16 - Advice

5.8K 545 15
                                    

Happy Reading!

♡▪︎♡▪︎♡

"Cle, bangunin Airlangga gih, tadi badannya cukup panas jadi Bunda kompres," ujar Davira yang masih sibuk menata sarapan untuk mereka.

Cleo mengangguk, tapi sebelum pergi, Davira kembali berucap. "Apa kamu dapat pesan terakhir dari Bu Naomi sebelum dia pergi, Cle?" tanya Davira menatap lekat putrinya.

"Iya Bun. Mama Naomi bilang, dia sangat ingin melihat Kak Langga jadi pilot, Mama juga pesan sama Cleo kalau Cleo harus jagain Kak Langga, harus peluk Kak Langga kalau dia sedih," jawab Cleo mengingat kembali apa yang pernah Naomi katakan padanya.

Davira menghembuskan nafasnya pelan, tatapannya berubah menjadi sendu. "Beberapa hari sebelum dia meninggal, Bu Naomi juga bilang ke Bunda, dia nitip Airlangga ke kita, firasat Bunda juga nggak enak waktu itu. Jadi, jangan buat kesal Airlangga beberapa hari ini ya? Bunda tau dia sangat terpukul," pesan Davira yang dipatuhi Cleo.

••♡《》♡••

Airlangga meringis pelan saat rasa pusing kembali dirasakannya, ia memijat pelipisnya, dan saat itu dia menyadari ada kain kompres yang menempel.

Sudut bibir Airlangga tertarik melihat itu. "Dulu ada Mama yang kompres Langga waktu Langga demam..."

"Ma.... Langga butuh Mama.." lirih Airlangga menatap kosong atap rumah Cleo.

"Kak?" panggil Cleo dari luar dan langsung masuk ke dalam kamar. Airlangga berusaha mendudukkan dirinya, membuat Cleo duduk di samping cowok bermata sayu itu.

"Gimana keadaan Kakak?" tanya Cleo menatap lekat pahatan wajah Airlangga. "Gue baik," jawab cowok itu singkat.

"Gue udah siapin baju sama celana buat lo, itu milik Ayah yang nggak pernah dipakai, kayanya bakal muat. Terus ada dalaman juga belum pernah kepakai, Kak Langga mandi ya? Gue udah siapin air hangat," ujar Cleo panjang lebar membuat Airlangga menahan senyum.

Perhatian banget?

"Ck, kemarin aja bilang aku-kamu mana kelihatan lembut banget, sekarang udah mulai ngelunjak lagi," sindir Airlangga lirih tapi masih terdengar Cleo.

Damn! Cleo menundukkan kepalanya, menyembunyikan pipinya yang tentu memerah, sial! Dia malu!

"Nggak usah blushing gitu, lo makin cakep kalau nggak ngereog," bisik Airlangga.

Airlangga kembali menyeringai. "I'm obsessed with strawberry girl," lanjutnya dengan suara khas bangun tidur membuat Cleo meremang.

Benar, Airlangga masih tetap si iblis tampan seperti dulu. Cowok kaku, menyebalkan dan otoriter, apalagi jika dalam mode Ketos. Cleo mendengus kesal, merasa sia-sia dirinya bersikap baik selama ini.

"Ck, udah sana mandi lo!" sarkas Cleo lalu meninggalkan Airlangga yang menggigit bibir dalamnya.

Gosh! She's so cute!

••♡《》♡••

Airlangga mendudukkan bokongnya ke kursi di ruang makan milik Cleo. Melihat meja makan yang ramai dan penuh canda tawa membuat hati Airlangga serasa diremat kuat. Tuhan, Airlangga belum pernah merasakan kehangatan keluarganya seperti ini.

"Langga, kenapa ngelamun Nak? Ayo makan, biarin Cleo yang ambilin buat kamu," tegur Davira membuat lamunan Airlangga terhenti.

"Nggak perlu, Bunda. Langga bisa ambil sendiri," tolak Airlangga tidak ingin menyusahkan Cleo dan Davira.

Dentingan sendok yang beradu menjadi pemecah keheningan sebelum Davira kembali berbicara. "Langga, kamu boleh main ke sini kapanpun kamu mau. Ada Bunda di sini Nak, Bunda tahu kamu masih sedih dengan kepergian Mama kamu. Tapi, ada Bunda yang siap peluk kamu kalau kamu terjatuh, Mama kamu serlalu baik sama Bunda. Jadi kalau kamu juga anggap Bunda sebagai tempat pulang kamu, kamu nggak keberatan kan?" tanya Davira penuh harap.

Airlangga menghangat mendengar ucapan Davira, sudut bibirnya membentuk senyuman kecil. "Airlangga sama sekali nggak keberatan, Bunda. Makasih udah peduli sama Langga selama ini, makasih udah jadi pencipta brownies strawberry termanis termasuk gadis cantik yang ada di samping Bunda saat ini," balas Airlangga membuat Cleo tersedak.

Astaga! Gombal nggak tahu tempat!

"Liat Ga, Cleo aja sampai merah gitu pipinya," ucap Davira tanpa dosa membuat Cleo melotot tajam.

"Enak aja, pipi Cleo merah karena tersedak ya Bun," elak gadis itu dengan lirikan sinisnya.

Tak lama suara bel rumah terdengar, membuat sang empu rumah bangkit untuk membukakan pintu.

"Assalamualaikum!" seru Alby riang dari depan pintu.

"Waalaikumsalam," jawab Davira, merasa agak kaget karena ada lima laki-laki bak dewa Zeus yang datang ke rumahnya pagi-pagi sekali.

Davira menganga kecil mengagumi ketampanan cowok yang mungkin teman Cleo ini. "Pagi Tante. Kita temannya Airlangga sama Cleo, mereka ada di dalam?" tanya Erlan membuat Davira cepat-cepat tersadar.

"Ah iya, ayo masuk," ajak Davira ramah membuat kelima inti Calzelions itu mengikuti Davira sampai ke ruang makan.

Airlangga yang sedang berbincang bersama Cleo langsung tersedak melihat teman-temannya yang menatap jahil padanya. "Enak banget ya pagi-pagi udah sarapan sama my sweatheart, mana modus deketin camer lagi," gerutu Alby memandang malas Airlangga di depannya.

"Dih, iri lo?" sinis Airlangga tak mau kalah.

"Ayo kalian ikut sarapan, kebetulan Tante masak banyak hari ini," ujar Davira mempersilahkan teman-teman Cleo yang ada di ruang tamu.

"Nggak usah Tante, makasih. Kami udah sarapan tadi," balas Bara sopan. Airlangga langsung mendudukkan diri di samping mereka, melihat tatapan tajam dari Bara membuat Airlangga berdecak kesal.

"Kenapa ke club sendiri, hm?" selidik Bara penuh intimidasi. Jangan salahkan tampang Bara yang ganteng-ganteng sengklek, Bara itu adalah sosok pemimpin yang tegas dan mengayomi semua anggotanya.

"Gabut aja," balas Airlangga santai.

Bara menghembuskan nafasnya pelan, berbicara dengan Airlangga memang butuh sedikit kesabaran. Diantara anggotanya, cowok itu yang benar-benar membuat Bara sering frustasi sendiri. "Lo punya kita, Ga. Lo punya Calzelions, kenapa lo mendam semuanya sendiri?"

Melihat rahang Airlangga yang sedikit mengeras membuat Bara meraup wajahnya. "Oke kalau lo nggak mau cerita sama kami nggak masalah, tapi setidaknya lo punya Cleo. Tumpahin semua perasaan lo ke dia, jangan pernah nekat ke club sendiri, karena diantara kita, lo yang paling nggak bisa mabuk," kini giliran Erlan yang angkat bicara.

Sudah seperti ayah yang menasihati putra kecilnya. Ya, seperti itulah mereka memperlakukan Airlangga. Cowok itu hanya akan menurut dengan nasihat yang terdengar lembut, semakin keras mereka menasihati, maka Airlangga akan semakin memberontak.

"Kembali jadi Airlangga yang dulu, Ketua OSIS yang galak dan tegas. Kembali jadi Cavero yang beringas dan arogan, jangan larut Ga. Kita mulai semuanya sama-sama, oke? Masih ada Kenan yang butuh lo," tambah Kelvin bijak. Sementara Alby dan Mario diam, takut jika mereka berbicara akan menghancurkan suasana serius yang ada.

Sementara di dapur sana, Davira tidak bisa diam mengoceh sampai Cleo sendiri menutup telinganya. "Cle, kenapa kamu nggak bilang kalau temen-temen kamu kaya dewa Yunani semua sih? Duh, pakai pelet apa kamu bisa dapet cowok ganteng kaya mereka," gerutu Davira yang masih menuangkan gula ke gelas.

"Bunda, bisa diem nggak sih? Tampang aja ganteng, otak kosong," geram Cleo karena Davira terus memuji inti Calzelions.

Ganteng sih iya, tapi otaknya minus.

"Ck, sering-sering ya bawa temen kamu ke sini. Nanti Bunda buatin roti yang enak buat mereka. Ah Cle kamu beruntung banget."

Cleo memutar bola matanya jengah, Davira saja sampai terpesona, apalagi Nadin? Huh! Memang ya, betina tidak bisa lepas dari godaan cowok-cowok blasteran surga seperti inti Calzelions.

"TERSERAH BUN, TERSERAH!"

-Batas Fiksi-

AIRLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang