45 - We're the Winner

3.7K 389 9
                                    

Happy Reading!

♡•♡•♡

Malam sebelum keberangkatannya ke Jerman, Airlangga menyempatkan diri untuk menghabiskan malamnya bersama Cleo di rumahnya.

Di sinilah mereka berada, di area belakang rumah Cleo. Menikmati waktu di bawah sinar rembulan yang tengah bersinar terang.

Reynold benar-benar menepati janjinya untuk mengembalikan rumah milik Cleo dan Davira.

Menyandarkan kepalanya di bahu kecil milik Cleo, membuat Airlangga sangat nyaman. Bahkan tangannya enggan lepas dari peluknya pada pinggang Cleo.

"Besok berangkat jam berapa, Kak?" tanya Cleo yang masih fokus mengusap rambut milik Airlangga.

"Jam delapan pagi," balas Airlangga. Suaranya teredam di ceruk leher Cleo saat cowok itu semakin menduselkan wajahnya.

"Yah, nggak bisa ikut ke bandara," ucap Cleo lesu. Mengerucut bibirnya tanda ia benar-benar kesal.

Airlangga terkekeh geli, cowok itu pun menegakkan badannya dan menghadap Cleo sepenuhnya. "Gue nggak akan lama, cuma dua hari aja," balas Airlangga.

"Tetep aja lama," tekan Cleo tak kalah ngeyel.

"Gue boleh minta sesuatu sama lo, hm?" tanya Airlangga. Mengangkat sebelah alisnya pada Cleo yang sudah mencebik malas.

Merasa sudah mendapat persetujuan karena gadis itu mengangguk, tangan Airlangga bergerak untuk merapikan rambut Cleo yang menutupi wajahnya.

"Lo harus belajar yang bener. Kalau gue pulang, lo harus dapet nilai matematika seratus oke, cantiknya Airlangga?" tawar cowok itu sembari tersenyum manis. Membuat pertahanan Cleo runtuh, gadis itu berusaha menyembunyikan rona wajahnya yang tiba-tiba memerah.

"Janji ya Kak Langga bakal bawain aku medali emas? Nanti kalau kamu udah pulang, aku bakal bawa kertas ulangan itu ke bandara," sahut Cleo dengan antusias.

Airlangga mengangguk tak kalah semangat, cowok itu  kembali meletakkan dagunya pada bahu Cleo.

"Tapi inget, jangan capek-capek. Muka kamu aja masih banyak lebam gini, jangan begadang juga," pesan Cleo dengan tegas.

🦅🦅

Hari keberangkatan Airlangga benar-benar tiba. Dua dua hari ke depan, Cleo tidak bisa menemui cowok itu.

Yang bisa Cleo lakukan hanyalah belajar demi menggapai nilai seratus pada ulangannya besok hari. Dia berjanji akan menjemput Airlangga di bandara dan membawa secarik kertas itu.

Setidaknya dia sudah berusaha, apapun hasilnya nanti, semoga Airlangga tidak kecewa.

Dan dia berharap, Airlangga pun bisa menyelesaikan olimpiadenya dengan baik. Kembali walau dengan atau tanpa medali emas.

"Cleo, ayo ke kantin!" ajak Nadin. Membuat atensi Cleo yang masih terpaku pada ponsel itu menengok sekilas.

"Duluan, gue ambil dompet dulu," sahut Cleo. Nadin mengangguk, pergi lebih dulu untuk memesankan makanan mumpung belum terlalu antre.

Cleo keluar dari kelas dengan merapikan rambutnya, menyusuri koridor kelas sepuluh bahasa dengan santai.

"Cleo!" panggil Jendra dengan keras dari belakangnya. Cowok itu tampak menetralkan nafasnya setelah berlari menyusul Cleo.

"Kenapa sih Jen?" tanya Cleo bingung.

"Nggak ada, gue cuma mau ajak lo ke kantin aja," sahut Jendra setelah nafasnya perlahan mulai teratur.

AIRLANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang