Chapter 7: Pembersihan

75 14 10
                                    

"Tak ada seorang pun yang bisa membuatku pergi, kecuali Anna sendiri yang menginginkannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tak ada seorang pun yang bisa membuatku pergi, kecuali Anna sendiri yang menginginkannya."

🍂

Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa bergegas kembali ke rumah masing-masing setelah menyelesaikan kegiatan belajarnya di sekolah. Keadaan terpantau aman, meskipun teman sekelas Anna banyak yang iri melihat Dimas yang terlihat tertarik pada gadis cupu tersebut.

Anna sama sekali tidak menggubris pandangan sebal teman-temannya, lebih tepatnya ia sudah tidak peduli. Ia memiliki sosok penjaga yang akan selalu ada di sisinya, dan menurutnya itu sudah cukup.

Tidak memiliki teman? Tidak masalah baginya. "Memiliki Jeff di sisiku sepertinya tidak buruk, yang penting ada yang bisa kuajak bicara," batinnya dalam hati.

Drrrt! Drrrtt! Drrrttt!

Ponsel Anna yang ada di dalam saku roknya bergetar beberapa kali ketika ia sedang berjalan pulang ke rumahnya. Dengan terpaksa ia harus berhenti sejenak di pinggir jalan untuk mengambil ponsel dari dalam sakunya, hendak melihat siapa yang meneleponnya saat ini.

Juan is calling...

Anna mengernyitkan dahinya karena bingung, tidak biasanya kakaknya itu meneleponnya seperti ini.

"Tumben kakakmu menelepon. Ada yang aneh. Jangan diangkat," bisik Jayden yang tiba-tiba saja muncul di samping Anna, membuat Anna terkejut setengah mati hingga harus mengusap dadanya beberapa kali.

"Jeff! Astaga, jantungku hampir copot! Aku belum terbiasa kalau kamu muncul secara tiba-tiba seperti ini. Tolong jangan muncul dan pergi secara mendadak, beri aku aba-aba dulu!" Anna mendengus kesal sambil mengangkat teleponnya, sedangkan Jeff hanya mengangguk dengan patuh, seperti pelayan yang hanya bisa menurut dengan majikannya.

"Halo, kak? Ada apa, ya?" Anna memberi penekanan pada setiap kalimatnya karena ia sendiri merasa aneh ketika Juan tiba-tiba saja meneleponnya.

Anna bahkan sempat mengira jika selama ini kakaknya itu tak pernah menyimpan nomor teleponnya, karena baru pertama kali ini pula kakaknya itu menghubunginya.

"Lo udah pulang?"

"Ini aku masih di jalan, kak. Ada apa? Kak Juan mau nitip sesuatu? Makanan, mungkin?" Sahut Anna dengan antusias, mengira jika kakaknya itu mulai menganggapnya ada.

"Gak perlu. Kalo gitu lo gak usah buru-buru pulang. Gue sama temen-temen lagi kerja kelompok di rumah. Ada si Dimas juga soalnya, dan gue gak mau kalo dia tau lo itu adek gue. Lo pulang agak sorean aja. Dah, bye."

JAYDEN, 18:23Where stories live. Discover now