Bagian 21

829 168 11
                                    

"Karena sekarang hari terakhir kita di Bali. Gimana kalo kita bikin acara berbeque an gitu?." Jena membuka suara saat mereka ber-enam sedang berkumpul di ruang Tv. Wah, sebenarnya, jarang sekali mereka bisa kumpul se lengkap ini. Dari kemarin, mereka memang jauh lebih fokus dengan pasangan nya masing-masing.

Jimmy hanya bisa menganggukkan kepalanya, dia selalu ingin terus mengerti keinginan Jena. Maklum, sudah kepalang cinta.

Erick dan Lisha pun juga turut mengangguk. Menerima saja apa yang di rencanakan oleh Jena. Hal itu justru berbanding terbalik dengan Miqdar.

Miqdar rencananya ingin mengunjungi Jeka sebelum kembali besok. Namun, ternyata, rencana Jena malah membuatnya terhambat. Miqdar khawatir sekali dengan kondisi Jeka sekarang. Masalahnya, mengajak Jeka ke Bali adalah salah satu usulan Miqdar agar Jeka bisa cepat-cepat berbaikan dengan Rosela.

Ah, tapi, alih-alih berbaikan, Jeka dan Rosela bahkan tidak bertemu sama sekali. Dan Miqdar harus menanggung rasa bersalah teramat dalam saat Jeka sama sekali tidak bisa dihubungi sekarang.

"Tapi kita belum beli bahan-bahannya. Siapa yang mau secara sukarela buat beli ke supermarket?."

Serentak, Miqdar dan Rosela mengangkat tangan mereka, hal itu membuat Jena tersenyum senang.

"Oke deh. Berarti, Lisha sama Erick ikut gue buat nyiapin panggangan nya ya." Setelah mengatakan itu, Jena langsung berlalu sambil menarik tangan Jimmy untuk ikut serta dengannya ke dapur.

Lisha mengangguk dan tak lama kemudian ikut ke dalam, menyusul Jena. Sedang Erick hanya terdiam. Pria itu tersenyum kikuk memandang Rosela yang asik dengan ponselnya. Erick menatap Miqdar, lalu beranjak duduk di samping pria itu.

"Miq, gimana kalo gue aja sama Rosela yang beli bahan-bahannya?." Tanya Erick sambil berbisik pelan.

Miqdar menggeleng tegas, "Aduh, bukannya gue gak mau bantuin lo Rick, tapi gue sebenernya udah janji sama temen lama, pengen bincang-bincang sebentar"

"Miq, beneran gak bisa?"

"Beneran gak bisa, sekali ini aja kok Rick, ijinin gue jalan berdua sama Rosela."

Setelah percakapan yang cukup alot itu, akhirnya perlahan Erick pun mengerti, lantas menepuk pundak Miqdar, dengan hati gundah pria itu langsung pergi, menyusul Jena, Jimmy dan juga Lisha.

"Rosela, gue ambil kunci mobil dulu ya ke kamar?. Lo tunggu sini, gak apa-apa kan?"

"Hm, oke." Balas gadis itu.

Rosela merasa hatinya tak tenang, entah perasaan apa ini. Tapi Rosela seolah merasa gelisah, padahal tidak ada apapun yang terjadi menyedihkan disini.

"Rosela, ayo."

Tanpa mengatakan apa-apa, Rosela langsung berdiri mengikuti Miqdar.

Sepanjang perjalanan, mereka berdua sama sekali tidak saling berbicara. Sejak pembicaraan mereka di dapur waktu itu, Rosela belum bertegur sapa lagi dengan Miqdar.

Bahkan saat sampai ke supermarket pun, mereka berdua masih saling diam. Ketika Miqdar meletakkan barang-barang belanjaan di dalam bagasi, tiba-tiba saja Rosela membuka suara.

"Gue gak mau cepet-cepet balik."

Miqdar mengernyit lalu menatap Rosela dengan wajah bingung.

"Kenapa?. Tumben, biasanya juga lo nempel mulu sama Erick."

Rosela mendengus, "Emang nya gue harus nempel terus sama Erick?"

"Ya nggak juga sih. Kebetulan banget gue mau ke tempat temen gue sebentar. Lo mau ikut atau disini dulu, nanti gue jemput?"

I'M THE WINNER Where stories live. Discover now