19

142 37 22
                                    

Sachio masuk halaman rumah dengan membawa sepiring donat buatan ibunya Galih -tetangga yang rumahnya tepat disamping kiri-, mata anak itu memicing pada mobil yang terparkir rapi di halaman rumah tetapi berfikir bahwa hal itu bukan urusannya remaja itu refleks mengangkat bahunya dan memilih masuk ke dalam rumah melewati pintu samping.

"Mengenai Sachio, seperti yang aku bahas sebelumnya, aku benar-benar ingin menjadi sosok ayahnya, aku mau kamu jujur pada Chio kalau kita orangtuanya."

Sachio yang baru saja membuka pintu langsung terdiam begitu  mendengar suara dari orang yang ia kenal, tapi maksudnya apa?

"Sudah aku bilang belum waktunya." Kali ini Luna menjawab.

"Lalu kapan waktu yang tepat?"

"Chio masing anak-anak, aku yang tahu bagaimana Chio dan hal ini gak bisa dibeberkan sekarang...... lagi pula ya Sky aku belum tau sikap kamu bagaimana dan aku belum bisa memutuskan kamu berhak atau tidak untuk menjalankan peran ayah buat Chio."

Peran ayah, apaan?

Sachio menggenggam piring ditangannya dengan kuat, ia semakin takut mendengar pembicaraan omong kosong antara Skyler dan Saluna.

"Belum tau sikap aku? Aku nggak berubah Lun, aku masih Sky yang dulu!"

"Dipikiran aku, kamu masih abu-abu! Aku nggak tau kamu yang asli tuh yang jadi pacar aku waktu itu atau sosok yang aku benci selama ini!"

Mereka itu mantan pacar?

Suatu kesimpulan bersarang dalam kepala Sachio, tetapi sisi lain dirinya terus menolak 'kesimpulan' itu, bahwa ia tidak mungkin adalah anak dari Sky dan Luna, Luna adalah kakaknya!

"Oke... Tadi kamu bilang kamu belum bisa memutuskan dan belum menilai aku berhak atau enggak jadi ayahnya Sachio tapi faktanya aku ayahnya, aku berhak untuk merawat anakku! Kamu gak bisa begini."

PRANG

Genggaman Sachio pada piring melemah begitu apa yang pikirkan di konfirmasi langsung dengan mulut Skyler. Anak lelaki itu tidak lagi peduli pada donat yang berjatuhan di lantai, suara pecahan beling itu ternyata membuat kedua orang yang sedang sibuk berdebat itu menatapnya.

Sachio mendegus begitu melihat raut terkejut dan ketakutan Luna. Bahkan ketika Luna mendekat dan tangan Luna berusaha menggapainya pun ia hempaskan dengan kasar.

"Chi-Chio." Suara Luna tergugu dengan air mata yang siap luruh menerima perlakuan Sachio.

"Jadi kalian oranguaku?" Tanya Sachio tajam dengan mata memerah menahan tangis. Luna sibuk menghapus air matanya sedangkan Sky memilih terdiam begitu melihat respons Sachio yang terlihat amat terluka.

"JAWAB!" Sentak anak itu yang membuat Luna dan Sky terkejut.

Sky memandang Sachio dengan berani, lalu mulai menjawab, "Iya, kamu anak saya dan Saluna." Sky mengatakannya dengan mantap, sedangkan Luna memperhatikan ekspresi Sachio dengan hati berdebar, anak itu jelas sangat terluka mendengar fakta itu.

"Tapi kalian tidak menikah." Ucap Sachio lirih tetepi masih jelas terdengar oleh kedua orangtuanya. Pikiran anak itu sibuk mencari jawaban kenapa ibunya harus menjadi kakaknya, kenapa ia dirawat dan berstatus anak dari kakek dan neneknya, kenapa?

Sedangkan Luna mendekat, ia tidak tahu harus mengatakan apa tetapi Luna benar-benar ingin memeluk anaknya. Tetapi sebelum itu terjadi reaksi dari Sachio membuatnya semakin sedih, menyesal, dan kecewa.

"Kalian gak menikah! DAN MENYEMBUNYIKAN FAKTA BAHWA AKU ANAK KALIAN OH HAHAHA PASTI KALIAN MALU KAN PUNYA ANAK HARAM?!" Tangis Sachio pecah setelah kepalanya menyimpulkan bahwa kedua orangtuanya itu tak mengakuinya pasti karena ia anak yang tidak diharapkan.

"Sachio sayang maafin Mama." Saluna menangis terisak sambil terus beruasaha mendekat, kepalanya menggeleng cepat karena tak ingin Sachio salah paham-walau ia tahu salah paham tidak bisa terhindar, "Kamu bukan anak haram, Demi Tuhan Mama gak malu punya kamu, maafin Mama."

Air mata juga luruh di pipi Sky, lelaki itu masih sangat syok mendengar Sachio yang menyebut dirinya sebagai anak ha- bahkan untuk mengulang ucapan itu dalam otaknya Sky tidak sanggup. Sachio bukan akan yang tidak diinginkan, demi apapun Sky sangat menyangi putranya.

"Jangan sebut diri mbak 'mama' bagi aku mbak selamanya mbak aku! MAMA KU CUMA MAMI." Teriak Sachio lagi, "AKU BENCI KALIAN BERDUA." Sachio pergi dengan tergesa menuju kamarnya, debaman keras dari pintu yang tertutup kencang menyadarkan Sky dan Luna dari rasa syok akibat vonis dari Sachio yang dengan lantang menyatakan kebencian pada keduanya.

Dari sekian banyak sakit hati yang pernah Luna rasakan, ini adalah yang terhebat, mengetahui Sachio kecewa bahkan sampai membencinya adalah hal paling menakutkan. Ia sangat mencintai putranya, ia tak pernah tak menginginkan atau malu punya Sachio, cita-cita Sachio memanggil dirinya mama kini benar-benar terasa tak mungkin.

Lalu tanpa memperdulikan kakinya yang lemas, Luna berjalan menuju kamar Sachio, mengetuk pintu dengan tak sabaran, "Sachio maafin Ma- Maafin Mbak, tolong maafin Mbak dan denger penjelasan Mbak dulu, Mbak minta maaf." Ucapnya dengan tersendat karena tangisnya, luka dihatinya semakin teremas ketika mendengar suara tangis Sachio dari dalam sana.

"Lun." Panggilan lemah dari Sky menyadarkan Luna bahwa lelaki itu masih disana.

"Ini kan yang kamu mau? INI KAN? PUAS KAMU SEKARANG HAH?" Sembur Luna sekaligus meluapkan emosinya.

"Maaf." Kata Sky lirih.

.

Hallo, akhirnya bisa update, draf chap ini sebenernya sudah ada sejak dua minggu lalu tapi karena aku merasa kurang jadi diemin dulu untuk ditambah tapi ternyata aku malah sakit dan baru berasa baikan bangetnya hari ini tapi gak bisa nambahin lagi ternyata sudah mentok.

Lalu rumor tentang Sehun, aku yakin itu sangat mengejutkan tapi kita percaya sama Sehun aja ya, Sehun pun bahkan sampai marah banget dan aku malah yakinnya yang bikin rumor jahat itu adalah haters. Kita fokus ke hal baik aja, Sehun solo debut misalnya hihihi.

Selamat puasa juga bagi yang menjalankan dan sehat-sehat selalu ya

Bitter LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora