24

165 33 13
                                    


Setelah presensi Luna tidak terlihat lagi, Sky menghembuskan nafas berat dan menatap Mamanya dengan pandangan lelah.

"Aku lagi capek banget seharian ini Ma, kalau Mama mau marah-marah atau protes mending ditunda dulu."

Sky berbicara begitu karena mengira Mama akan membicarakan perihal pemutusan pertunangannya dengan Sita.

Sedangkan Rachel menatap putranya dalam, ia datang tujuannya hanya satu yaitu mengenai Sachio.

"Mama gak akan marah, protes atau apapun itu, Mama hanya butuh kamu menjawab semua pertanyaan Mama tentang Sachio Mahajaya."

Sky terdiam, agak terkejut dengan nama Sachio yang disebutkan oleh Mama juga ia benar-benar lelah hari ini.

"Sachio, yang statusnya sebagai adik Saluna itu anak kamu kan?" Tanya Rachel dengan nada excited yang tidak bisa ditutupi. Sky yang masih tidak dalam kondisi tidak baik itu hanya mengangguk saja.

"Tuh kan benar, yaampun Sky, anak itu mirip sekali seperti kamu, dari menatap matanya Mama sudah jatuh cinta, Mama bahagia punya cucu kayak Sachio, pas Mama minta dipanggil Eyang dia mau saja, rasanya dengar kata Eyang dari Sachio mirip sekali seperti pertama kali kamu panggil Mama saat pertama kali." Senyum Rachel bergitu lebar sampai tidak sadar dengan putranya yang menatap Mamanya dengan campur aduk, bahkan air mata di sudut mata anaknya pun tidak ia sadari.

"Sky, Mama ingin dikenalkan dengan benar, Mama ingin benar-benar dipanggil Eyang sebagai sebenar-benarnya nenek dari pihak ayahnya." Permintaan Rachel itu dibalas dengan ringisan Sky.

"Mama." Panggil Sky, leher lelaki itu seakan tercekat dan penuh sesak, Rachel sendiri terkejut saat melihat luka dan letih dimata anaknya.

"Mama sadar gak pemintaan Mama itu terlalu berlebihan buat orang yang ingin sekali membunuh Sachio saat dia masih berbentuk janin?" Tanya Sky pelan namun sangat menusuk ke dalam relung Rachel. Kemarahan Skyler jelas sekali, ia bahkan sampai tidak mempertanyakan kapan Rachel menemui Sachio.

"Gimana bisa Mama dengan entengnya minta dikenalkan? GIMANA BISA MAMA SEENGGAK TAHU DIRI INI?!" Pekik Sky sampai air matanya terus luruh.

"SKYLER!" Rechel ikut membentak begitu mendengar Sky meneriakinya.

"Sachio sekarang benci aku dan Luna, SACHIO BENCI KAMI MA, DIA MERASA TIDAK DIINGINKAN KEDUA ORANG TUANYA, SACHIO MERASA AKU DAN LUNA MEMBUANGNYA." Tangis Sky tidak dibendung lagi. "Padahal aku dan Luna sangat mencintainya Ma, sakit rasanya mendengar kata benci dari mulut anakku."

Rachel memandang Sky dengan pandangan tidak percaya.

"Ma, Sachio nggak tahu sebagaimana aku menyesal selama belasan tahun kebelakang, Sachio nggak tahu gimana takutnya aku pas dia kena begal waktu itu, Sachio nggak tahu sebahagia apa aku saat aku dideket dia walau harus rela dipanggil mister."

Sky memandang Mamanya yang kini ikut menangis, lelaki itu mencoba menahan air mata yang terus luruh dan mencoba membendung emosinya yang bergejolak, karena masih banyak yang ingin ia katakan pada wanita yang telah melahirkannya itu, sekaligus wanita yang membawa kesedihan dalam hidupnya.

"Luna pun, Mama seorang ibu, Mama pasti tahu bagaimana sesaknya dia saat anaknya sendiri menganggapnya sebagai kakak, dia selama ini nggak pernah disebut ibu oleh anaknya sendiri Ma. Luna sangat terluka selama ini dan ini karena aku."

Sky terdiam sejenak untuk menenangkan diri.

"Mama harus tahu apa yang terjadi pada Aku dan Luna juga Sachio karena keegoisan Mama, keegoisan orangtua Luna, aku nggak menampik aku dan Luna juga salah melangkah saat masa remaja kami, tapi Sachio bukan kesalahan, sekarang semuanya kacau, aku dan Luna nggak tahu harus gimana menghadapi kemarahan Sachio, dan Mama aku mohon jangan tambahi masalahku dengan permintaan-permintaan itu, dipanggil Eyang? Aku dan Luna bahkan nggak pernah dipangil Papa dan Mama! Sebutan Mama dan Papa dari Sachio bagai hanya mimpi buat kami, Ma."

Kalau melihat kebelakang semua punya salahnya masing-masing, Sky dan Luna yang salah melakukan sesuatu diluar batas sampai menghasilkan Sachio di usia belum matang dan belum bisa mengambil keputusan, Rachel yang sangat terobsesi dengan 'nama baik' dengan entengnya meminta Luna menggugurkan Sachio, lalu orangtua Luna pun dengan alasan nama baik dan syarat diterima di keluarga Mahajaya status Sachio pun tidak diakui sebagai cucu tetapi diubah menjadi anak.

Semuanya punya porsi salahnya masing-masing tetapi jelas korban dalam hal ini adalah seseorang yang tidak bersalah, Sachio Abiyan Mahajaya.

"Sky Ma-"

"Aku capek banget Ma, aku mohon jangan lakukan apapun lagi dengan embel-embel demi kebaikan aku Ma, perginya Saluna, pertunangan dengan Sita, pendidikan yang aku ambil, perkerjaan yang aku jalani sekarang semuanya selalu dikatakan yang terbaik buat aku, tapi nyatanya ini buat aku sedih, ini neraka buat aku, Ma tolong jangan siksa lagi, cukup ya Ma, kali ini biarin aku lakuin apa yang baik dan benar buat diri sendiri." Sky lalu berdiri dan menatap Mamanya yang terlihat kembali bergelimangan air mata.

"Aku butuh sendiri."

Sky kemudian pergi menuju kamarnya dan tanpa tahu meninggalkan Rachel dengan penyesalan terdalamnya.

.

.

Semalaman itu, selain Luna, Sky, dan Sachio yang tidak bisa terelap dengan di ruang lain pun Rachel merasa yang sama.

Wanita paruh baya itu seakan tersadar bahwa senyum Sky tidak pernah lepas, senyumnya tidak pernah sampai matanya seperti saat ia masih kecil, bahwa kebahagian Sky seperti terhenti diusia remajanya, atau lebih tepatnya setelah Saluna pergi.

Rachel selama ini selalu mengusahakan yang terbaik untuk Sky, mencoba menjaga nama baiknya, menyuruhnya mengambil jurusan yang akan menyenangkan Papanya Sky, menyuruhnya untuk mau saja bekerja di perusaan Papa yang beraliansi dengan perusahaan istri pertama Sanjaya, Rachel mencoba menutup telinga ketika ia mengetahui bagaimana anaknya selalu dicibir karena statusnya sebagai istri dari anak kedua.

Selama ini hidup Sky selalu ia atur, tanpa sekali pun Rachel bertanya mengenai apa yang diinginkan anaknya, apakah anaknya bahagia dengan hidupnya.

Wanita itu merasa gagal, sangat gagal.

Sachio, anak yang sangat mirip dengan putranya adalah orang yang sama dengan janin yang ingin ia singkirnya dulu.

Anak itu begitu manis, dan ia sadar kehidupan Sachio harusnya lebih baik dan lebih bahagia kalau ia bisa mengambil keputusan yang baik dulu, ia harusnya mengajarkan Sky untuk bertanggung jawab.

Penyesalan itu terus menggerogitunya sampai dering dari ponselnya membuat Rachel segera mungkin menghapus air mata, berhedem untuk membuat suaranya normal, dan mengangkat panggilan dari nomor yang tidak ia simpan itu.

"Baik, kita bisa ketemu besok di tempat yang anda sebutkan dalam pesan tadi." Suara disebrang sana langsung mengatakan maksudnya.

"Terima kasih Pak Sena, sampai bertemu besok."

Panggilan suara antara Rachel dan Sena Mahajaya itu ditutup.

Rachel sudah memutuskan bahwa ia akan berbuat sesuatu untuk putranya. Kali ini benar-benar untuk kebaikan Skyler.


.

Waduh bakal bener-bener bawa efek baik nggak ya buat Sky?

Selamat datang kembali ke bitter love, semoga masih sabar buat nunggu kelanjutannya yaaa hihihi

Bitter LoveOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz