17 - Maaf, Kenan

5.8K 536 13
                                    

Happy Reading!

♡▪︎♡▪︎♡

"Din, ada Kak Airlangga nggak di dalem?" tanya Cleo yang melihat Nadin keluar dari ruang OSIS.

"Nggak ada tuh, makanya gue nyariin, ada keperluan sama dia," jawab Nadin yang tangannya memegang berbagai berkas entah apa itu. Cleo menghembuskan nafasnya kasar, lalu ia masuk sedangkan Nadin kembali ke kelas.

Di dalam terdapat Erlan, Alby dan Mario beserta beberapa anak OSIS. "Kak, Kak Langga nggak masuk hari ini kah?" tanya Cleo menghentikan aktivitas ketiga cowok itu.

"Iya, gue tadi telfon Bi Ijah. Si Air nya masih tidur di kamar," Mario menjawab. Cleo berdecak, padahal ia sangat butuh tanda tangan Airlangga hari ini. "Nih anak tuh ya, bikin kerjaan gue jadi numpuk aja," gerutu Gadis itu kesal lalu duduk di samping Alby.

"Sabarin aja Cle, ntar gue bantu kok," ujar Alby sambil mengedipkan sebelah matanya.

Erlan datang menghampiri Alby, Mario dan Cleo yang masih bersantai. "Hari ini ada rapat buat bahas camping akhir tahun. Tapi Airlangga nggak hadir, jadi mendingan diundur atau dipimpin yang lain?" tanya Erlan.

"Sama lo aja nggak papa, Lan. Masalahnya waktu kita udah mepet, jadi kita bahas hal yang mendasar dulu, baru kita usulin ke bang Langga," sahut salah seorang anggota OSIS, Rico.

"Nah tumben si Rico bener," balas Mario dengan kekehan membuat Rico mendengus kesal.

"Oke, ntar jam 10an aja ya," putus Erlan.

Tak lama, suara pekikan siswi-siswi yang heboh memenuhi lapangan Lentera, membuat Alby yang notabene kepo seperti dora langsung mengintip dari jendela. Kebetulan Ruang OSIS berada di lantai dua, dan langsung mengarah pada lapangan Lentera.

"Ada Bara tuh," celetuk Alby. Mario menggelengkan kepalanya heran. "Pantesan aja heboh, ada leader Calzelions kesasar di Lentera," ucap lelaki bermata sipit itu.

Sebagian anggota OSIS pamit keluar, menyisakan Erlan, Alby, Mario dan Cleo saja. "Kak Bara ke sini? ngapain?" tanya Cleo bingung yang akhirnya angkat bicara.

"Dia kan ketua basket Cakrawala, dia sering ke sini buat latihan bareng Jendra," jawab Mario yang dibalas deheman panjang Cleo.

Bara memasuki ruang OSIS dengan santai. Ya, bukan rahasia umum lagi jika Bara dan Airlangga serta pengurus OSIS berteman, walaupun mereka tidak tahu bahwa Airlangga and the geng adalah inti Calzelions.

"Gila mantep banget sambutannya. Berasa seleb gue," ceplos Bara kelewat PDnya.

Cleo terkadang bingung mengapa bukan Airlangga saja yang menjadi ketua Calzelions. Ya meskipun Bara itu tampan dan jago silat, tapi otaknya itu loh, minus.

"Dih, pesona lo mah masih kalau jauh sama gue," sahut Alby tak ingin kalah.

Bara mendudukkan dirinya, sedikit menyugar rambut, meski sudah penuh keringat, Bara tetaplah wangi. "Aduh, ada bocil kematian di sini," sinis Bara pada Cleo yang dari tadi diam.

"Mentang-mentang kakak kelas, ngatain bocil sembarangan," balas Cleo tajam.

Bara terkekeh, lalu mengeluarkan sebungkus chocopie dari dalam tasnya. "Mau nggak lo?" tawar Bara pada Cleo yang terlihat sangat ingin.

Cleo mengangguk kaku, membuat Bara langsung melemparkan chocopie itu ke arah Cleo. "Thanks Kak," ucap Cleo riang yang langsung memakan biskuit coklat itu.

"Duh sama-sama demen sama Chocopie, cocok kali ya lo berdua," ceplos Alby polos membuat Cleo tersedak.

Bara langsung menyentil jidat Alby. "Enak aja lo, mana sudi gue sama bocil kematian ini. Yang ada rebutan chocopie tiap hari kita," balas cowok itu tidak terima.

"Gue juga ogah sama modelan kaya kak Bara," ungkap Cleo jujur membuat Alby dan Mario sukses menertawakan Bara.

"Dih, awas aja lo ngerengek jadi pacar gue," goda Bara jahil. "Nggak! Nggak akan pernah terjadi, lo aja nanti yang bakal jatuh sama pesona gue," Cleo membalas dengan mengibaskan rambutnya membuat Bara memasang wajah jijik.

"Debat aja lo berdua sebelum Airlangga dateng ngereog," sela Mario dengan tawanya.

"Oh iya, ngomong-ngomong Kak Bara tau kabar Kak Airlangga?" tanya Cleo mengubah topik pembicaraan.

Bara mengangguk. "Gue ke sini sama Kelvin, tapi akhirnya dia pergi ke rumah Airlangga, takut tuh bocah malah bunuh diri--"

Plak!

Cleo yang mendengar jawaban sinting Bara langsung menggeplak lengan cowok itu. "Nggak usah ngomong sembarangan lo," ketusnya tak terima.

"Haha, santai cil. Bocah labil kayak Airlangga nggak mungkin sampai bunuh diri," balas Bara santai.

Cleo menarik nafas sebelum kembali berbicara. "Mamanya Kak Airlangga pernah nitip pesan sama gue sebelum dia meninggal," ucap Cleo sambil menundukkan kepalanya.

"Pesan?" beo Erlan bingung.

Cleo akhirnya menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Naomi di mall itu, kedekatannya dengan Naomi dan pesan terakhir untuk menjaga Airlangga.

"Sedekat itu lo sama Mama Naomi?" tanya Bara setelah Cleo menyelesaikan ceritanya. Cleo mengangguk membenarkan dengan pandangan lesu.

"Gimana pun Airlangga butuh kita, ya walaupun Bapaknya bakal kasih jarak, tapi Cleo enggak kan? Kita bisa manfaatin Cleo buat deket sama Airlangga. Lagipun itu juga Mama Naomi yang minta, Lo bisa kan Cle?" tanya Erlan pada Cleo. Sontak Cleo yang menjadi pusat perhatian hanya memilin kaosnya gugup.

"Lo tau semuanya tentang Airlangga. Dan gue berharap lo juga bisa jadi rumah dia pulang dari segala lelah yang dia hadapi," tambah Mario sok bijak.

"Gue bakal coba."

••♡《》♡••

Airlangga mengerjabkan matanya perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netranya. Setelah sadar sempurna, Airlangga meraih ponsel di nakasnya.

Sudah pukul tujuh.

Dan sudah terlambat baginya untuk berangkat sekolah.

Airlangga menghela nafasnya, kembali menyandarkan kepalanya ke ranjang. Tak lama Bi Ijah masuk, membawakan nampan berisi susu dan sarapan untuk Airlangga.

"Eh, Den Langga udah bangun. Ini sarapan buat Aden dimakan ya," ucap Bi Ijah dengan seutas senyumnya.

Airlangga mengangguk. "Kenan kemana Bi?" tanya Airlangga. Pasalnya cowok itu tak mendapati adiknya dari kemarin, dan semalam dia pulang sudah larut malam.

"Nenek Aden pulang ke Indonesia, jadi Kenan nginep di sana," jawab Bi Ijah lalu pamit pergi untuk kembali ke dapur.

Airlangga menatap makanan tanpa selera. Ya, dia akui dia sulit mengontrol dirinya selepas Mamanya meninggal. Dia keluar dari rumah Cleo hanya berpamitan pada Davira saja, setelah itu kembali ke club dan pulang larut malam.

"Maafin Langga, Ma," monolog cowok itu menahan sesak.

Ada banyak pesan dari Cleo, inti Calzelions maupun Neneknya yang tak ia balas sama sekali. Sebut saja dia pengecut, Airlangga memilih untuk menyembunyikan semua lukanya dari orang lain. Cukup Cleo yang tahu bagaimana rapuhnya Airlangga kala itu. Dan Airlangga hanya butuh waktu sendirian untuk sembuh.

"Maafin Abang belum bisa peluk kamu, Ken."

-Batas Fiksi-

AIRLANGGA [END]Where stories live. Discover now