Chapter 10: Kabut Hitam

85 15 8
                                    

"Kelemahanku hanyalah rasa sakit Anna, air mata Anna, dan pukul 18:23

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kelemahanku hanyalah rasa sakit Anna, air mata Anna, dan pukul 18:23."

🍂

"Tolong, Ki Agung, tolong cek anak saya kembali. Semalam dia bersikap aneh, seperti bukan anak saya," pinta ibu Anna kepada Ki Agung yang diundang kembali ke rumah pada Minggu pagi. Sedangkan suaminya hanya bisa menenangkan istrinya yang terlihat kalut itu.

Sang ibu benar-benar ketakutan tatkala semalam melihat ekspresi kosong nan dingin lengkap dengan wajah pucat pasi bak mayat hidup yang tercetak jelas di wajah Anna, padahal yang ibunya lihat semalam adalah makhluk halus yang menyerupai Anna, bukan Anna yang asli.

Ki Agung yang sebelumnya tak percaya diri karena merasa tak mampu menandingi kekuatan Jayden, kini akhirnya memantapkan dirinya. Semalam ia sengaja mengirimkan satu entitas yang menyerupai Anna untuk mengecoh ibunya dan juga Jayden, dan misinya pun berhasil.

Kliennya tersebut langsung memanggilnya kembali ke rumah, dan dengan senang hati ia menerima undangan tersebut sembari membawa seseorang yang ia akui memiliki kekuatan lebih hebat untuk membantunya mengalahkan Jayden.

Tak ada alasan khusus, misi Ki Agung hanyalah ingin mengalahkan Jayden yang terlihat sangat berbeda dari semua jenis entitas yang pernah ditemuinya selama ia menjadi dukun.

"Kebetulan sekali nyonya memanggil saya kembali. Ternyata sosok itu kembali lagi ke rumah ini dan menempel pada anak nyonya," ucap Ki Agung dengan tenang.

"Sudah kuduga ada yang tidak beres pada Anna! Tolong, Ki. Tolong musnahkan makhluk tersebut." Pinta sang ibu yang kembali cemas dan hanya bisa memohon kepada Ki Agung untuk memusnahkan makhluk yang ia pikir dapat mencelakai putrinya tersebut.

Bukan tanpa alasan ibunya merasa cemas, karena ibunya merasa Juan turut terkena imbasnya. Luka lebam beberapa hari lalu tak kunjung hilang dari wajah Juan, belum lagi kesehatan anak kesayangannya itu kembali menurun. Dan hari ini kakak Anna itu hanya bisa terbaring lemah di kamarnya.

"Tenang saja. Hari ini saya juga membawa keponakan saya kemari. Nyonya tak perlu khawatir, hari ini makhluk tersebut akan musnah di tangan kami berdua."

Ki Agung bersiul rendah, seakan memberi kode kepada seseorang yang rupanya sejak tadi sudah menunggu di luar.

Seorang lelaki muda masuk ke dalam rumah sambil menyeringai, seakan sudah tak sabar untuk segera melawan Jayden. Sebenarnya ia tak ingin memusnahkan Jayden, niat tersembunyinya adalah ingin membuat Jayden menjadi pelayannya dan tunduk padanya.

"Perkenalkan. Ini keponakan saya, namanya Yudha."

Lelaki muda berkulit kuning langsat dengan wajah tegas namun rupawan itu hanya tersenyum tipis sambil menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat.

"Izinkan saya untuk memancing makhluk itu keluar, saya harus tahu kelemahannya agar bisa dengan mudah menyingkirkannya."

Tanpa menunggu lama, Yudha berjalan pelan ke arah tangga sambil mengeluarkan sebuah keris pusaka miliknya. Keris tersebut ia letakkan di depan dadanya, dan ia mulai berkonsentrasi penuh sambil mulutnya menggumamkan beberapa mantra.

JAYDEN, 18:23Where stories live. Discover now