21

119 32 4
                                    

Mata Luna menelisik kamar yang dulu miliknya dengan tatapan tak percaya, semua benda masih berada di tempat yang sama, lalu tangannya membuka lemari dan semakin terkejut begitu melihat lemarinya rapi dengan baju-baju miliknya tanpa debu.

Demi apapun Luna sangat lelah hari ini, penolakan Sachio, kebencian yang terucap dari anaknya itu menghancurkannya lebih dari apapun, lalu Sky membawanya ke apartemen lelaki itu yang ternyata adalah apartemen milik Luna dulu.

Ruangan lain yang ia lihat sekilas tadi berubah, dari barang-barang yang ada menjadi lebih modern tetapi ia terkejut begitu Sky mengantarnya ke arah kamar ini.

Maksudnya apa?

Sky dan Sachio, dua orang itu memang selalu berhasil membuat hidup Luna jungkir balik.

Suara motor yang lewat menyadarkan Luna bahwa tngannya masih menggemgam tangan Sky walau keduanya sudah di luar rumah. Perempuan yang tengah berfikir mengenai arah tujuannya setelah ini, langsung menghempaskan tangan mereka sehingga membuat Sky tersentak.

Luna celingak celinguk mencari seseorang yang bisa ia perintah untuk membawa kunci mobilnya karena ditangannya hanya ada handphone berserta kartu debit yang diselipkan diantara hp dan cassingnya.

Sky yang melihat Luna begitu berdeham lalu dengan susah payah membuka mulutnya, "Lun, kamu mau kemana?"

Bibir Luna mengerucut lalu menatap Sky dengan ekspresi kesalnya, "Bukan urusan kamu." Yang dijawab perempuaan itu dengan ketus.

Sky menghela nafas, ia tahu Luna masih amat marah padanya.

"Ikut aku, kita- maksudnya aku masih mau banyak diskusi sama kamu, ini tentang Sachio." Katanya lembut.

Luna sekali lagi melirik Sky yang terlihat berantakan dan agak menyedihkan, lalu dia menerima saja ikut dengan lelaki itu, sekaligus nebeng buat nanti ia turun di hotel lagipula setelah huru-hara besar tadi ia juga tidak mood untuk nyetir.

Bukannya dibawa ke tempat orang-orang biasanya berdiskusi Sky malah membawa Luna ke apartemennya yang sebetulnya sangat Luna kenal pula ya karena ia dulu pernah menyewa unit yang sama saat masih SMA, saat mereka masih bersama dulu.

Lelaki itu langsung menggiringnya ke kamar utama, kamarnya dulu. "Kamu istirahat aja dulu, diskusinya nanti kalau kita sama-sama sudah tenang, barang-barang kamu masih ada disini, terus kalau butuh sesuatu bisa ambil sendiri dan kalau butuh bantuan aku ada di kamar sebelah."

.

Setelah Luna merasa istirahat alias tidur selama 2 jam, Luna memutuskan untuk keluar kamar karena tenggorokannya terasa kering lalu pemandangan pertama setelah ia keluar kamar membuat Luna menelan ludah susah payah

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Setelah Luna merasa istirahat alias tidur selama 2 jam, Luna memutuskan untuk keluar kamar karena tenggorokannya terasa kering lalu pemandangan pertama setelah ia keluar kamar membuat Luna menelan ludah susah payah.

Karena disana ternyata ada Sky yang sedang bermain gitar, baik wajah maupun tubuh lelaki itu masih sangat mempesona walau Luna melihatnya dari samping, sejauh yang Luna perhatikan Sky tidak banyak berubah dari saat remaja, dia hanya lebih menawan.

Sky yang sedang bersenandung kecil sambil bermain gitar kemudian menatap Luna, matanya agak membesar karena terkejut, kemudian lelaki itu tersenyu manis, "Udah lebih tenang?" Tanyanya lembut.

Luna mengangguk dan melupakan niatnya mengambil minum, perempuan itu memilh duduk dikursi panjang dekat dimana Sky kini duduk, sejujurnya Luna merasa agak tidak nyaman dengan tingkah Sky yang terus menatapnya tetapi demi Tuhan Luna benar-benar penasaran akan banyak hal.

"Kamu kenapa bisa tinggal disini?" Luna bertanya langsung keintinya.

"Karena aku beli?" Jawab lelaki itu bingung, yang mengundang wajag kesal Luna. Sky yang sadar Luna kesal kemudian tertawa kecil kemudian berbicara dengan nada serius, "Jawaban jujurnya karena aku nunggu kamu kembali."

Nunggu kembali buat apa? Bukannya Sky sudah punya tunangan? Batin Luna menjerit.

.

Rachel mengipasi dirinya karena lelah sendiri, beberapa hari ini perempuan tua itu memang mencari tahu sendiri tentang anak yang namanya Sachio itu, walau buktinya belum ada tetapi ia ingat malam itu Sky sendiri yang bilang akan mendonorkan organnya untuk anaknya, dan orang yang mendapat donor dari Sky adalah Sachio.

Walaupun dari data manapun Sachio dinyatakan bukan anaknya Saluna tetapi adik perempuan itu.

Tapi sekali lagi, wajah anak bernama Sachio itu benar-benar mirip dengan Sky.

Bahkan hari ini Rachel sempat mengikuti Sky dan ia dengan jelas melihat mobil anaknya itu masuk ke kompleks perumahan yang tamannya menjadi tempat ia beristirahat sekarang, sayangnya Rachel kehilangan jejak Sky, ia pun sudah berkeliling ke hampir semua blok tapi pagar rumah yang tinggi tidak memberinya jejak apapun.

Pada akhirnya Rachel mungkin akan menyerah hari ini.

Ketika wanita itu akan menuju mobilnya, seorang anak laki-laki yang terakhir ia temui masih menggunakan kursi roda, kini sedang berjalan dengan muka yang kusut. Rasanya Rachel ingin berteriak begitu menemukan seseorang yang dicarinya.

Sepertinya keberuntungan kini mengarah pada Rachel ketika Sachio malah duduk tak jauh dari tempat Rachel berdiri.

"Hallo, Nak, inget saya gak?" Pernyataan Rachel membuat Sachio mendonkak, Rachel juga dapat menemukan jejak sedih dimata anak itu.

Alis Sachio menukik tanda sedang berfikir.

Demi tuhan mirip Sky, dalam hatinya Rachel terus berbicara begitu.

Bitter LoveNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ