11

245 44 13
                                    

Senyum Luna akhirnya kembali terbit setelah dokter menyatakan bahwa liver Sky cocok dengan Sachio, Sky juga sehat jadi proses operasi dapat segera dilaksanakan.

Iya, Sky langsung setuju menjadi pendonor untuk Sachio membuat keduanya langsung ke rumah sakit.

Kini mereka berada di ruangan Sachio, sejak tadi Sky memang lebih banyak diam dan kini fokus ke putranya yang terbaring lemah di ranjang pesakitan.

Dari banyaknya moment yang ia harapkan saat dipertemukan dengan anaknya, tidak sedikitpun Sky bermimpi bertemu dengan Sachio dalam keadaan seperti ini. Tangan lelaki itu mengusap kepala Chio lembut lalu menunduk dan memberikan kecupan lembut didahi putranya, tanpa diduga air mata lolos sampai membasahi wajah Chio.

"Maafin Papa ya nak, lusa nanti pasti akan menyakitkan tapi kamu jangan khawatir ada Papa, Papa bakal jaga kamu. kamu harus sembuh, Mama sayang banget sama kamu nak, Papa juga, jadi cepat pulih ya." Bisiknya yang hanya bisa terdengar oleh Chio kalau anak itu sadar.

Masuknya perawat mengingatkan jam besuk sudah habis membuat Luna dan Sky langsung keluar ruangan.

"Sky makasih ya." Sedari tadi tidak Luna tidak berhenti mengucapkan kata itu, membuat Sky hanya mengangguk.

"Luna untuk tawaran yang kamu berikan-" ucapan Sky tergantung karena lelaki itu sedang berusaha menemukan kata yang tepat, sedangkan Luna langsung mengangguk mengerti.

"Ah iya, mau dibicarakan sekarang? Boleh banget. Papi aku sudah menyiapkan saham 25% saham Ddoday buat kamu, selebihnya yang kamu minta bakal aku dan keluarga aku penuhi." Jawaban Luna mengundang senyum getir dibibir Sky.

Sejak awal mereka berbicara sambil berjalan ke arah kantin rumah sakit yang buka 24 jam, Sky kemudian langsung duduk di kursi terdekat dan diikuti Luna.

"Aku gak akan minta apapun Luna, harta, kekuasaan, atau apapun yang kamu tawarkan tadi aku gak butuh itu semua, yang aku mau kamu dengar penjelasanku dulu," Luna menatap Sky tidak mengerti, perempuan itu sejak awal tidak merasa perlu meminta penjelasan apapun karena ia kira sejak dulu semuanya sudah jelas, "kamu tahu, rasanya sakit sekali dibenci dan dipandang rendah terlebih sama kamu."

Sky tersenyum kecil, Luna tidak tahu apa maknanya, "Aku serendah itu ya dimata kamu sekarang? Atau itu pikiran kamu selama belasan tahun ini?"

"Aku bakal denger apapun yang mau kamu bilang, penjelasan yang aku kira gak ada sejujurnya, tapi aku bakal tetep dengar, silahkan." Jawab Luna dengan ragu.

.

2004

Malam itu Sky tidak bisa tidur, tatapan Luna yang terluka dan kecewa menghantuinya. Rasanya hal-hal tidak menyenangkan yang Mama katakan jika ia bertanggung jawab tidak lagi semenakutkan itu jika dibandingkan ia harus jadi pecundang. Jadi ketika jam sudah menunjukan pukul 5 pagi, Sky bergegas keluar rumah untuk menemui Luna, ia bertekad akan bertanggung jawab.

Sejak awal ia memang ingin mempertahankan anaknya. Tetapi bujukan Mama juga sempat menggoyahkan Sky dan pada akhirnya ia memilih untuk berjuang bersama Luna tidak peduli caci maki dan penolakan yang akan ia dapatkan nanti.

Hal pertama yang Sky dapati adalah apartemen Luna kosong, ketakutan sempat terbersit tetapi ia percaya mungkin saja Luna sedang membeli sarapan toh pakaian dan buku-buku sekolahnya masih lengkap.

Hari itu Sky bolos sekolah demi menunggu Luna tetapi gadis itu tidak juga sampai, Mama bahkan sampai menjemputnya dan marah-marah.

Esoknya Sky sekolah dan berharap ia akan bertemu Luna tetapi yang ia dapati adalah pertanyaan dari teman perempuan Luna kenapa gadis itu tidak bersekolah.

Selama seminggu penuh tiada hentinya Sky mencari Luna ke tempat yang paling mungkin didatangi Luna dengan rasa panik dan khawatir juga sedih. Kadang ia tinggal seharian di apartemen Luna- membolos- sekolah- membolos- sekolah- terus begitu.

Sampai suatu hari, nama Luna tidak lagi tertulis di absen kelas, ia bertanya ke pihak kesiswaan dan pihak kesiswaan memberi tahu bahwa Luna pindah sekolah, hanya itu, tetapi tidak ada yang tahu dimana Luna berada, ia pindah kemana, tidak ada informasi lagi.

Itu benar-benar terakhir ia mendengar kabar Luna.

Lelaki itu jadi tersadar bahwa ia tidak tahu banyak tentang Luna, tentang keluarga perempuan itu, dan dimana tempat tinggal orangtuanya.

Sky sampai jatuh sakit karena terlalu memikirkan Luna, Mama mengurus putranya sembari terus bilang begini, "Udah lah Sky, Luna udah ninggalin kamu, gak perlu lagi kamu cari dia, kalau kamu gak bisa nemuin dia tandanya memang gak mau kamu temui. Lagipula ini bagus, kamu jadi gak perlu tanggungjawab atau apapun itulah, nama baik kamu aman."

Detik itu Sky sadar ia kehilangan dua orang yang paling ia cintai, Mama dan Luna. Mama tidak akan bisa jadi sandaran hidupnya lagi sejak saat itu, Sky tidak bisa percaya pada Mama lagi dan ia kehilangan cintanya, ia kehilangan Luna dalam keadaan Luna marah dan kecewa padanya.

.

.

Sky menginginkan Sachio?

Hanya itu yang terus berputar dalam kelapa Luna saat ini.

Lelaki yang pernah paling ia benci itu bercerita di hadapannya dengan mata merah akibat menahan segala emosi.

"Aku tau mungkin sulit buat kamu percaya, malam itu aku bukan tidak menginginkan Sachio aku hanya butuh waktu buat berpikir dan memutuskan, salahnya aku gak bilang ke kamu dan kamu mengambil kesimpulan bahwa aku menginginkan kamu menggugurkan Sachio."

Air mata Luna luruh, dia tidak pernah menduga Sky selama ini juga menginginkan Chio, Luna selama ini sibuk membenci lelaki itu.

"Luna, aku harap kamu percaya dan bisa membuat kamu mengurangi kebencian buat aku," Sky tersenyum kecil dengan matanya yang berair, "aku.. aku gak bisa menghabiskan waktu dengan mengetahui kamu benci aku, sejak dulu sampai saat ini, semua orang boleh benci, semua orang boleh memandang aku sampah, tapi nggak kamu dan..... Sachio."

Hening menyelimuti karena keduanya sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Jangan khawatir Sachio akan baik-baik saja, aku bakal pastikan itu, aku juga bakal melakukan apapun untuk kesembuhan anakku."

Sky lalu berdiri dan mata Luna terus menatapnya, "Aku pulang ya, aku perlu istirahat biar tubuh aku fit untuk operasi nanti, kamu juga jangan lupa istirahat."

Sky lalu melangkah meninggalkan Luna yang langsung menangis dengan kencang setelah punggung lelaki itu menghilang, Luna bahkan tidak memperdulikan beberapa pedagang dan pembeli kantin yang menatapnya heran.

Rasa sesak itu tak tertahankan.

Sky, maaf sudah benci kamu.

.

.

Sky nyari Luna kok guys tapi papinya Luna itu orang yang berkuasa, status Chio aja bisa dibikin jadi anaknya gampang pdhl posisinya dia di ln, apalagi buat nyembunyiin Luna enteng bgt.

Sebenernya Dewangga sama Mahajaya tuh sama aja berkuasanya cuma disini Sky juga posisinya dari istri kedua papanya jadi gak punya kekuasaan sebebas sodaranya yg beda ibu gitu, Sky juga sayang banget sama mamanya yg kita tau gimana sifatnyaa jadii ya emang kondisinya Sky yg gak bisa bukan gak mau.

Dah yaaa aku kasih foto orang cantik nih yang abis potong rambut.

Dah yaaa aku kasih foto orang cantik nih yang abis potong rambut

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।
Bitter Loveजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें