18

198 44 12
                                    

"Bilang sama aku, cewek itu siapa?" Tanya Saluna berulang kali sambil menyilangkan tangannya di atas dada lengkap dengan muka kesal dan cemberut, membuat Sky menghela nafas dalam karena bingung.

"Ya aku gak tau, Sayang. Lag-"

"MASA GAK TAU? KAMU TUNANGAN SAMA DIA, DI DEPAN AKU!" Potong Luna dengan suara keras, Sky tersentak kaget dibuatnya.

"Atau tanya temen kamu tuh si Kaamil! Dia disana jadi MC!" Lanjut Luna masih dengan ekspresi wajah kesalnya.

"Sayang sumpah deh, aku minta maaf ya tunangan sama perempuan lain di mimpi kamu tapi demi tuhan aku gak tau siapa perempuan itu, atau sebenernya mungkin itu kamu sendiri jadi kamu gak bisa lihat." Jawab Sky, walau ada dongkol tapi lelaki itu memilih mengalah saja, apalagi sekarang gadis itu sedang pms alias beberapa hari lagi akan datang bulan emosinya jadi tidak stabil.

"Ih itu bukan aku, tingginya aja beda! Perempuan itu tingginya gak sampe bahu kamu sedangkan aku kan lebih!" Saluna masih ngotot, Sky yang sudah kehabisan akal ditengah situasi tidak jelas itu lalu memeluk Saluna.

"Sayang aku gak tau, tapi aku janji mimpi kamu gak akan jadi kenyataan karena aku cuma bakal tunangan dan menikah sama kamu, gak ada yang lain. Aku janji."

.

Sky yang duduk santai di ruang tengah hanya bisa nyengir sendiri begitu ingatan kala moment pacarannya dengan Saluna menyeruak, gadis itu sangat menggemaskan saat masih remaja tapi senyumnya surut begitu Saluna yang berada dalam memorinya berbeda dengan Saluna kini.

Lelaki itu menghela nafas berat lalu melirik kesana-kemari dan menyadari bahwa ia sendirian, ya, karena Sky memilih tinggal di apartemennya setelah diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit, walau sang mama sempat mengajaknya untuk pulang ke rumah tetapi Sky menolak.

Saat di rumah sakit, papa juga sempat menjenguknya, lelaki tua itu tidak mengatakan apapun atas kekacauan yang dilakukan Sky, dari pertunangan yang batal dan kenyataan ia memiliki anak hanya saja sikap Sanjaya menjadi lebih dingin padanya.

Sky memang tidak begitu dekat dengan papanya, ia juga pernah bermimpi untuk tidak menjadi ayah seperti papanya, ia ingin jadi ayah sekaligus teman, bisa bergurau dan saling berbagi cerita dengan hangat, pokoknya saat menjadi seorang ayah ia ingin jadi opposite-nya Sanjaya. Tetapi kenyataannya bahkan putranya sendiri- Sachio- tidak tahu bahwa ia adalah ayah kandungnya.

Waktu yang mereka habiskan waktu itu benar-benar singkat tetapi menyenangkan, kalau boleh egois Sky ingin sekali waktunya dihabiskan dengan Sachio dan Saluna seperti dua minggu lalu untuk waktu lama, bahkan selamanya juga boleh.

Juga keinginan untuk menjalani peran sebagai ayah untuk Sachio, ingatannya bergulir pada jawaban Luna saat ia menyatakan ingin  menjadi ayah yang sesungguhnya untuk Sachio katanya, "Belum waktunya.", Beberapa waktu lalu.

Kalau belum waktunya, artinya Saluna ada niatan untuk menjelaskan kebenarannya kan?

Maka dengan cepat lelaki itu memutuskan untuk menemui Luna hari ini juga demi menanyakan kapan waktu yang tepat itu, ya, jadi dengan berbekal alamat rumah yang ia dapat dari ibunya Saluna, Sky pun sampai di rumah yang jaraknya lumayan jauh dari tempat ia tinggal.

Sky sudah dipersihlakan masuk begitu ia bilang pada pegawai di rumah keluarga Mahajaya itu bahwa ia ingin bertemu dengan Saluna dan beruntungnya perempuan itu ada di rumah.

Suara langkah kaki membuatnya mendongkak dan menemukan Saluna yang berjalan ke arahnya dengan menggunakan baju kasual, dengan rambut panjang yang diikat asal tetapi malah menambah kecantikan perempuan itu.

"Sky, ada apa?" Tanya Luna to the point begitu ia duduk di kursi lain yang masih dekat dengan kursi yang diduduki Sky.

"Ada yang mau aku bicarain sama kamu, menurutku ini penting, ehm tapi kamu sendirian aja?" Balas Sky lalu lelaki itu berterima kasih pada asisten rumah tangga di rumah tersebut yang menyuguhknanya minuman.

"Kalau maksud kamu nanyain orangtuaku dan Sachio, ya aku sendiri. Orangtuaku lagi keluar, Chio lagi main ke rumah tetangga." Kata Luna sambil meminum teh hijau miliknya, ia lalu menatap Sky dengan pandangan bertanya. Karena Luna bingung sekali laki-laki itu tiba-tiba mengunjungi rumahnya tanpa pemberitahuan.

Mengerti arti tatapan Luna, Sky berdehem terlebih dahulu untuk membersihkan tenggorokannya entah kenapa berbicara dengan Luna membuatnya gugup.

"Mengenai Sachio, seperti yang aku bahas sebelumnya, aku benar-benar ingin menjadi sosok ayah buat dia, aku mau kamu jujur pada Chio kalau kita orangtuanya." Sky berbicara dengan lugas dan tegas.

Luna menghela nafas berat begitu ia mendengar permintaan Sky. Lalu perempuan itu menatap tajam Sky. "Sudah aku bilang belum waktunya."

"Lalu kapan waktu yang tepat?"

"Chio masih anak-anak, aku yang tahu bagaimana Chio dan hal ini gak bisa dibeberkan sekarang...... lagi pula ya Sky aku belum tau sikap kamu bagaimana dan aku belum bisa memutuskan kamu berhak atau tidak untuk menjalankan peran ayah buat Chio." Ucapan Luna itu membuat Sky menatap sang perempuan dengan wajah tidak percaya.

"Belum tau sikap aku? Aku nggak berubah Lun, aku masih Sky yang dulu!" Sambar Sky dengan suaranya yang semakin memberat, emosi lelaki itu sedikit terpancing, ia sunggu tidak paham dengan sudut pandang Saluna.

"Dipikiran aku, kamu masih abu-abu! Aku nggak tau kamu yang asli tuh adalah yang jadi pacar aku waktu SMA atau sosok yang aku benci selama ini!" Mata Luna memburam, ia betul-betul bingung dengan Sky yang mendesaknya untuk jujur pada Sachio, pertimbangannya masih belum matang.

"Oke." Sky menahan rasa sakit begitu ia melihat tatapan Luna yang masih belum bisa percaya padanya. "Tadi kamu bilang kamu belum bisa memutuskan dan belum menilai aku berhak atau enggak jadi ayahnya Sachio tapi faktanya aku ayahnya, aku berhak untuk merawat anakku! Kamu gak bisa begini."

Sky melihat Luna yang siap membalas ucapannya tetapi lelaki itu lebih dulu buka suara, "Atau kamu emang gak akan pernah jujur pada Sachio kalau kita orangtuanya! Iyakan? Kamu hanya manfaatin aku tapi kamu gak mau-"

PRANG

Suara pecahan beling membuat Sky dan Luna refleks mencari sumber suara, Luna begitu panik begitu menemukan Sachio berdiri tak jauh dari tempatnya, remaja itu menatap mereka berdua dengan tatapan marah. Luna mendekat dan meraih tangan putranya begitu kulitnya menyentuh tangan Chio, anak itu menghempaskannya.

"Chi-Chio." Suara perempuan itu tergugu dengan air mata yang siap luruh. Saluna begitu takut saat menatap mata Chio yang penuh dengan kemarahan dan kekecewaan yang sangat besar.

.

.

Bitter LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora