Bagian 11

1.2K 241 7
                                    

"Rose, kalau nanti si Bagas dateng, bilang aja gue lagi cod an ke rumah temen nyokap gue. Oke?." Ucap Lisha, dengan barang pesanan di tangannya. Dia tersenyum cerah menghampiri Rosela yang sedang sibuk mengelap meja disana.

Lisha's Caffe, menjadi satu-satunya caffe kebanggaan Lisha, caffe ini dibangun oleh orang tuanya sebagai hadiah ulang tahun kemarin. Awalnya, Lisha takut tak bisa mengelola dengan baik, namun, Rosela, Jessie dan Jena meyakinkan bahwa mereka akan turut membantunya.

Yah, seperti saat ini, Rosela sedang senggang, hitung-hitung mengisi waktu kosong, kan' lumayan uangnya bisa dipakai jajan. Lagipula, nanti malam Jeka akan menjemput nya, setidaknya Rosela punya uang lebih untuk digunakan nanti.

Untungnya, suasana warung kopi ini tidak seramai siang tadi, jadi, Lisha sedikit tenang meninggalkan Rosela. Sore menjelang malam biasanya memang sering di datangi oleh para pekerja kantoran yang baru pulang, tapi sepertinya sore ini terpantau belum ada pelanggan lagi yang datang berkunjung.

Selang beberapa waktu. Seorang pria dengan gaya casual itu memasuki toko. Di sisi kiri, dia menempati bangku kosong, terkesan menyendiri, sambil menatap jalanan yang mulai padat karena memang jam pulang sudah tiba.

Sedang Rosela, hanya melirik-lirik bingung ke arah Ryuka—pegawai Lisha yang bertugas di kasir— Rosela bingung, maka Ryuka juga bingung, Ryuka masih tergolong baru disini, dia tidak terlalu mengerti akan situasi canggung yang dihadapi nya.

Lagi-lagi Rosela menghela nafas panjang. Dengan percaya diri, dia datangi si pria misterius itu. Senyumnya terpampang rapih, seolah memberi kan kesan ramah.

"Permisi mas, apa ada yang ingin dipesan?."

Pria itu menoleh, "Lisha nya ada?. Gue Bagas, sebelum nya udah janjian kok."

Rosela termangu, tak Ia sangka ternyata pria bernama Bagas itu datang secepat ini. Baru ada sepuluh menit Lisha keluar tadi. Mana Rosela juga tidak tahu pasti, kapan Lisha akan kembali.

"Ehm, gini Bagas. Lisha kan baru aja keluar ya. Kayaknya sih, gak bakal cepet. Selagi nunggu, mungkin Lo mau pesen sesuatu?."

Bagas menggeleng, "Gue lagi gak mau makan apa-apa dulu. Tapi, boleh gak, Lo nemenin gue disini?"

"Maksudnya?"

"Gini, jadi gue pengen ngobrol sama lo. Biar gak bosen gitu. Bisa gak?"

"Oh astaga. Boleh-boleh, gue lepas apron dulu ya."








"Yaampun. Jadi lo temen kecil nya Lisha?." Rosela terkekeh kecil sambil menatap jenaka ke arah Bagas. Gadis itu agaknya terlihat nyaman mengobrol dengan orang yang baru dikenalnya itu.

"Iya. Gue sama dia itu dulu satu kampung, makanya sering main gitu."

Rosela hanya menggangguk mengiyakan, lalu memusatkan pandangan nya pada kaca jendela disampingnya.

"Kalo lo?. Kenal Lisha dimana Rose?." Bagas kelihatannya selalu ingin pembicaraan ini berlangsung, sedari tadi, pria itu selalu gencar membuka topik.

Berbeda dengan Rosela, dia bahkan tidak bisa fokus dengan pertanyaan itu. Matanya menggulir, menatap pada satu fokus seseorang di luar sana.

Sungguhan, Rosela tidak salah lihat kan?. Itu Sesil, dan juga—Jeka.

Hal ini benar-benar tidak bisa diabaikan. Mungkin Rosela terkesan kepo, mengingat Jeka dan Rosela tidak punya hubungan apapun. Namun, entah kenapa, Rosela merasa marah melihat situasi ini. Mengapa Sesil?. Mengapa selalu gadis centil itu yang selalu berada di lingkaran Rosela. Kemarin Verrel, sekarang, Jeka bahkan ingin di dekatinya juga. Rosela tidak habis pikir.

I'M THE WINNER Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin