02

211 36 9
                                    

2004

Luna duduk lesu di kursi apartemennya dengan pandangan kosong, bagaimanapun mengandung di usia 17 adalah hal yang tidak ia duga akan terjadi padanya. Air matanya yang sejak pagi –waktu dimana ia pertama kali mecoba tespek- terus turun bahkan sampai saat ini.

Ia takut, bagaimana jika Sky tidak bertanggung jawab?

Ia juga takut tentang bagaimana reaksi orangtuanya, mereka pasti akan sangat kecewa ketika tahu bahwa ia tidak bisa menjaga dirinya dan hamil diusia 17.

Suara seseorang yang mencoba masuk ke dalam apartemennya tidak membuat Luna terkejut, karena itu pasti adalah Sky dan ibunya. Sky sebelumnya sudah mengehubungi Luna bahwa lelaki itu akan datang dengan sang ibu untuk membicarakan tentang jalan keluar dari kehamilan tanpa diduganya ini.

Benar saja, Skyler dan ibunya masuk kesana. Mereka sempat saling bertatap mata untuk beberapa saat dan keadaan menjadi canggung karena tidak ada satupun yang buka mulut. Tetapi pergerakan Sky menjadi perhatian kedua perempuan itu karena ia berjalan dengan cepat untuk memeluk kekasihnya.

Setelah merasa lebih tenang, Luna melepaskan pelukan Sky dan mempersilahkan ibu dari kekasihnya itu duduk. Dibarengi dengan rasa tengang juga karena sejak tadi Rachel hanya diam, berbeda dari biasanya karena ibu dari kekasihnya itu sangat talk aktive.

"Keadaan kamu gimana nak?" Tanya Rachel lembut, tapi dari tatapannya Luna tahu ada hal serius yang akan dibicarakan oleh wanita itu.

"Aku, aku gak tau tante. I hope it's fine." Jawab Luna dengan suaranya yang serak, membuat Sky khawatir sekali dengan kekasihnya itu hingga membuatnya menggenggam tangan mugil Luna.

Rachel menanggapinya dengan anggukan, kemudian ia berdehem. "Tante sudah dengar dari Sky tentang kehamilan kamu, tapi sebelumnya Tante ingin bertanya, kamu sudah memberitahu siapa saja tentang kehamilan kamu ini?"

"Cuma Sky dan Tante yang tahu." Cicit Luna dengan suara pelan, bagaimana pun rasa takut ini masih ada walau Rachel selama ini selalu bersikap baik padanya. Rachel sendiri hanya mengangguk puas sekaligus merasa lega karena hal itu.

"Tante tau kalian berdua sangat kebingungan dengan hal ini dan tidak ada yang lebih baik untuk dilakukan sebagai jalan keluar terbaik dari hal ini adalah kalian menggurkan anak itu." Ucapan Rachel itu membuat Luna terkejut, ia langsung menatap Rachel dengan dingin dan penuh luka, Luna juga melirik Sky yang hanya diam dan menatap lantai dengan tatapan sedihnya.

"Tante nyuruh aku untuk bunuh anakku?" Tanya Luna dengan suara dingin dan tatapan menusuk yang tidak bisa ia sembunyikan, sedikit banyak hal itu membuat Rachel terintimidasi.

"Dengar, kalian berdua masih 17 tahun Luna. Masa depan kalian masih panjang. Kalian masih bisa bersama untuk selanjutnya dan menikah disaat umur kalian sudah matang, ini yang terbaik untuk kalian, untuk kamu Luna dan untuk Skyler juga. Kamu sayang Sky kan? Hari ini Kakaknya yang beda ibu membuat masalah dan membuah Papanya marah, kesempatan ini akan membuat Sky menjadi penerus perusahaan dan-"

"Kamu setuju dengan keputusan gila itu?! Kamu juga sama liciknya dengan dia yang lebih mementingkan posisi kamu dimata Papa kamu dan rela bunuh anak kamu sendiri?" Luna yang sudah dipenuhi emosi memotong ucapan Rachel yang menurutnya tidak masuk akal dan langsung bertanya pada Sky.

Ditanya begitu Sky hanya diam, ia masih menggenggap tangan Luna dan secara perlahan menatap mata kekasihnya, mata keduanya sama-sama diselimuti air yang akan luruh hanya dengan kedipan mata, mata yang penuh rasa sakit dan kekecewaan itu saling menatap dalam.

"Ak-aku Lun, ak-"

"JAWAB!" Desak Luna, tatapan kini berubah menjadi tatapan memohon untuk Sky tidak menyetujui saran ibunya.

"Sky, dia ada, dia disini." Saat Luna membawa tangan Sky yang tadi dalam genggamannya ke perut rata yang mengeras tanda ada kehidupan disana, baik Sky maupun Luna sama-sama menangis. "Dia mungkin hadir karena kesalahan kita, tapi dia nggak salah sama sekali! Dia nggak minta untuk jadi anak kita, tapi kita yang membuatnya ada, kita harus tanggungjawab." Lanjut Luna dengan lirih.

"Luna, nak. Tante tahu kalian mungkin sedang emosional tapi coba pikirkan lagi. Kalian masih sangat muda, apakah kalian bisa mengurusnya nanti? Gimana dengan orangtua kamu? Bagimana dengan pandangan orang lain untuk kalian? Gimana sama pendidikan kalian? Kalau Papanya Sky tahu, Sky bakal didepak dari rumah dan Tante gak bisa bantu banyak, nak. Tante yang bakal dari tempat aborsi paling aman, kamu akan aman." Rachel mencoba meyakinkan lagi dua anak didepannya, dimana ia tahu putranya hampir goyah.

"Skyler, jawab! Kamu juga setuju dengan apa yang Mama kamu bilang?!" Luna mendesak Skyler dengan suara lirihnya yang syarat akan kesedihan.

Sky melapaskan tangannya dari perut Luna, dengan air mata yang masih mengucur lelaki itu berucap dengan sangat lirih, "Maafiin aku."

Jawaban itu membuat Luna marah tidak karuan, gadis itu berdiri dari duduknya lalu menatap Sky dan ibu lelaki itu dengan tatapan tajamnya, "Keluar, KALIAN BERDUA PERGI DARI SINI!" Tangan Luna juga tak tinggal diam, ia terus memukul-mukul Sky akibat rasa kecewanya yang tidak terukur.

"Sayang tenang dulu, maafiin aku-"

"AKU GAK MAU DENGER APAPUN LAGI DARI KALIAN, PERGI!" Usir Luna tidak peduli pada Sky yanag mencoba menenangkannya.

Melihat itu, Rachel menghela nafas dalam lalu mulai memisahkan anaknya yang masih dipukuli oleh Luna. "Ma!" Sky memberontak karena ia merasa harus menenangkan Luna.

"Luna masih emosi, kita biarin dia sendiri dulu." Ujar Rachel lembut lalu tatapanya beralih pada Luna, "Kamu pikirin dulu baik-baik dulu Luna, keputusan Tante sudah bulat dan ini yang terbaik untuk kalian bedua, besok Sky atau Tante bakal kesini lagi, kamu istrihat dulu."

"Lun-"

"PERGI KALIAN."

Rachel melangkah ke pintu dengan Sky yang mengikutinya dengan enggan, lelaki itu kemudian berbalik hanya untuk menemukan Luna yang masih menangis dan menatapya dengan penuh kebencian.

"Maaf." Lirihnya yang masih didengar oleh Luna.

.

.

Perasaan Saluna rn ;

Perasaan Saluna rn ;

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bitter LoveWhere stories live. Discover now