Chapter 11: Boneka Abdi

78 12 7
                                    

"Tanpa mereka sadari, aku telah berhasil mengutuk mereka semua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tanpa mereka sadari, aku telah berhasil mengutuk mereka semua. Arka dengan penyakit asma kronisnya, Hatta dengan anxiety dan kelebihan yang dibencinya, Bima yang tak bisa melihat, dan Wiryanㅡ sialan! Apa kutukanku tak mempan padanya?"

🍂

Masih di hari yang sama namun di tempat berbeda, sesosok lelaki tengah memainkan lagu 'Boneka Abdi' dengan piano lawas milik peninggalan orang tuanya.

Lelaki tersebut dengan khidmat menekan tuts piano sembari menutup kedua matanya, seakan meresapi nada demi nada yang ia mainkan.

Anehnya, lagu tersebut terus saja ia mainkan secara berulang-ulang dengan tempo yang semakin lama semakin cepat, hingga terdengar seperti sebuah lagu kutukan.

"Tuan, sarapan sudah siap. Tuan mau sarapan di meja makan atau haruskah sayaㅡ"

"Diam!!! Sebelum ku robek mulutmu!" Amarah lelaki tersebut tiba-tiba saja memuncak, memperlihatkan mata tajam yang begitu menusuk ketika ia menatap marah pada pelayan pribadinya.

Sang pelayan hanya bisa menunduk sambil meminta maaf, lalu bergegas kembali ke dapur begitu tuannya menyuruhnya pergi.

"Ah! Pagi indahku sudah harus tercemar karena orang tolol itu muncul untuk menghalangi rencanaku!" Tukasnya sembari menutup pianonya dengan kasar.

Ia berdiri dari duduknya lalu berjalan ke luar rumah. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus liontin berbentuk giok berwarna hijau gelap yang bertengger manis di lehernya. Sedangkan pandangannya ia arahkan ke atas, di mana pagi itu langit terlihat sangat cerah.

"Haruskah ku percepat? Padahal aku ingin bersantai-santai sejenak," tanyanya pada dirinya sendiri.

Lelaki tersebut kini merogoh ponsel dalam sakunya, lalu menelepon seseorang yang ia pikir saat ini sedang berada di tempat tersebut.

"Halo? Lo lagi ada di sana, kan? Tolong bilangin ke sepupu lo buat nemuin gue nanti sore di tempat biasa." Ucap si lelaki pada lawan bicaranya.

"Haha, lemah! Gue kira kelebihan yang lo miliki berguna, nyatanya gak guna sama sekali. Gue gak mau tau, intinya lo ajak sepupu lo itu ke tempat gue nanti sore!"

Lelaki tersebut mengakhiri teleponnya secara sepihak, lalu berjalan santai menuju ke sebuah gudang tua miliknya yang terletak tepat di belakang rumahnya.

JAYDEN, 18:23Where stories live. Discover now