Chapter 3: Mimpi Indah

119 18 0
                                    

"Aku tidak suka melihat perlakuan keluargamu yang begitu buruk padamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak suka melihat perlakuan keluargamu yang begitu buruk padamu. Jika mereka sampai membuatmu menangis, maka aku tidak akan tinggal diam."

🍂

Anna langsung merebahkan diri di ranjangnya yang empuk begitu ia pulang sekolah. Senyumnya mengembang, merasa terpukau dengan sosok Dimas yang begitu piawai memainkan piano.

Sepertinya Anna mulai memiliki alasan untuk bisa tetap betah di sekolah barunya itu, karena siapa tahu ia bisa terus melihat Dimas di ruang musik.

"Gak masalah dia gak kenal siapa aku, yang penting aku bisa lihat dia." Gumam Anna sembari terus menyunggingkan senyumnya.

Tanpa Anna sadari, sosok penunggu kamar Anna itu turut merasa penasaran. Ingin rasanya ia bertanya dan mengajak Anna berbicara, tapi ia takut jika Anna ketakutan seperti pagi tadi.

Sosok bernama Jayden itu tetap diam di tempatnya, hanya bisa menatap raut bahagia Anna yang begitu jelas terpancar dari wajahnya.

Kamu cantik, Anna. Cantik sekali. Aku turut senang melihatmu bahagia, meskipun aku tak tahu apa alasan dibalik senyum cantikmu itu. Teruslah seperti ini, dan jangan murung lagi.

Senyum Jayden ikut terkembang, hanya dengan melihat gadis itu tersenyum saja sudah membuatnya ikut merasa bahagia, hingga suara dobrakan pintu membuyarkan semuanya. Tatapannya berubah dingin dan tajam begitu mengetahui siapa yang merusak momen indahnya.

"Maksud lo apaan?" Juan, kakaknya itu tiba-tiba saja mendobrak pintu kamar adiknya sambil melayangkan kata-kata tajam.

"Maksud kak Juan apa? Aku gak paham." Jawab Anna. Ia pun memilih duduk, sambil pandangannya menatap bingung ke arah kakaknya.

"Kok lo bisa kenal temen sekelas gue? Lo tadi godain dia di sekolah?!"

"Hah? Teman kak Juan yang mana? Siapa? Kan kita baru pindah ke sekolah baru, kak." Sungguh, Anna tidak paham mengapa kakaknya itu tiba-tiba saja marah kepadanya. Ia merasa tidak melakukan hal apapun di sekolah tadi, kecuali kepergok oleh Dimas.

Anna bahkan tidak mengetahui jika lelaki tadi bernama Dimas. Pun, ia juga tidak tahu jika Dimas ternyata adalah teman sekelas Juan.

"Basi, gak usah pura-pura sok polos, lo! Awas aja kalo lo deketin dia dan dia sampe tau kalo lo ternyata adek gue! Gue gak akan tinggal diam! Hidup lo gak akan gue buat tenang di sekolah!" Ucap Juan dengan nada tinggi. Sontak hal tersebut tak luput dari pandangan Jayden yang sudah terlihat marah sejak tadi.

Dengan perlahan Jayden mendekati Juan sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia menatap Juan dengan mata yang telah berubah merah darah akibat amarah yang sudah tak tertahankan lagi.

JAYDEN, 18:23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang