Chapter 15: In de Gloria

43 11 0
                                    

"Aku ingin membalas dendam, namun aku bimbang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku ingin membalas dendam, namun aku bimbang. Jika aku berhasil membalaskan dendamku, maka aku akan langsung musnah. Aku tak mau, aku masih ingin terus berada di sisimu."

🍂

"Pemandangan yang sangat menyebalkan! Lelaki Belanda itu memakai pelet apa hingga membuat Mala bisa tersenyum dan tertawa lepas seperti itu? Sialan! Sialan! Sialan!!!" Wiryan berteriak dengan kedua tangan mengepal dengan kuat, memperlihatkan otot-ototnya yang kekar.

Sontak teriakan kekesalan Wiryan tersebut membuat Arka, Hatta maupun Bima terdiam. Mereka bertiga saling beradu pandang, lalu pandangan mereka terarah pada Wiryan yang tengah memancarkan sorot mata kebencian pada sosok Isakh.

"Awas kau! Akan ku bunuh kau! Tak ada yang boleh merebut Mala dariku, meskipun itu Arka, kakak kandungnya sendiri." Batin Wiryan sambil terus melontarkan tatapan bencinya pada Isakh.

"Kalian bertiga, terserah kalian mau ada di pihakku atau di pihak lelaki Belanda sialan itu. Jika kalian berada di pihakku, kita harus segera menyusun rencana! Orang asing itu tidak boleh berada di sini. Ingat, kita sedang dijajah! Apa kalian mau nantinya kehidupan kalian akan semakin diinjak-injak oleh mereka? Mungkin saat ini mereka terlihat baik, tapi siapa tahu ada maksud tersembunyi yang tidak kita ketahui?" Jelas Wiryan pada ketiga orang yang masih bersamanya.

"Baik, apa rencanamu? Apa kau akan membuat misi pembunuhan? Kau pasti hendak membunuh Isakh, apa ucapanku ini benar? Jika benar, aku yang akan maju paling depan. Kau ingin membunuhnya dengan cara bagaimana? Biar aku saja yang melakukannya." Tiba-tiba saja Bima bersuara, membuat Hatta dan Arka terkejut bukan main.

Sedangkan Wiryan yang mendengar perkataan Bima pun tersenyum simpul sembari mengangguk. Wiryan pun dengan antusias menjelaskan rencananya pada Bima, yang mau tak mau harus disetujui juga oleh Hatta dan Arka, meskipun Arka sebenarnya takut jika akan berdampak pada Mala, adiknya.

Anna yang turut mendengar semua rencana kejam Wiryan pun mendadak lemas. Pandangannya tertuju pada kakaknya yang bahkan terlihat hanya pasrah, seakan lelaki itu memang hendak mengamankan nyawanya sendiri, tanpa memikirkan nyawa adiknya yang mungkin saja ikut terancam.

"Entah aku harus kecewa dengan cara apalagi padamu, kak Juan. Bahkan di masa lalu pun kak Juan tak bisa menjadi kakak yang baik untukku." Gumam Anna dalam hati, sembari menatap nanar Arka yang terlihat gusar.

"Kira-kira kapan waktu yang tepat untuk meluncurkan misi berdarah kita? Rasanya aku sudah tak sabar." Ucap Bima dengan senyum yang tak dapat Anna artikan.

"Secepatnya. Tapi untuk saat ini kita harus berpura-pura menjadi teman yang baik untuk Isakh. Temukan kelemahannya, lalu habisi dia." Tambah Wiryan dengan wajah yang terlihat tenang namun menakutkan.

JAYDEN, 18:23Where stories live. Discover now