62. BADAI YANG DATANG

721 71 0
                                    

"Fuck off," ucap pemilik mata mengintimidasi yang menatapku tajam, meski setelahnya ia hampir jatuh jika badannya yang sudah ditopang tak dipegangi.

"Bro!"

Aku langsung meninggalkan troliku, mendekat pada keduanya dan melingkarkan tangan kekar yang pemiliknya menatapiku dengan tatapan lemah hampir kehilangan kesadaran yang ia jaga.

"Ugh!" Rintihannya terdengar saat aku menggantikan tanganku menekan area basah yang terasa hangat.

Meskipun takut dan tak mengerti apa yang terjadi, aku ikut melangkah masuk ke dalam kamar yang langsung rapat tertutup.

"Bisakah kau tekan terus lukanya untuk sekarang? Aku harus menelpon."

Aku hanya mengangguk, menekan pinggiran perut yang ototnya terasa keras juga basah karena darah terus keluar.

"KAPAN KAU AKAN SAMPAI, HAH! REXY SUDAH KEHILANGAN BANYAK DARAH! JIKA KAU TELAT AKU AKAN MEMBUNUHMU DENGAN TANGANKU SENDIRI!"

Teriakan yang dikatakan sepenuh hati itu membuatku menatap punggung tak sabar yang bisa saja membanting ponsel yang sedang ia pegangi. Pria narsis yang sarkas itu menyugar rambutnya kasar dengan rutukan pelan yang tak bisa kuartikan.

"Черт! этого не должно было случиться."(Brengsek! seharusnya ini tak terjadi.)

Aku hanya terus menekan luka apapun yang membuat lelaki dengan pandangan mengintimidasi yang memejamkan matanya, terkadang menatapku.

"Tidakkah kubilang agar kau pergi?"

Aku hanya diam, merasakan sehangat apa darah yang keluar dari tubuhnya yang terluka.

'Rexy? Jadi nama lelaki kurang ajar ini rexy?' Tanyaku pada diri untuk mengalihkan pikiran buruk apapun yang silih berganti pada dua pria asing yang lebih memilih tinggal di hotel daripada pergi ke rumah sak-

'Tidak ada rumah sakit besar di kota kecil ini, hanya ada klinik itupun di pinggir kota.'

Tapi, setidaknya seseorang di sana bisa melakukan sesuatu pada perut berotot yang aliran darah hangatnya membasahi tanganku, bukan?

Tok! Tok!

Ketukan di pintu membuat lelaki narsis yang sarkas berlari cepat, ia bertanya "siapa?" Pada siapapun yang sedang berdiri di depan pintu.

Aku yang melihatnya membuka pintu jadi tahu, ia sedang menunggu dokter dengan penampilan tak rapi bahkan terlihat kasar.

"What take you so long, hah? seharusnya kau sudah ada di sini sebelum kami sampai!"

"Apa kau tak tahu ada badai salju di luar sana?" jawab pria yang menatapku, "who is she?"

"Apa itu penting! tugasmu di sini bukan untuk bertanya, bukan?"

Lelaki dengan tampilan urakan itu mendekat, aku langsung mundur saat melihatnya menggunting baju lelaki kurang aj- Rexy- yang melirikku dari posisi rebahannya.

"Nona, bisa kau bawakan aku air hangat?"

"Y-yes," jawabku cepat menghampiri dapur, menyalakan ketel listrik sementara aku mencari apapun untuk tempat air.

"Juga kain bersih!"

Seruan itu membuatku langsung keluar mengambil troliku yang kudorong ke dalam ruangan VVIP yang penghangatnya tak dinyalakan.

Aku mengeluarkan handuk bersih yang langsung keserahkan, "silahkan."

"Apa lampunya tak bisa lebih terang lagi?"
Aku menatap pria narsis yang juga memberiku tatapan, aku tak menyimpan senter dalam troliku.

WITHEREDWhere stories live. Discover now