01

476 45 12
                                    

2004

Luna menggenggam jari jemari Sky dengan gemetar, membuat Sky sangat khawatir pada kekasihnya karena untuk pertama kalinya Sky melihat keadaan Luna yang seberantakan itu, tetapi ia hanya mengikuti langkah kekasihnya dari arah yang gadis itu tuju Sky sudah dapat menebak bahwa Luna membawanya ke halaman belakang sekolah.

"Kamu kenapa?" Sky sama sekali tidak menutupi kecemasan bersamaan dengan tangannya yang mengusap pipi kekasihnya dengan lembut.

Sedangkan Luna meremas baju bawah Sky, ia sedang mencoba menahan tangis tetapi tangis itu langsung pecah begitu mendengar pertanyaan Sky. Sky yang sudah khawatir menjadi panik melihat tangis Luna yang syarat akan luka, sadar atau tidak tangis Luna tersebut menyakitikanya juga. Sky pun merengkuh Luna dalam peluknya dengan harapan Luna dapat lebih tenang.

"Aku hamil Sky, aku bingung harus gimana." Jawaban lirih ditengah tangis dengan suara kecil yang langsung menyapa telinga Sky itu membuat Sky membeku, bahkan seluruh tubuhnya seakan kaku dan wajahnya menyorotkan keterkejutan yang mendalam.

"Lun-"

"Aku takut, aku bingung, aku harus gimana? Kita masih kelas 11 Sky." Luna berbicara dengan panik sampai memeluk Skyler dengan amat erat, ketakukan itu nyata dirasakan si gadis remaja, membuat Sky sadar dari keterjutannya.

Mata lelaki itu berkaca-kaca, ia juga bingung harus melakukan apa disaat seperti ini, tetapi perasaan pertamanya yang menyapanya adalah perasaan menyesal, mengapa ia bisa merusak gadis yang ia cintai? Seharusnya, Sky menjaganya.

"Sky, jangan diem aja, jangan tinggalin aku juga, aku takut." Saluna benar-benar dalam keadaan kalut, semua kekhawatirannya meluap setelah ia menahannya dari pagi tadi.

"Ak-aku, aku bakal ngomong sama Mama ya, kamu tenang dulu." Hanya itu yang dapat Sky katakan pada kekasihnya.

.

Setelah memastikan Luna sampai selamat di apartemennya sekaligus lelaki itu melihat bukti bahwa kekasihnya telah mengandung buah hati mereka Sky langsung pulang demi berbicara kepada ibunya. Bagaimana pun ia dan Luna masih remaja dan butuh arahan dari yang lebih tua.

Ketika ia sampai, ia melihat kakak lelaki yang berbeda ibu dengannya sedang dimarahi oleh sang Ayah habis-habisan, ia ingin melangkah mendekat tetapi urung ketika ibunya menahan pergerakannya, dengan kode mata untuk memintanya tidak ikut campur dan menyuruh Sky untuk mengikuti sang ibu.

Mereka akhirnya sampai di kamar Sky. Sebelum Sky membuka suara, ibunya lebih dulu berbicara dengan mata berbinar, "Kakakmu itu bikin kesalahan fatal, dia terlibat dengan kepolisian gara-gara pengeroyokan di diskotik, Ayahmu sangat-sangat marah. Nak, ini bisa menjadi jalan untuk kamu agar mewarisi perusahaan Papa dan-"

Sky menunduk, pikirannya pada melayang janin dalam perut kekasihnya dan tidak memperdulikan sang Mama yang sibuk berbicara tentang Sky sebagai anak yang paling bersih diantara anak Ayah yang lainnya, walaupun status Skyler adalah anak dari istri kedua tetapi otak cerdas, wajah rupawan, dan rekor bersihnya bisa membuat Sky akan menjadi penerus perusaan sang Ayah.

"Ma." Sky memotong pembicaraan ibunya dengan wajah sendu, tentu hal itu membuat ibunya menyergit dan menyadari anaknya sedang tidak baik-baik saja, "Kenapa sayang? Wajah kamu pucet, aduh kamu sakit, duduk dulu ya sebentar Mama ambi-"

"Aku baik-baik aja Ma, tapi ada yang perlu aku omongin sama Mama." Sky memotong lagi ucapan ibunya yang heboh karena berfikir bahwa anak tercintanya itu sedang sakit.

"Kenapa?" Kali ini Rachel lebih tenang, ia duduk disamping anaknya dan menatap anaknya dengan penuh pengetian.

"Aku-itu- Luna- hng- dia- kami-"

Bitter LoveWhere stories live. Discover now