22

123 31 8
                                    

Rachel yang tadinya sudah berdiri dari bangku taman itu kembali duduk saat melihat Sachio yang terlihat sedang mengingat saat ia menanyakan bahwa pria muda itu mengingatnya atau tidak.

"Ah yang waktu di rumah sakit kan?" Jawab Sachio, anak itu kemudian tersenyum kecil, bukan jenis senyuman lebar, Rachel dapat dengan mudah menebak bahwa Sachio sedang tidak baik-baik saja.

"Iya, waktu itu ehm- Eyang belum bilang terima kasih." Rachel sempat gagap saat memilih pangilan apa yang paling tepat dan entah kenapa mulutnya sangat enteng menyebutkan kata Eyang.

Sebutan yang sejujurnya tidak pantas Rachel dapatkan mengingat penolakannya dulu saat Sachio masih berada di perut Saluna.

Sachio mengangguk lalu tertawa dengan sopan, "Sama-sama Eyang." Balasnya.

Tiba-tiba pandangan Rachel buram, hatinya tersentuh dan sakit secara bersamaan membentuk sebuah rasa bersalah dan penyesalan. Rasanya ada magic yang tidak bisa Rachel jelaskan dengan kata-kata ketika anak yang dulu ingin ia lenyapkan tersenyum dengan manis dihadapannya dengan memanggilnya Eyang.

Sachio adalah bentuk keajaiban yang membuat Rachel menyayanginya hanya dengan presensinya. Keajaiban serupa pernah Rachel rasa saat pertama kali menatap Skyler untuk pertama kali, lalu kenapa dimasa lalu Rachel begitu kejam tidak menginginkan Sachio?

"Eyang tinggal disini?" Tanya Sachio menyadarkan Rachel dari lamunannya, wanita tua itu tersenyum lembut.

"Ya, enggak lama lagi. Eyang kesini mau lihat rumah yang mau dijual." Jawab Rachel, tentu itu hanya bualan, tetapi mengenai sebuah rumah yang akan dijual di perumahan tersebut memang betulan ada. Dan didetik itu pula, Rachel sudah memutuskan bualan tersebut akan menjadi nyata, ia akan beli rumah di daerah itu untuk lebih dekat Sachio, mungkin.

"Ah, apa rumah keluarga Lee di blok a?" Tanya Sachio lagi, dari obrolan mereka saja Rachel sudah menebak cerewetnya anak itu diturunkan oleh siapa.

"Bukan tapi yang di blok d, rumah kamu di blok mana Sachio?"

"Aku tinggal di blok a, Eyang, makanya aku pikir Eyang pembeli rumah punya keluarga Lee. Pokoknya Eyang gak usah khawatir deh tinggal disini nyaman banget, mau kemanapun strategis, terus masih asri karena banyak pohonnya, buat olahraga juga fasilitasnya lengkap."

Lalu anak itu secara otomatis bercerita tentang hobinya yang senang olahraga ini itu, tetapi sayang untuk beberapa bulan selama pemulihan ia tidak boleh beraktivitas seperti biasanya, anak itu juga tidak lupa merekomendasikan beberapa tempat makan enak disekitaran perumahan tersebut, dan Rachel dengan anteng mendengarkan celotehan Sachio, walau suaranya sudah berat seperti lelaki dewasa tetapi ekspresi mukanya sangat imut.

Tidak ada satupun alasan yang bisa membuat Rachel bisa membenci Sachio.

Sachio sendiri ditengah kekalutan dan ditengah usahanya untuk melupakan masalah di rumah, memilih untuk mengobrol dengan wanita seumuran Mami yang terlihat sangat keibuan, sampai tidak sadar orang yang ia sebut Eyang itu mengetahui namanya padahal Sachio belum memperkenalkan diri.

Seorang bocah SD yang melewati bangku tempat Sachio dan Rachel duduk membuat Sachio berhenti membicarakan mengenai bacaan favoritnya, atau lebih tepatnya Sachio salah fokus pada marsmellow yang dipegang bocah itu.

"Sachio mau marsmellow?" Tanya Rachel pengertian.

Sachio mengangguk, lalu menggeleng lemah. "Aku gak bawa uang, gak bawa hp, tadi buru-buru keluar rumah aja." Jawab anak itu sedih.

Tiba-tiba saja Rachel berdiri lalu menunjuk mini market yang berada tak jauh dari teman, "Ayo beli, hadiah karena sudah nemenin Eyang ngobrol hari ini kamu boleh jajan apapun."

..

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih satu setengah jam dengan Sachio, kini Rachel sedang dalam perjalanan menuju apartemen Sky. Rachel tentu akan bertanya lebih banyak mengenai Sachio secara langsung pada anaknya itu.

Ketika sampai, tanpa menunggu lama Rachel masuk ke hunian Sky dan terkejut begitu menemukan putranya itu sedang duduk berdua di ruang tamu dengan Saluna.

Keterkejutan itu tidak hanya dirasa oleh Rachel saja tetapi juga pada Sky dan Saluna.

Seketika ingatan mereka sama-sama kembali ke tujuh belas tahun lalu, dengan orang yang sama dan di ruangan yang sama.

Pedih itu jelas masih tergambar dimata Saluna, ingatan mengenai bujukan untuk menggugurkan Sachio kembali berputar dikepalanya, begitu juga ingatan tentang Sky yang waktu itu ikut setuju dengan keinginan Rachel, yang kemudian katanya lelaki itu menyesal.

Dalam kepala Saluna semuanya tampak masih baru.

Saluna lalu buru-buru berdiri dan mengambil hp, "Aku gak bisa disini, jangan dulu temuin aku." Kemudian perempuan itu berlalu dengan tatapan marah pada Rachel.

Meninggalkan Sky yang hanya bisa mematung dan menatap Saluna sampai perempuan itu pergi, Sky lalu mengambil nafas berat dan menatap Mamanya dengan pandangan lelah.

"Aku lagi capek banget seharian ini Ma, kalau Mama mau marah-marah atau protes mending ditunda dulu."

Setelah menguasai diri Rachel lalu menatap putranya dalam, selain rasa bersalahnya pada Sachio, Rachel juga tiba-tiba merasa perasaan nyeri untuk Sky dan juga Luna.

"Mama gak akan marah, protes atau apapun itu, Mama hanya butuh kamu menjawab semua pertanyaan Mama tentang Sachio Mahajaya."

.


Siapa sih yang bisa nolak pesona Sachio anaknya Sky dan Lunaa??

Ganteng? Bangett

Ganteng? Bangett

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cutee? Bisaaa

Bonusnya, bisa  ngasih spoiler juga xixixi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bonusnya, bisa  ngasih spoiler juga xixixi

Bonusnya, bisa  ngasih spoiler juga xixixi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Dari vote kemarin banyak yang pilih Bitter Love hehehe jadilah ini skrg update work inii, semoga suka yaa.

Bitter LoveWhere stories live. Discover now