Chapter 16: Misi Berdarah

48 9 0
                                    

"Jika saja aku diberi satu kesempatan, aku ingin sekali menggunakan kesempatan itu untuk hidup sebagai manusia, lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jika saja aku diberi satu kesempatan, aku ingin sekali menggunakan kesempatan itu untuk hidup sebagai manusia, lagi."

🍂

D-Day

Batavia, 1823 pukul 17.00

"Sudah siap? Tak usah berlama-lama ataupun berpura-pura baik di depan lelaki Belanda itu lagi. Aku sudah tak tahan ingin segera menghabisinya!"

Ketiga lelaki itu hanya bisa menganggukkan kepala, tanda patuh pada perintah Wiryan yang entah mengapa terlihat sangat mendominasi.

Aura menakutkan dari Wiryan memang membuat ketiganya tak ada yang berani melawan, meskipun sebenarnya Bima ingin sekali kontra dan tak berpihak pada Wiryan.

Namun karena ia pun tak suka melihat kedekatan Isakh dengan Mala, mau tak mau ia turut serta dalam operasi pembunuhan yang akan dilakukan Wiryan.

"Maaf, Isakh. Aku bukanlah teman yang baik. Maaf karena aku juga akan menjadi salah satu orang yang mengkhianatimu." Bima bermonolog dalam hati, sebenarnya ada sedikit rasa menyesal dalam dirinya.

"Apa kau yakin kalau operasi ini tak akan membuat adikku ikut terbunuh? Akuㅡ aku hanya takut jika operasi ini gagal." Arka membuka suara. Lelaki yang sejak awal terlihat selalu gusar itu pada akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, karena bagaimanapun juga Mala tetaplah adik kandungnya.

"Aku juga ingin menanyakan hal yang sama sejak awal, tapi aku takut mengatakannya." Hatta yang juga diam pun ikut menanyakan hal yang sama, karena dirinya juga sebenarnya takut jika harus turut serta membunuh seseorang.

Wiryan menggeram kesal. "Jika kalian tidak bisa melakukannya, mundur sekarang juga! Aku tak akan tinggal diam jika kalian malah mengacaukan rencanaku!

Bima menepuk punggung Wiryan beberapa kali, berusaha menenangkan temannya yang sedang dilanda amarah itu. "Tenanglah, Wiryan. Sekarang kita mulai saja misi berdarah yang sudah kita rencanakan sejak awal. Aku akan memulai misi ini sekarang. Kalian tunggu saja di belakang rumah, biar aku temui Isakh dan membawanya ke sana."

"Berhenti! Kumohon berhenti!!! Tolong jangan bunuh Isakh, kumohon jangan bunuh dia!" Anna berdiri di hadapan mereka sembari berteriak dengan kencang, berharap salah satu dari keempat lelaki itu ada yang bisa mendengarnya.

Mustahil, mau seberapa keras Anna berusaha berbicara, jelas tak ada seorangpun yang bisa mendengarnya.

Bima bergegas menemui Isakh di dalam rumah, sedangkan yang lain bersiap di halaman belakang. Reka ulang kejadian berdarah yang akan disaksikan oleh Anna beberapa saat lagi mungkin akan menjadi traumanya hingga akhir hayat nanti.

JAYDEN, 18:23Where stories live. Discover now