosela meremang, pikiran nya berkecamuk. Jeka membawanya ke sebuah ruangan mewah yang bahkan Rosela tak pernah tahu bahwa ruangan itu ada di kampus ini.

Tubuh Rosela dihempas pada sebuah sofa mahal berwarna putih itu.

"Berani-beraninya lo neriakin gue kayak tadi." Jeka menatap datar gadis di hadapannya. Pria itu menyilangkan tangannya di depan dada.

Rosela hanya diam. Ia ingin melawan, tapi terlampau takut. Di ruangan ini hanya ada mereka berdua. Rosela tak mau menanggung resiko kalau-kalau Jeka melakukan hal-hal yang tak mengenakkan.

"Heh jawab. Lo bisu ya?." Kilah Jeka lagi, dia tak tahan dengan situasi ini.

Rosela mengumpat dalam hati. Rasanya ingin sekali menendang pria itu.

Jeka mencengkeram pipi Rosela, "Kalo gue nanya tuh dijawab."

Namun sepertinya, Rosela masih betah untuk tak menggubrisnya. Tidak, sampai Jeka mengambil sebuah kondom di laci meja nakas sebelah nya. Prasangka-prasangka buruk mulai menghampiri gadis itu.

Dengan keberanian penuh, Rosela berdiri, dia mendorong tubuh Jeka menjauh.

"L-lo mau ngapain?." Ucapan nya hampir tertelan angin saking takutnya.

Sedangkan Jeka malah tersenyum nakal. Ia melangkah, makin dekat dengan Rosela. Tapi, setiap Jeka melangkah maju, Rosela pasti selalu mundur satu langkah.

Dan boom. Gadis itu terpojok, Ia tidak bisa bergerak kemana-mana lagi.

Tubuh Rosela bergetar ketika tangan Jeka mulai menyentuhnya.

"Rosela Annastasia ya?. Hm, cantik banget, sama kayak yang punya nama." Jemari Jeka menyentuh garis lengan gadis itu. Membelai nya seduktif.

"G-gue bisa teriak kalo lo macem-macem." Tutur Rosela.

Jeka terkekeh, Ia memundurkan tubuhnya, lantas mengulas senyum tipis.

"Silahkan teriak sepuasnya. Gak bakal ada yang denger." Tantang Jeka.

Rosela makin ketakutan, apalagi wajah yang ditampilkan Jeka benar-benar menakutinya.

"Sialan. Sebenernya apa urusan lo sama gue sih?."

Jeka lagi-lagi terkekeh, mungkin Rosela akan terus mengumpati bahwa pria itu sudah gila.

Jeka menarik sejumput helaian rambut gadis itu. Ia menghirupnya sensual.

"Hm, urusan gue?. Coba lo tanya sama pacar pengecut lo."

Rosela mematung, kali ini apalagi yang diperbuat Verrel?. Rosela selalu merasa tak tenang ketika mendengar nama Verrel disebut-sebut.

Verrel terlalu sering membuat gadis itu pusing.

"Rosela. Rosela. Lo terlalu naif?. Kalo gue ngomong disini, lo bakalan tetep gak percaya sama gue. Jadi, lebih baik lo tanya sendiri sama pacar sialan lo itu."

"Maksud lo apaan sih?. Gue gak ngerti."

Pria itu menyeringai tipis, Ia malah membalikkan badannya, lalu dengan sengaja, membuka jaket kulitnya. Menyisakan kaus hitam ketat yang menghiasi tubuh berotot nya.

Hal itu sukses membuat Rosela meneguk ludah. Sebenarnya ada apa ini?. Rosela tiba-tiba merasa hawa panas menyelimutinya.

"Lo tahu kalau Verrel sering balapan?."

Jeka merasa pembicaraan ini makin menarik, dapat dilihat bahwa Rosela murni tidak tahu kelakuan buruk musuhnya itu.

"Maaf?."

I'M THE WINNER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang